Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 139



Bab 139

0Chu Qiao menatap gadis itu dan berkata, "Kamu pikir kamu sanggup melakukannya?"     

"Tentu saja." Zhao Chun Er tertawa dengan bangga. "Tentu aku sanggup! Apakah kamu tahu di mana kita sekarang? Biar aku beri tahu kamu, kita berada di ruangan bawah tanah di bawah Alun-alun Mawar. Sebentar lagi, akan ada tumpukan kayu bakar di alun-alun. Kamu akan diikat di sebuah tiang dan dibakar hidup-hidup. Apa yang bisa kamu lakukan? Kamu pikir Li Ce bisa menyelamatkan kamu? Terus saja bermimpi. Dia tidak akan datang kemari, ada yang akan menahannya. Kalau Yan Xun tahu kamu dibakar sampai mati oleh Kamp Utara di Tang, bagaimana reaksi dia? Dia begitu mencintaimu. Apakah dia akan membalas dendam kepada Tang dengan pasukannya? Apakah dia akan turun dari perbatasan utara menyusuri sungai untuk memulai perang dengan Tang? Apakah dia akan lawan seluruh dunia walaupun dia tahu itu bunuh diri?"     

"Haha!" Mata Zhao Chun Er memancarkan sinar gila. Dengan melamun, dia berkata, "Aku akan menggunakan segala cara untuk menghadapi kalian semua. Demi hari itu, aku akan bersabar menerima segala hal, bahkan penghinaan dan siksaan. Ini semua hanya supaya aku bisa melihat hari di mana kalian semua tumbang! Kalian semua sudah menghancurkan hidupku. Aku akan membuatnya 1.000 kali, 10.000 kali lebih parah untuk kalian semua! Apakah kamu membenciku? Apakah kamu menyesal menyelamatkan aku di waktu itu? Apakah kamu ingin menghantamkan kepalamu di tembok? Kamu bisa apa sekarang? Kamu bisa bersikap baik, kamu bisa membuat semua pria di dunia ini jatuh hati kepadamu, lalu apa? Kamu tetap akan mati di tanganku juga. Apa yang terjadi? Mengapa kamu berkeringat dingin? Apakah kamu takut? Apa kamu tahu apa itu rasa takut? Mengapa kamu tidak menangis? Mengapa kamu tidak berteriak minta tolong? Mungkin Yan Xun bisa mendengar kata-kata terakhirmu dari dataran tinggi di Yan Bei! Haha …."     

Tiba-tiba, suaranya terhenti dan pupil matanya melebar. Sebuah tangan menangkap wajahnya dengan kecepatan yang mengerikan, lalu melepaskan sendi rahangnya dengan satu sentakan!     

Chu Qiao melempar tali-tali yang tadi mengikatnya. Dari cara dia diikat tadi, dia bisa melepaskan diri dari 20 tali dalam tiga menit. Dia berdiri dan melihat Zhao Chun Er yang sudah terjatuh di lantai. Dia berjongkok perlahan, dan berkata, "Kamu benar. Aku menyesalinya. Aku menyesal mengapa aku berbaik hati menyelamatkan kamu waktu itu. Namun, aku tidak menyimpan dendam yang tidak berarti. Kalau aku tahu aku sudah membuat kesalahan, aku akan segera memperbaikinya."     

Wajah gadis itu dingin, namun tatapan matanya tenang. Dia menarik lepas pakaian Zhao Chun Er, sambil berkata dengan dingin, "Kamu sudah salah menilaiku. Aku tidak membunuh orang tidak bersalah, namun aku juga bukan orang baik. Kalau kamu mengancamku, aku tidak akan menahan diri. Kamu pikir kamu menakutkan bagiku? Kamu pikir kamu sudah berhasil? Kamu pikir dengan semua tipuan kecil ini, kamu dapat menjebak Yan Xun dan aku? Menghancurkan kami? Kamu terlalu naif dan menilai dirimu terlalu tinggi. Di dunia ini, ada begitu banyak orang yang mengincar nyawa kami. Kami tidak peduli kalau kamu juga menginginkannya. Aku tidak tahu apakah orang yang akan mencabut nyawaku sudah terlahir atau belum, tetapi yang aku tahu yaitu, orang itu bukan kamu."     

Zhao Chun Er membuka mulutnya untuk berteriak minta tolong namun tidak bisa melakukannya.     

Chu Qiao mencopot pakaian Zhao Chun Er, menukar pakaian mereka, dan mengacak-acak rambut wanita itu. Dia mengambil kain putih di dahi wanita tersebut, menatapnya, dan berkata perlahan, "Zhao Chun Er, akuilah. Kamu hanya sampah! Kamu bukan tandinganku. Sejak dahulu seperti ini, dan sekarang pun masih seperti ini, dan selamanya akan tetap seperti ini. Kamu tidak seharusnya memancing saya. Karena kamu terlalu halus. Kamu belum pantas untuk melakukan itu!" Setelah selesai berbicara, Chu Qiao mengepalkan tinjunya, dan meninju wajah Zhao Chun Er!     

Suara erangan keluar dari tenggorokan Zhao Chun Er. Chu Qiao menghantam pelan tetapi dengan bertenaga. Dalam sesaat, darah mengalir keluar dari hidung dan mulut Zhao Chun Er, membuat wajahnya sulit dikenali. Zhao Chun Er sudah tidak bisa berbicara. Hanya suara terengah-engah yang terdengar darinya, seperti ayam yang sudah kalah berkelahi. Dia terjatuh dengan lemah di lantai, rambutnya menutupi wajahnya yang berdarah seperti ikan yang keluar dari air.     

Dia melihat Chu Qiao berdiri, mengibaskan tangannya yang penuh dengan darah. Lalu gadis itu mengenakan pakaian kuning milik Zhao Chun Er, mengacak-acak rambutnya sendiri, dan menyeka wajahnya dengan tangannya yang bernoda darah. Dia berlutut di lantai, dengan wajah penuh darah. Berpura-pura menjadi si tuan putri, dia berteriak, "Pengawal! Lindungi saya!"     

Sekelompok besar prajurit bergegas ke dalam ruangan. Chu Qiao menutupi wajahnya dengan tangannya yang berdarah dan menunjuk ke arah Zhao Chun Er, sambil berteriak, "Dia berani menyerang saya! Bunuh dia! Bakar dia sampai mati!"     

Zhao Chun Er masih tergeletak di lantai, tidak bisa bergerak. Dia mengenakan pakaian Chu Qiao yang berdarah. Wajahnya sulit dikenali, dan sendi rahangnya terlepas. Para prajurit yang kasar mengangkatnya. Saat dia melewati Chu Qiao, dia menoleh ke belakang dan melihat tatapan tajam di mata Chu Qiao.     

Chu Qiao tersenyum dan berbisik, "Saya tidak mengantarkan kamu."     

Sekelompok orang membawa Zhao Chun Er pergi. Chu Qiao memberi perintah, "Saya terluka. Bawa saya kembali ke istana!"     

Angin terus melancarkan serangannya ke tanah. Awan hitam mulai terbentuk sementara ranting-ranting dan daun-daun terbang di udara. Setumpuk besar kayu bakar telah disusun di atas Alun-alun Mawar yang luas. Angin meniup wajah Chu Qiao. Ia menutupi wajahnya dan duduk di dalam kereta kuda, yang dengan cepat meninggalkan tempat itu. Dia menoleh ke belakang dan melihat musuhnya yang perlahan menghilang. Langit saat itu gelap dan awan menggantung rendah di langit. Udara terasa pengap. Angin membuat pepohonan dan bebatuan terpencar, lalu melesat melewati kereta kuda dan mengeluarkan bunyi lolongan rendah sambil berlalu. Pepohonan berguncang keras, sudah hampir tumbang karena angin. Hari masih siang, namun matahari tidak terlihat. Seluruh Tang Jing diselubungi oleh selimut kelabu. Tampaknya hujan deras akan segera turun.     

Kereta kuda itu sangat cepat, dikendalikan oleh kusirnya. Para prajurit menunggang kuda mereka dan mengikuti kereta kuda itu saat ia melintas sepanjang jalur di dekat gerbang kota.     

Angin meniup pasir dan bebatuan hingga menabrak kereta, membuat suara gemerisik. Tangan Chu Qiao penuh noda darah. Dia menggunakan kain putih untuk menutupi wajahnya. Dia mengamati sekelilingnya, menunggu kesempatan untuk melarikan diri. Dia harus mencari Yan Xun secepatnya. Menurut perkiraannya, Yan Xun belum masuk ke dalam kota, namun akan tiba di hari ini. Mungkin, dia sudah menunggu di luar kota. Jika kabar ini terdengar olehnya, akan ada akibat yang tak terbayangkan. Walaupun Zhao Chun Er bodoh dan dungu, apa yang dia katakan benar. Chu Qiao dan Yan Xun saling bergantung satu sama lain; mereka adalah titik kelemahan satu sama lain.     

Sedangkan Li Ce, Chu Qiao tidak percaya kalau pria itu akan jatuh ke dalam perangkap orang lain dengan mudah. Bagaimanapun, dia adalah rubah yang licik. Bahkan jika terjadi sesuatu pun, Chu Qiao yakin Li Ce bisa membalikkan keadaan.     

Suara langkah kaki kuda memecah keheningan di jalan yang panjang itu. Bersama dengan angin, pasir dan batu, jalan itu tampak semakin dingin.     

Saat kereta kuda itu akan memasuki jalan utama yang menuju ke bagian dalam kota, Chu Qiao memutuskan kalau saat ini adalah waktu terbaik untuk kabur. Dia menggertakkan giginya dan meraba belatinya yang tersembunyi di bawah betisnya, menunggu kesempatannya.     

Tetapi, pada saat ini, sebuah suara mendesing mengganggu irama kaki kuda yang seragam. Panah-panah tajam menancap di kuda-kuda mereka! Para kuda perang itu menjerit kesakitan. Saat itu juga, pasukan Xia terlempar dari punggung kuda mereka, menambah kekacauan. Pembunuh dari kedua sisi melompat dari pohon dan tembok ke atas tanah, membawa belati dan busur silang mereka. Mereka tak bisa dihentikan. Pasukan Xia tidak sempat melawan. Setengah dari mereka terluka saat terjatuh dari kuda-kuda mereka. Pasukan berisi 300 orang langsung hancur.     

"Langit sedang membantu aku!" Chu Qiao berpikir pada dirinya sendiri dengan riang. Tampaknya Zhao Chun Er juga memiliki banyak musuh. Dirinya pasti bodoh kalau tidak memanfaatkan kesempatan baik ini.     

Dia melompat turun dari kereta kuda dengan gesit untuk melarikan diri. Saat dia bersiap untuk menyelinap, dua pria berpakaian hitam muncul dari kedua sisi. Chu Qiao menggertakkan giginya. Tampaknya sasaran mereka adalah Zhao Chun Er, tuan putri yang segera mati itu. Chu Qiao memutar tubuhnya dan meluncur ke depan untuk menghadapi mereka.     

Chu Qiao melompat ke udara dan menendang selangkangan kedua pria itu dengan kedua kakinya. Setelah suara gedebuk, jeritan kesakitan yang tajam terdengar di jalan yang panjang tersebut. Chu Qiao tidak sempat untuk berbalik dan merayakan kemenangan kecilnya. Berhubung mereka juga musuh dari Zhao Chun Er, dia memberi mereka ampun. Namun, setelah menerima tendangan di alat vital, dia tidak yakin kalau mereka masih bisa berfungsi seperti pria normal.     

Ada nafsu membunuh di mana-mana. Para pria berbaju hitam itu sangat kejam, tidak berniat membiarkan siapa pun hidup. Mereka memegang kapak di tangan, mengayunkannya ke semua yang masih hidup. Darah dan cairan otak yang putih menciprat ke semua arah. Sangat kejam!     

Chu Qiao memicingkan matanya. Dengan mengerahkan seluruh kekuatannya, dia berlari ke arah jalan utama. Dia tidak percaya kalau orang-orang ini akan secara terbuka bertindak semena-mena di jalanan utama.     

Tampaknya musuhnya menyadari niat gadis tersebut. Tiba-tiba, sebuah bayangan hitam muncul di belakangnya. Bayangan itu sangat cepat. Kecepatan penyerang tak dikenal itu menandingi Chu Qiao. Penyerang itu mendekat ke depan, melesat sampai lima atau enam langkah dari gadis itu, dan berlari di sampingnya. Saat berlari, penyerang itu mengeluarkan busur silangnya dan menembakkan panah ke arah Chu Qiao!     

Pada saat ini, wajah Chu Qiao tertutup oleh kain putih, wajahnya penuh noda darah. Rambutnya berantakan di depan dahinya, seperti orang gila. Namun, hal ini tidak menghambat gerakannya dan penglihatannya.Melihat panah melayang ke arah betisnya, dia meraih tembok, lalu melompat ke udara.     

Dengan bunyi berderak, panah itu patah menjadi dua bagian saat menabrak tembok. Kekuatan orang itu terlihat jelas.     

Kemampuan yang hebat! Chu Qiao melihat pria itu dari sudut matanya. Pria itu tidak terpengaruh, dan sedang mengeluarkan sebuah panah lagi.     

Chu Qiao menyeringai dan meraih kantongnya, lalu berteriak, "Awas senjata tersembunyi!"     

Chu Qiao kelelahan setelah pertempuran dengan Kamp Utara. Di saat genting ini, dia mengerahkan sisa-sisa tenaganya. Suaranya serak dan tidak bisa dikenali. Namun, dalam masalah hidup dan mati tersebut, pria itu mendengarnya. Bayangan hitam itu bereaksi dengan cepat, memutar tubuhnya untuk menghindari segala ancaman walaupun sebenarnya tidak ada senjata tersembunyi.     

Chu Qiao menambah jarak di antara mereka. Pria itu mengerang dengan marah, lalu melanjutkan pengejarannya.     

Tempat ini terpencil, banyak jalan kecil dan lorong-lorong. Chu Qiao mengabaikan bayangan yang mengikutinya itu, terus berlari melewati lorong-lorong kecil. Tetapi, dalam sekejap, dia merasa ada yang janggal. Reaksi lawannya terlalu cepat. Kecepatan pria itu mengimbangi kecepatan dirinya. Saat dia berbalik, pria itu bersikap seperti robot, tidak memerlukan waktu sama sekali untuk menyadari perubahan arah gadis itu. Gerakan mereka serentak. Yang paling penting adalah pria ini tidak mengeluarkan suara apa pun!     

Siapa sebenarnya yang telah disinggung oleh si bodoh, Zhao Chun Er?     

Chu Qiao marah. Sebuah pohon besar menghalangi di tengah jalan. Chu Qiao menyipitkan matanya dan berlari ke arah pohon tersebut, lalu tiba-tiba berhenti dan bersembunyi di balik pohon tersebut. Berdasarkan deduksi logis, tidak ada orang yang akan berhenti mendadak seperti itu. Betapa lincah pun orang itu, ketika dia berhenti, dia akan berhenti di depan Chu Qiao. Mempersiapkan diri untuk hal itu, Chu Qiao memegang belatinya di tangan, bersiap untuk menyerang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.