Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 51



Bab 51

0"Kenapa dia mencari saya?" Chu Qiao bertanya kepada Zhu Cheng.     

"Ini yang Tuan perintahkan agar saya berikan kepada anda." Sebuah kain hitam panjang membungkus sebuah pedang tipis, hanya gagangnya yang terlihat. Chu Qiao tahu bahwa pedang inilah yang dia gunakan untuk membunuh anak buah Zhalu.     

"Tuan berpesan karena sekarang pedang anda sudah dikembalikan, dia juga meminta pedangnya kembali."     

"Saya tidak membawanya saat ini." Chu Qiao mengerutkan alisnya dan berkata, "Seharusnya anda memberi tahu saya dari tadi agar saya bisa membawanya."     

"Oh?" Zhu Cheng membeku dan menjawab, "Saya sudah memberi tahu Letnan Kolonel Song."     

Chu Qiao menghela napas dan berpikir pada dirinya sendiri. Memberi tahu dia sama saja dengan tidak berkata apa-apa. Dia mengulurkan tangannya untuk mengambil pedang itu dan berkata. "Saya akan mengambil pedang ini dahulu dan nanti saya akan menyuruh orang untuk mengirimkan pedangnya."     

"Nona Chu," Zhu Cheng tampak tidak nyaman dan menjawab, "Tuan berkata bahwa anda berdua tidak mau ada sangkut paut satu sama lain, jadi urusan ini sebaiknya diselesaikan secepat mungkin tanpa menunda-nunda. Bagaimana kalau begini? Saya akan menunggu anda di sini jadi anda bisa pulang dan menyuruh orang untuk membawakan pedangnya ke sini."     

Tidak mau ada sangkut paut satu sama lain? Chu Qiao menaikkan alisnya sambil mengambil pedang itu dan berkata, "Baik." Setelah itu, dia berbalik dan pergi.     

Istana Sheng Jin tidak mengizinkan siapapun membawa senjata. Walaupun tidak ada orang yang mengawasi, Chu Qiao tetap menyembunyikan pedang itu di dalam mantel bulunya dan berjalan keluar menuju Lapangan Ying Ge.     

Dua hari lagi, dia akan memulai tugasnya di Pasukan Kavaleri. Ini adalah penunjukan yang aneh dan pemilihan waktunya juga sangat mendadak, yang membuat Chu Qiao terkejut. Walaupun posisinya hanya pejabat tingkat rendah, tetapi itu menjadi perhatian di pemerintahan dan juga masyarakat umum. Bagaimanapun, dia seorang wanita, dan juga dikenal sebagai tangan kanan Yan Xun.     

Apakah Kaisar Xia mulai menggunakan orang dari Yan Bei? Apa maksud semua ini? Apakah dia ingin meninggalkan masa lalu dan membawa Yan Xun kembali ke Yan Bei untuk mempertahankan perdamaian?     

Tapi itu tidak mungkin. Setelah sekian tahun, sang Kaisar selalu menutup mata terhadap pertikaian terhadap Yan Xun di dalam Istana Sheng Jin. Walaupun dia sendiri tidak melakukan apapun, sebagai kaisar, sikap tidak pedulinya membuat orang lain yang memiliki niat terselubung untuk menghabisi Yan Xun semakin berani. Kalau bukan karena kewaspadaan Yan Xun dan Chu Qiao, mungkin mereka sudah meninggal ditembaki panah.     

Kaisar Xia sudah membunuh orang tua Yan Xun dan saudaranya di hadapan Yan Xun. Dalam satu malam, dia menjatuhkan Yan Xun dari kedudukannya yang terhormat ke dalam jurang neraka. Maka, sangat tidak mungkin membiarkan Yan Xun kembali ke Yan Bei. Jadi bukan karena Kaisar tidak mau membunuh Yan Xun, melainkan karena dia sudah gagal melakukannya.     

Tanggal kepulangan Yan Xun semakin mendekat. Mungkinkah sang Kaisar menyerahkan Yan Bei kepada binatang buas yang penuh dendam itu?     

Jadi, apa maksud sebenarnya sang Kaisar di balik penunjukan ini? Di seluruh Kota Zhen Huang semua orang tahu, Chu Qiao adalah orang kepercayaan Yan Xun. Chu Qiao, yang bahkan belum berusia 15 tahun, telah melindungi Yan Xun selama tujuh tahun terakhir dalam berbagai situasi hidup dan mati. Dia sangat lincah dan memiliki kemampuan berpedang yang hebat. Mungkin sang Kaisar betul-betul menyukainya dan berencana untuk melindungi dan memeliharanya? Atau, ini dilakukan untuk menghilangkan perlindungan Yan Xun, agar di kemudian hari, Chu Qiao tidak menjadi penghambat bagi sang Kaisar?     

Tak seorang pun yang tahu alasan sebenarnya, maka banyak spekulasi yang muncul. Chu Qiao tahu bahwa hal ini tidak sederhana dan dia belum menemukan jawaban untuk pertanyaan ini.     

Di dekat Jalan Chang Xuan ada Jalan Xuan Men. Ada tembok tinggi berwarna merah di kedua sisi jalan, dengan keramik kuning cerah yang ditutupi salju. Terdengar suara langkah kaki yang keras. Chu Qiao mengerutkan keningnya dan berpikir. Apakah saya salah ingat? Apakah ada pertemuan istana di hari ini?     

Orang-orang yang menghadiri pertemuan istana adalah pejabat tingkat tinggi dari Istana Sheng Jin. Chu Qiao harus bersujud dan memberi jalan. Dia berjalan ke salah satu sudut tembok dan bersujud di sana. Kepalanya menunduk dan mantel bulunya menutupi wajahnya, hanya menyisakan lehernya yang putih dan halus.     

Suara langkah ringan mendekatinya dan berdiri di sampingnya. Suara yang dalam terdengar dari atas kepalanya. "Angkat kepalamu." Chu Qiao merengut dan perlahan menegakkan tubuhnya. Dari semua tempat, dia harus bertemu musuhnya di sini. Nasib dia hari ini sungguh sial.     

Wajahnya halus bagai giok di bawah pantulan salju. Matanya hitam bagaikan tinta, dan tubuhnya ramping. Walaupun dia kurus, dia sangat berdikari dan tenang. Dia masih muda dan belum sepenuhnya tumbuh, tetapi dia memancarkan aura yang sangat dingin di sekelilingnya.     

Mata pria itu menyipit perlahan dan tanpa sadar tangan kanannya mengepal. Matahari merah menyinari mereka, memberikan kemilau kemerahan pada salju. Jari tengah, jari manis dan kelingkingnya patah dan dia menutupinya dengan sebuah gesper emas.     

"Pukul dia." Suara yang dalam mendadak menggema di angin. Pengawal dari kedua sisi, yang sudah bersiap, langsung maju mendekat. Seorang pria yang terlihat kuat melangkah maju dan mengangkat tangannya yang besar untuk menampar Chu Qiao dengan keras.     

Bam. Tangan pria itu hampir memukul wajah Chu Qiao saat dia menangkis dan menangkap tangannya. Chu Qiao mengangkat kepalanya dan berkata, tanpa ekspresi di wajahnya. "Tuan Wei, anda menyuruh pelayan anda untuk menyakiti saya, bukankah anda harus memberi saya alasan mengapa anda melakukan ini?"     

"Alasan?" Mulut Wei Jing tersenyum dan dia menjawab, "Alasanku adalah karena kamu, seorang budak, berani menentang ucapanku."     

"Tuan Wei, kalau ingatan anda masih bagus, seharusnya anda ingat bahwa Yang Mulia sudah mencabut posisi budak saya dan memberi saya posisi sebagai pelatih panah di Pasukan Kavaleri Pemberani. Anda dan saya sekarang berada di satu tingkat dan seharusnya bekerja sama untuk melayani kekaisaran Xia kita. Saya bersujud untuk menunjukkan hormat saya untuk para bangsawan. Kalau tidak, dengan posisimu sekarang, anda tidak pantas menerima sujudan saya. Bagaimanapun, anda baru saja dicabut dari jabatan dan menjadi warga sipil. Mengapa anda masih berani berjalan di Istana Sheng Jin dengan begitu sombong?"     

Ekspresi Chu Qiao dingin saat dia mendorong tangan pengawal itu dan berdiri. Dia menepuk lututnya dan berkata, "Saya masih ada urusan, saya permisi dahulu."     

"Lancangnya!" Wei Jing berteriak lalu berkata dengan tenang, "Aku akan membunuhmu hari ini. Coba kita lihat siapa yang berani menyelamatkanmu! Tangkap dia!" Begitu dia menyelesaikan kalimatnya, empat orang petarung menyerbu maju dan mengincar kepala Chu Qiao!     

Chu Qiao tidak mengira Wei Jing begitu berani. Selain membawa senjata di dalam Istana Sheng Jin, dia bahkan berani memulai pertikaian. Namun, waktu tidak menunggu siapapun, dia tidak punya waktu untuk berpikir. Tanpa gerakan-gerakan mewah, hanya suara tulang patah yang terdengar. Dalam sekejap, pengawal yang menyerang dia dipatahkan tulangnya dan menjerit kesakitan.     

Chu Qiao menghindari pedang panjangnya dan menendang ke belakang, mengenai dada pengawal itu seakan-akan Chu Qiao memiliki mata di belakang kepalanya. Pengawal itu berteriak saat darah menyembur dari mulutnya, dan ia terhuyung-huyung ke belakang.     

Chu Qiao merentangkan kedua tangannya bak petir, yang satu menangkap pergelangan tangan seorang pengawal, tangan lainnya memegang pisau. Dia menggunakan keahlian seperti ninja dan menusuk pengawal itu dengan akurat dan tanpa henti. Sebelum mereka bisa merasakan sakit, mereka sudah jatuh ke tanah. Semuanya terjadi dalam sekejap. Empat orang pengawal terampil semuanya dikalahkan, terluka dan tidak bisa bertarung lagi.     

Angin bertiup kencang saat Chu Qiao berdiri di tengah keempat pria yang tergeletak di tanah. Dia terlihat tenang, berdiri tegak dan ditutupi mantel bulu yang panjang. Dia memancarkan aura yang sangat dingin dan penuh semangat, seolah-olah dia belum bergerak sejak awal. Dia menatap dengan dingin ke arah Wei Jing, yang wajahnya dipenuhi kebencian, dan berkata dengan halus, "Menyingkir."     

Wajah Wei Jing menjadi pucat saat dia memikirkan kebenciannya terhadap Chu Qiao karena memotong jarinya, dan dia kehilangan ketenangannya. "Bunuh dia!" dia berteriak dengan suara rendah, terdengar seperti hantu dari neraka.     

Angin dingin berembus melalui pintu dan melalui lorong di antara kedua tembok tinggi, menghasilkan gundukan salju yang besar. Lebih dari sepuluh pengawal berbaris maju dan berjongkok di depan Wei Jing dengan satu lutut di lantai. Dengan satu tangan di punggung, mereka semua mengeluarkan panah dari belakang dan menyerahkannya kepadanya!     

Alis Chu Qiao berkerut dan dia melangkah mundur dengan hati-hati. Wei Jing berani membawa busur silang ke dalam istana, apa maksudnya? Setelah keluarga Qi dan Zhao semakin berkuasa, apakah keluarga Wei juga melebarkan kekuasaan mereka, atau apakah dia mendapat pengecualian khusus dan diizinkan membawa senjata ke dalam istana?     

Sebelum dia selesai memproses pemikiran ini, sejumlah panah melesat ke arahnya. Karena dipanah dari jarak dekat, panah-panah itu sekuat petir dan menembus udara dingin menuju Chu Qiao!     

Chu Qiao menukik ke bawah dan berguling ke depan salah satu pengawal, yang tulangnya ia patahkan tadi, lalu menariknya di kerah. Hanya suara pop yang terdengar sementara darah memercik ke mana-mana. Saat pengawal itu akan berteriak, dia sudah digunakan sebagai tameng. Dalam sekejap dia sudah ditutupi panah dan tumbang ke tanah.     

Chu Qiao menggunakan kesempatan ini untuk menendang tubuhnya keras, mengirim tubuhnya melayang ke arah barisan pemanah, membubarkan formasi mereka. Chu Qiao memanfaatkan kesempatan untuk melawan mereka dengan kecepatan kilat. Dia menangkap kepala salah satu pengawal yang besar, memuntir tangannya dan mencabut segenggam rambut.     

Semua yang melihat terkejut. Melihat betapa kejamnya rekan mereka dibunuh membuat mereka terlalu takut untuk menyerang. Wajah Chu Qiao yang dingin dan tidak berekspresi bagaikan monster kegelapan. Ke mana pun dia pergi, akan membuat keonaran. Dia sangat akurat; setiap gerakannya akan menyakiti lawannya.     

Sampai saat ini, semua orang mengerti istilah "satu orang menjaga jalur, sepuluh ribu orang tidak bisa melewati." Hanya saja, yang berdiri di hadapan mereka adalah seorang gadis kurus yang terlihat lemah.     

Tembakan para pengawal mulai melemah saat wajah mereka semakin pucat. Kemampuan bertarung Chu Qiao yang profesional dan kepribadiannya yang bermusuhan membuat para pengawal itu ketakutan.     

Dalam sekejap, Chu Qiao sudah membunuh mereka semua. Mata Wei Jing terlihat panik dan dia buru-buru mencabut pedang dari pinggangnya. Namun, detik berikutnya, Chu Qiao sudah menendang dua orang pengawal yang tersisa di depannya dan akan menangkapnya.     

Tangan Chu Qiao terlihat lebih seram daripada pisau pada saat itu. Mengemban tugas untuk melindungi tuan mereka, dua orang pengawal bergegas mencabut pedang mereka dan mulai menyerang Chu Qiao.     

Kecepatannya sangat luar biasa! Chu Qiao melompat ke udara, merentangkan kakinya, dan menendang leher salah satu pengawal tanpa ampun.     

Memanfaatkan kesempatan ini, Wei Jing segera mundur ke belakang dua orang pengawal. Saat Chu Qiao berputar, dia sudah semakin menjauh. Tidak peduli secepat apapun Chu Qiao, tangannya tidak akan cukup panjang untuk meraihnya.     

Langkah tergesa-gesa terdengar dari kejauhan. Tidak diragukan lagi bahwa pertarungan ini sudah terdengar oleh orang di dalam istana. Wei Jing, yang sebelumnya sombong dan berniat membunuh Chu Qiao, diam-diam tersenyum. Lalu, sebuah bayangan muncul saat sebuah sosok hitam melompat ke udara. Wei Jing merasakan sesuatu yang dingin di lehernya, dan sebuah pedang hitam putih berhenti di tenggorokannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.