Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 112



Bab 112

0Chu Qiao akhirnya mengikuti Zhuge Yue. Kalau satu tahun lalu seseorang memberitahunya kalau dia akan duduk tenang bersama Zhuge Yue di dalam kereta kuda yang sama, dia tidak akan memercayai hal itu. Tetapi sekarang, saat dia melihat pria itu yang sedang bersandar dan membaca buku, dia tidak merasakan sedikitpun niat membunuh.     

Saat pesta di Kota Wu Peng, dia bertemu dengan beberapa kenalan, seperti Pangeran Keempat Belas Zhao Yang, Mu Yun dari Ling Nan, Wei Qingchi dari keluarga Wei, dan Zhao Zhong Yen, putra dari Raja Ling. Ini benar-benar pengalaman yang tidak biasa, saat dia berdiri di tengah kerumunan para bangsawan walaupun dia seorang kriminal yang paling dicari-cari oleh kekaisaran. Dia tidak hanya berhadapan dengan mereka, melainkan juga menuangkan minuman untuk mereka dan menghibur mereka. Benar-benar pengalaman yang tidak menyenangkan.     

Saat ini, kereta kuda para bangsawan ini mengelilinginya dan mereka semua sedang bersama-sama menuju ke Tang Jing untuk merayakan pernikahan Pangeran Tang. Di bawah pengawasan seketat itu, kesempatannya untuk melarikan diri menjadi hampir nol. Dia hanya bisa mengikuti Zhuge Yue ke mana pun pria itu pergi, menahannya sebagai "sandera", saat mereka mulai perjalanan aneh ini. Tetapi sandera ini tampaknya tidak menyadari kalau dirinya sedang disandera.     

"Air," Zhuge Yue berkata tanpa mengangkat matanya.     

Chu Qiao menatapnya dengan marah, dan bagaikan sebongkah kayu yang mati, dia menolak untuk bergeming.     

Setelah sejenak, tuan keempat keluarga Zhuge itu tiba-tiba menyadari sesuatu. Mengangkat kepalanya, dia melihat ke arah gadis itu dengan wajah terkejut. Jika mata bisa berbicara, matanya akan berkata, "Apa kamu tidak mendengar ucapanku?"     

Chu Qiao tidak tahan lagi, dan membentak, "Aku bukan pelayanmu."     

Zhuge Yue mengangguk seakan-akan menunjukkan dia mengerti sepenuhnya. Chu Qiao terkagum dengan betapa cepatnya dia setuju, namun langsung mendengar pria itu berteriak, "Yue Qi!" Pintu kereta terayun membuka. Dengan gerakan yang lincah, Chu Qiao menarik cadarnya yang tebal menutupi wajahnya, dan duduk di samping Zhuge Yue, belatinya sudah menekan punggung pria itu. Jika dia melakukan gerakan aneh apapun, Chu Qiao akan langsung menusuknya tanpa ragu.     

"Tuangkan teh untuk aku." Yue Qi terkejut, dan dia melihat ke arah Chu Qiao dengan bingung. Zhuge Yue menjelaskan dengan polos, "Dia bukan pelayanku."     

Sambil diam-diam berpikir betapa Zhuge Yue menyayangi wanita ini, Yue Qi menyarankan, "Kalau begitu, perlukah saya carikan pelayan untuk melayani tuan dan nona?"     

Zhuge Yue mengangguk, tampak setuju. Lalu dia berbalik dan melihat ke arah Chu Qiao dengan serius. "Apakah kamu keberatan dengan itu?"     

Tentu saja dia keberatan! Mata Chu Qiao membara dengan amarah, dan belatinya ditekan lebih keras ke punggung pria itu. Apa yang sedang Zhuge Yue pikirkan? Apa dia cari mati?     

"Tampaknya dia tidak menginginkan itu," jawab Zhuge Yue kepada Yue Qi. "Bantu tuangkan secangkir teh untuk aku dulu. Kalau nanti ada hal lain aku panggil kamu lagi."     

Yue Qi mengangguk. Saat dia hendak masuk ke dalam kereta, Chu Qiao tidak punya pilihan dan terpaksa memotong dengan nada rendah, "Biar saya saja." Yue Qi tersenyum, dan berbalik, dia keluar dari kereta lalu menutup pintunya.     

"Apa yang sedang kamu lakukan?" Begitu Yue Qi pergi, Chu Qiao sudah mulai bertanya kepada Zhuge Yue dengan galak.     

Zhuge Yue sangat tenang, sambil mengamati teh yang dihangatkan di atas kompor, lalu menjawab, "Aku haus."     

"Apa kamu tidak punya air? Apa kamu tidak bisa menuangkannya sendiri?"     

Tanpa buang waktu, Zhuge Yue membuka mulutnya, berniat memanggil Yue Qi lagi. Karena panik, Chu Qiao berlari ke depan dengan lincah dan menutupi mulut pria itu, sementara alisnya mengerut.     

Baiklah! Chu Qiao mengaku kalah dengan telak di dalam hati. Tanpa memedulikan suhunya, dia mengangkat teko air yang paling panas dan menuangkan secangkir teh. Dengan keras, dia membanting cangkir itu ke meja kecil di sebelah Zhuge Yue dan membentak, "Minumlah! Kuharap kamu melepuh!"     

Tanpa bergeming, Zhuge Yue dengan santai mengeluarkan saputangan katun. Dia mengangkat cangkir teh itu dengan saputangan, lalu meniupnya beberapa kali agar lebih dingin lalu mulai meminumnya perlahan-lahan.     

Melihat pria itu begitu tenang, Chu Qiao merasa sakit kepalanya menjadi semakin parah. Terserah. Apapun yang terjadi, aku harus melarikan diri malam ini. Walaupun itu berarti jejakku akan terbongkar, aku tidak bisa tinggal di sini lebih lama lagi.     

Kota An Bai adalah pusat industri besar di area timur Kekaisaran Tang. Tempat ini terletak diapit Dataran Tinggi Ping Gui di satu sisi, dan Pegunungan Cui Wei di sisi lainnya. Di kaki Gunung Cui Wei ada Sungai Nanyue, yang juga dikenal sebagai Jalur Air Perbatasan Selatan. Ini adalah jalur air buatan yang dibangun oleh Kekaisaran Tang, dan menuju langsung sampai ke Yan Bei dari Cheng Zhou. Jalur air ini merupakan sumber untuk sebagian besar perdagangan yang terjadi, terutama yang berhubungan dengan hewan ternak seperti sapi dan domba, jalur air ini sendiri sudah mengangkut hampir setengah volume perdagangan di Kekaisaran Tang. Di balik Pegunungan Cui Wei adalah tanah tandus Qing Hai. Walaupun penduduk di sana sangat sedikit, namun ada banyak utusan pedagang kaya dan sering berdagang rempah-rempah yang berharga dan bahan kulit dengan Kekaisaran Tang. Karena alasan geografis, walaupun Kota An Bai adalah kota yang kecil, tapi kota itu cukup makmur.     

Kunjungan oleh rombongan bangsawan dari Kekaisaran Xia ini langsung membuat kehebohan di dalam kota kecil itu. Bahkan sebelum memasuki kota, para pejabat sudah datang menyambut mereka dan membentuk formasi sambutan setengah kilometer dari kota. Dari kejauhan, bisa terlihat topi para pejabat yang warna-warni bergerak naik turun, dan tampaknya banyak kegiatan yang sedang berlangsung. Chu Qiao berkomentar, "Sejak kapan kalian dan orang-orang Kekaisaran Tang hidup berdampingan dengan begitu damai? Bukankah kalian masih berperang bahkan sampai tahun lalu?"     

Zhuge Yue menyipitkan matanya. Dia melihat Chu Qiao dari sudut matanya. "Dalam politik, tidak ada musuh yang permanen di hadapan keuntungan bersama."     

Chu Qiao berbalik dan menatap pria itu, lalu mendengus, "Ini hanya perkumpulan para rubah-rubah yang licik."     

"Lebih tepatnya orang yang benar akan mendapat banyak bantuan." Mengangkat cangkir tehnya, Zhuge Yue menyeruput tehnya, lalu melanjutkan, "Sebaliknya, orang-orang yang bersekongkol dan memberontak, sudah ditakdirkan untuk akhir yang mengerikan."     

Dengan amarah membara di hatinya, Chu Qiao baru saja mau membalasnya, tetapi dia mendengar suara langkah kaki dari luar pintu kereta. Dia segera memakai kembali kerudungnya yang tebal, dan duduk di sebelah Zhuge Yue, belatinya dihunus dan siap menyandera pria itu.     

Pintu kereta terbuka. Mu Yun berdiri di luar. Chu Qiao sudah bertahun-tahun tidak bertemu dengannya, dan kini saat dia melihat pria itu lagi, dia menyadari kalau dengan jubah biru pucatnya, sepatu bot putih salju, dan sedikit riasan sederhana, pria itu bahkan tidak terlihat seperti pria lagi. Tersenyum kepada Zhuge Yue, Mu Yun berkata, "Pejabat tertinggi dari Kota An Bai telah tiba. Setelah berdiskusi sejenak, kami memutuskan kalau kami tidak hadir dan menemani mereka, itu kurang sopan. Bagaimana menurut tuan keempat?"     

Zhuge Yue menyeringai, dan menjawab dengan santai, "Apa saja boleh. Kalian tentukan dan kabari saya saja."     

Mu Yun mengangguk dan menutup pembicaraan, "Kalau begitu saya tidak mengganggu istirahat anda lagi. Kita akan segera memasuki kota, ikutlah bersulang dengan kami saat jamuan nanti malam!"     

Saat pintu tertutup, Chu Qiao membentak, "Zhuge Yue, jangan melakukan hal yang tidak perlu!"     

Sambil mendengus, Zhuge Yue menjawab, tanpa memedulikan belati yang diarahkan ke jantungnya dari belakang, "Seharusnya itu kata-kataku."     

"Apa kau pikir aku bodoh?" Chu Qiao menjawab dengan dingin, "Mengingat kepribadianmu, mengapa kamu bepergian bersama iring-iringan ini? Dan sekarang, bergaul dengan para pejabat itu, apa yang kamu rencanakan? Biar kuberitahu, kamu tidak akan berhasil!"     

Zhuge Yue mengangkat kepalanya dan melihat Chu Qiao dengan santai sambil menunjuk ke dadanya. "Kalau kamu memang takut, cukup tusuk di sini. Kalau tidak, jangan berisik."     

Chu Qiao mengangkat alisnya dan bertanya, "Kamu pikir aku tidak akan melakukan itu?"     

Merasa terhibur, Zhuge Yue melihatnya dan menanti, lalu mendengus, "Oh, memangnya kamu berani?"     

Tiba-tiba, terdengar suara keriuhan pawai terdengar dari luar, dan segera diikuti suara petasan. Walaupun ada banyak suara alat musik, bisa terdengar kalau mereka terkoordinasi dengan baik. Bagaimanapun, sangat aneh bisa terdengar suara pawai seperti itu di luar sini.     

Baik Chu Qiao maupun Zhuge Yue terkejut, dan mereka mendengar suara Yue Qi dari luar kereta, "Tuan, saya dengar, baru tidak lama Pangeran Tang melewati area ini."     

Walaupun dipisahkan oleh jendela, bisa dibayangkan wajah Yue Qi saat dia mengatakan ini. Walaupun keadaan mereka masih canggung, Chu Qiao dan Zhuge Yue saling berpandangan, dan sama-sama memikirkan betapa tidak lazimnya kebiasaan Pangeran Tang itu.     

"Benar-benar menghamburkan sumber daya dan tenaga!" Chu Qiao berseru. Zhuge Yue, di sisi lain, memutuskan untuk tidak merespons sama sekali, dia bersandar pada bantal empuk dan menutup matanya, sama sekali tidak memedulikan kekacauan di luar sana. Di bawah keriuhan pawai yang memekakkan telinga, iring-iringan itu perlahan memasuki kota.     

Di siang bolong, dengan diiringi pawai yang begitu meriah, Chu Qiao, seorang teroris yang dicari-cari oleh kekaisaran dengan berani memasuki gerbang Kota An Bai.     

Setelah memastikan kereta kuda tersusun rapi, tentu saja ada sambutan lainnya dari para pejabat setempat. Tanpa meninggalkan sisi Zhuge Yue, Chu Qiao menyapa banyak pejabat yang datang menyambut iring-iringan itu.     

Saat malam tiba, api yang berkedip-kedip menerangi kerumunan yang ramai itu. Banyak kereta mewah berkumpul di depan kediaman Walikota An Bai, sementara para penjaga kediaman itu meneriakkan ucapan-ucapan pujian berulang-ulang untuk menyambut para tamu ini. Di dalam aula, lampu terang menerangi seluruh ruangan sementara para penari berdansa di lantai dansa. Aroma manis minuman meresap di seluruh ruangan.     

Mengikuti di belakang Zhuge Yue, Chu Qiao memakai gaun berwarna hijau daun. Masih memakai kerudung tebal, hiasan di kepalanya bahkan lebih ramai dari sebelumnya. Sekilas, dia terlihat bagaikan wanita cantik yang langka.     

Saat para pemusik memainkan lagu, Zhuge Yue menyadari Mu Yun dan Zhao Yang telah tiba di sana. Setelah bertukar sapa dengan singkat, semua orang duduk di kursi yang sudah disiapkan.     

Walikota dari Kota An Bai adalah seorang terpelajar yang terlihat masih berusia tiga puluhan tahun. Walaupun dia terlihat polos dan naif, kemampuannya berbicara sangat mengagumkan. Setelah bersulang pada semua orang, bahkan Chu Qiao terkagum dengan kemampuannya bersosialisasi. Saat dia menyelesaikan kata sambutannya, kehebohan di dalam aula itu semakin meningkat, saat orang-orang mulai mengobrol dengan seru.     

Zhao Yang duduk di atas Zhao Yang dan Chu Qiao, pemuda itu mengenakan jubah keemasan, dan menenggak secangkir demi secangkir arak tanpa henti. Chu Qiao bukannya tidak kenal dengan pria ini. Walaupun dia tidak sering bertemu dengannya di dalam Kota Zhen Huang, namun dia hampir selalu bertarung dengan pasukan pria itu selama dua bulan terakhir. Bahkan, seluruh wilayah tenggara kini di bawah kekuasaannya, jadi meskipun perintah untuk mengejar dirinya dikeluarkan oleh Zhao Che, namun yang melaksanakan perintah itu adalah Pangeran Keempat Belas ini.     

"Pangeran Keempat Belas benar-benar seorang pahlawan. Gadis ini merasa terhormat bisa bertemu dengan anda hari ini."     

Adik dari Walikota dengan anggun berjalan mendekat dan bersulang dengan Zhao Yang. Sambil tersenyum, Zhao Yang berdiri dan membalas sulangannya. Terkejut dengan perlakuan itu, gadis itu membungkuk lebih rendah lagi, dan dari tempat duduk Chu Qiao, dia bahkan bisa melihat pakaian dalam merah gadis itu.     

Dari samping, seseorang berkata, "Pertarungan di Huai Yang sangat menakjubkan. Dengan bakat dan prestasi sehebat itu di usia muda seperti ini, Yang Mulia pasti akan memiliki masa depan yang sangat cerah!"     

Zhao Yang tersenyum. "Tak peduli terlihat sehebat apa pun, saya masih tidak bisa menangkap Chu Qiao. Tuan-tuan, saya tidak pantas mendapat pujian ini." Orang-orang tampak terkejut oleh komentar yang begitu rendah hati. Saat keadaan mulai menjadi canggung, sang Walikota menyela, "Gagal itu wajar. Kalau sang pangeran bertemu dengan wanita itu lagi, saya yakin dia tidak akan beruntung seperti itu lagi."     

Mendengar itu, Zhao Yang tidak berkata apa-apa lagi. Dia hanya melihat ke orang-orang sejenak lalu duduk kembali. Setelah berhasil menenangkan suasana canggung tadi, sang Walikota mengundang adiknya untuk tampil. Tanpa ragu, gadis muda itu melepaskan mantel luarnya, menampilkan gaun merah menyala yang berbulu halus, dan menampilkan tarian yang anggun. Setelah selesai menari, dia duduk di samping Zhao Yang dan mulai melayaninya dengan penuh perhatian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.