Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 221



Bab 221

0Chu Qiao tidak bisa menahan tawanya saat dia berkata, "Lihat dirimu. Bagaimana kamu bisa menjadi seorang kaisar?"     

"Siapa yang bilang kalau kaisar tidak boleh bersikap seperti ini? Kamu tidak tahu betapa menderitanya aku. Aku ingin menggunakan sedikit uang, tetapi orang-orang tua itu terus mengeluh tentang kekeringan di wilayah timur dan kelaparan di wilayah barat. Mereka ingin aku makan sayuran polos setiap harinya. Mereka semua tidak baik. Aku yang menabung untuk ini. Bukannya berterima kasih padaku, kamu justru mengejek aku sekarang?"     

Langit di Tang sedang cerah, dan tidak terlihat awan. Saat cahaya matahari menyinari mata Li Ce yang bagaikan rubah, sinar itu membuatnya tampak semakin licik. Chu Qiao menghela napas mewakili para pejabat dan cendekiawan Tang, sambil bergumam, "Sungguh malang nasib mereka bertemu dengan kaisar seperti ini."     

Li Ce menggeleng dan menghela napas panjang, "Qiao Qiao, kamu sangat kejam. Dengan pergi begitu saja, He Xiao dan yang lainnya akan melawanku mati-matian."     

Saat nama He Xiao disebutkan, Chu Qiao tertegun. Gadis itu berpikir cukup lama baru dia menjawab, "Li Ce, aku memercayakan para pejuang dari Pasukan Xiuli kepadamu."     

"Mereka semua pria. Untuk apa kamu memercayakan mereka padaku?"     

Chu Qiao mengabaikan jawaban ngawur pria itu dan gadis itu terus melanjutkan, "Aku sudah berpikir selama beberapa bulan ini. Apakah memang semua ini salahku? Aku terlalu lugu, berpikir kalau aku bisa membentuk masyarakat ini menjadi lebih berbudaya dan teratur. Ini berbeda dengan yang digambarkan oleh Da Tong. Aku hanya ingin agar orang-orang miskin sanggup membeli makanan, menghilangkan perbudakan, memastikan kalau orang-orang yang berkuasa bisa menetapkan peraturan untuk orang-orang di bawah mereka, dan untuk memastikan bahwa tidak akan ada lagi pembunuhan tanpa pandang bulu. Aku tahu kalau perubahan ini tidak akan terjadi dalam semalam, tetapi seseorang harus mulai dengan mengambil langkah kecil ke depan. Hasilnya secara alami akan terlihat. Ketika aku pertama kali memulai, aku tidak memiliki aspirasi yang begitu mulia. Aku hanya ingin melarikan diri dan menjalani kehidupan yang baik. Namun, aku bertemu Yan Xun dan mendengar ceritanya tentang Yan Bei. Saat itulah hatiku perlahan mulai hidup kembali. Aku pikir bahwa kedatanganku ke dunia ini mungkin bernilai, dan itu sudah ditakdirkan. Namun, impianku pupus. Aku terlalu percaya diri. Aku pikir aku cukup kuat untuk mengubah banyak hal dan melindungi banyak orang. Pada akhirnya, aku menyadari bahwa kekuatanku terbatas. Keluargaku, teman-temanku … semuanya meninggalkanku. Aku tidak bisa melindungi mereka. Aku menyebabkan banyak orang yang mati dalam proses itu."     

Li Ce mengerutkan kening dan ingin mengatakan sesuatu, tetapi dihentikan oleh Chu Qiao. Gadis itu menatapnya sambil terus mengoceh dengan nada berat, "Li Ce, aku bukan pemimpin yang baik. Para prajurit Pasukan Xiuli tidak memiliki kepercayaan. Mereka hanya percaya padaku. Namun, keberadaanku membuat mereka terlibat dalam krisis demi krisis, dalam perang demi perang. Mereka berdarah, mereka mati. Aku tidak bisa memberi mereka kehidupan yang teratur yang telah aku janjikan kepada mereka. Aku hanya menyelamatkan mereka satu kali, dan seharusnya aku tidak boleh begitu egois sehingga membiarkan mereka bertempur bersamaku, melukai diri mereka sendiri sedemikian parah. Kalau dipikir-pikir, andai aku menuruti Yan Xun dan membubarkan Pasukan Xiuli, banyak dari mereka yang tidak akan mati. Mereka akan menikah dan hidup bahagia selamanya." Suara Chu Qiao mulai terdengar tersedak. Gadis itu cemberut ketika matanya mulai sedikit memerah, tetapi dia tetap tersenyum sambil melanjutkan, "Seseorang tidak harus mencapai hal-hal besar dalam hidup. Menikah, memiliki anak, dan menjalani kehidupan yang bahagia juga merupakan cara lain untuk menjalaninya. Sayangnya, aku terlambat menyadari ini. Mereka telah mati. Mereka tidak bisa dihidupkan kembali. Aku tidak bisa mencuci tanganku dari noda darah ini."     

"Qiaoqiao?" Li Ce mengerutkan kening ketika dia menyela dengan nada berat, "Semua ini bukan salahmu."     

"Aku memiliki tanggung jawab yang tidak bisa aku abaikan." Chu Qiao berkata dengan suara rendah, "Mereka percaya padaku dan mengikutiku, namun aku tidak bisa melindungi mereka. Mereka mati satu per satu, namun aku tidak bisa memberikan penguburan yang layak bagi tubuh mereka. Apakah kamu tahu? Setiap malam, aku mendengar tangisan mereka bersama angin. Mereka rindu untuk kembali ke kampung halaman mereka untuk melihat orang tua mereka yang sudah lanjut usia. Mereka masih sangat muda. Beberapa dari mereka masih berusia 15 atau 16 tahun. Pada usia itu, mereka seharusnya masih mengambek di depan orang tua mereka. Namun, mereka mati di dataran es demi aku."     

Sikap riang Li Ce telah menguap sekarang. Pria itu menatap Chu Qiao, ia khawatir, dan hatinya terasa sakit.     

"Li Ce, tolong bantu aku dan jaga mereka. Kalau kamu khawatir tentang mereka, kamu bisa membubarkan mereka dan memberikan mereka tugas untuk dijalankan. Mereka dapat hidup dengan baik, menikah dan memiliki anak di negaramu. Aku berharap mereka tidak akan bertarung di medan perang lagi. Bagi seorang prajurit, tidak ada yang namanya kemenangan di sana. Kemenangan itu milik para jenderal. Para prajurit hanya dibantai dan dibunuh."     

Li Ce mengangguk dengan susah payah saat dia menatap gadis muda yang pucat dan lemah itu. Dengan suara lembut, pria itu bertanya, "Bagaimana denganmu? Apakah kamu masih membenci Yan Xun? Apakah kamu akan kembali ke sisinya?"     

"Aku tidak membencinya lagi," Chu Qiao menggelengkan kepalanya sedikit dan menjawab dengan nada yang selembut angin musim semi di tepi danau. "Sebenarnya, kalian semua tidak tahu ini. Dia yang paling menderita. Aku menyaksikan kebencian dan rasa sakitnya, dan semua penghinaan yang telah dia lalui. Orang luar tidak mengerti hal-hal ini. Kebencian dalam hatinya tidak terukur bagiku. Saat ini, dia telah menjadi seperti ini. Bahkan jika dia salah, dia telah dipaksa oleh nasib. Setiap orang memiliki hak untuk memilih jalannya sendiri. Itu adalah jalan yang dia pilih. Meskipun aku tidak setuju, aku menghormati pilihannya. Di dunia ini, siapa yang benar sepenuhnya? Dan siapa yang salah sepenuhnya? Kita semua memiliki hal-hal yang kita perjuangkan dan batasan-batasan kita masing-masing. Meskipun kami tidak bisa tetap berada di jalan yang sama, kami tidak perlu menjadi musuh."     

"Bagaimana dengan Zhuge Yue? Mengapa kamu tidak bersamanya? Dia telah melakukan begitu banyak hal untukmu. Apakah kamu tidak mencintainya?"     

"Cinta? Mungkin," Chu Qiao tersenyum sambil melanjutkan, "sebenarnya, aku tidak benar-benar tahu apa yang termasuk cinta sejati, tetapi cinta tidak berarti bahwa kedua belah pihak harus tetap bersama sepanjang waktu. Terkadang, melepaskan juga merupakan satu bentuk cinta." Chu Qiao sedikit menengadah saat angin bertiup di dahinya. Pada saat itu, Li Ce seperti melihat kilatan cahaya penuh wibawa muncul di mata gadis itu yang tenang. Mata itu menawan dan sangat memesona.     

"Bagaimanapun, dia adalah Kepala Marsekal Pasukan Xia. Posisi itu sama dengan menteri pertahanan negara. Bagaimana dia bisa bersama dengan orang seperti aku?" Gadis itu bergumam perlahan sambil melanjutkan, "Aku tahu, selama aku mau, dia akan melepaskan apa pun yang dia miliki untukku. Namun, Li Ce, apakah itu benar-benar baik? Dia telah melalui begitu banyak kesulitan. Dia akhirnya telah mengatasi penghinaan yang telah menjangkiti dia selama ini, dan mencapai posisi dia hari ini. Kami berbeda. Bahkan jika negaranya jatuh dan keluarganya menjauhinya, pada akhirnya dia tetap memiliki tempat untuk pulang. Aku mengerti rasa tanggung jawab yang dimilikinya, memilih antara cinta dan kebebasan.Namun, jika dia menyerahkan segalanya semata-mata demi mencintai aku, mengikuti aku ke ujung dunia, apakah kamu pikir dia akan benar-benar merasa bahagia? Tidak. Dia adalah seorang pria. Seorang pria pasti memiliki keinginannya sendiri. Ketika dia perlahan menjadi dewasa dan menua, dia akan memahami semua ini. Pada waktunya, dia akan bersukacita atas pilihan yang telah dia buat."     

"Selain itu, aku sudah lelah," Chu Qiao menurunkan kepalanya, menatap Li Ce dengan senyuman hangat. "Aku sudah bekerja keras selama lebih dari sepuluh tahun. Aku tidak lagi memiliki keberanian untuk menempuh jalan yang tidak pasti lagi. Aku juga seorang wanita. Aku ingin waktu untuk diriku sendiri supaya aku bisa beristirahat."     

"Qiao Qiao," Li Ce menghela napas dan berkata tak berdaya, "apakah aku tidak akan bisa menghentikanmu? Apakah kamu benar-benar berencana untuk pergi?"     

"Iya," jawab Chu Qiao dengan serius. "Kamu tidak perlu khawatir tentang aku, aku bisa hidup sendiri. Di dunia ini, tidak benar bahwa hanya bangsawan kekaisaran saja yang bisa hidup dengan baik. Aku akan menjadi warga sipil biasa, tanpa beban atau tanggung jawab. Aku akan menjalani hari-hari yang santai, bisa melakukan apa pun yang aku inginkan. Aku bisa pergi ke mana pun aku mau. Aku telah menginginkan kehidupan seperti ini selama bertahun-tahun."     

"Akankah kamu kembali? Untuk mengunjungiku?"     

"Tentu saja," Chu Qiao tertawa dan menambahkan, "kamu adalah temanku yang paling berharga."     

Li Ce mengulurkan tangannya dan mengacak-acak rambut gadis itu sambil berbicara dengan getir, "Kamu telah melukai perasaanku."     

Chu Qiao berdiri dan berjalan ke sisi Li Ce, dan pria itu juga berdiri. Gadis itu mengulurkan tangan dan memeluk Li Ce sambil berkata dengan lembut, "Li Ce, aku pergi dulu. Situasi di Meng Barat semakin lama semakin kacau. Kamu harus jaga dirimu baik-baik. Jangan membuatku khawatir tentang kamu."     

Li Ce merasa frustrasi di dalam hatinya, tetapi ia tetap memasang wajah bahagia sambil berkata, "Apa yang bisa terjadi padaku? Aku adalah kaisar Tang. Siapa yang bisa macam-macam padaku? Selain itu, aku sangat tampan dan berbakat. Satu-satunya orang yang berani mengganggu aku adalah kamu."     

Chu Qiao mencibir tanpa sadar. "Iya, kamu tampan dan berbakat. Bahkan Leonardo akan melompat dari gedung karena malu kalau dia bertemu denganmu."     

"Siapa Leonardo? Nama yang aneh. Apakah dia orang asing?" Li Ce mengerutkan kening dan bertanya.     

Chu Qiao tertawa sambil menjawab, "Dia orang asing. Dia sangat tampan."     

"Betapa kasarnya kamu membandingkan aku dengan orang asing."     

Chu Qiao tertawa keras lagi. "Sudah mulai gelap. Aku pergi dulu." Chu Qiao tidak menunggangi kudanya, dia memilih untuk menyewa kereta kuda bersama dengan Mei Xiang.     

Li Ce berdiri di bawah pohon ara, tersenyum lebar. Dia sedang mengenakan jubah merah. Dari kejauhan, dia benar-benar tampak seperti bagaimana dia menggambarkan dirinya—tampan dan berbakat.     

"Qiao Qiao, jaga dirimu. Kalau kamu belum menikah sebelum berumur 30, kamu selalu bisa kembali untuk menemuiku."     

Chu Qiao masuk ke dalam kereta kuda, membuka tirainya, melambai pada pria itu dan berkata, "Terima kasih, aku akan memastikan aku sudah menikah pada usia 30." Ketika kereta kuda berjalan menjauh, tirai hijau itu akhirnya tertutup rapat. Perlahan-lahan, bayangannya menghilang di ujung jalan.     

"Yang Mulia, apakah kita perlu mengirim orang untuk melindungi Nona Chu?" Sun Di berpikir lama sebelum ia bertanya.     

"Tidak perlu," Li Ce menggelengkan kepalanya dan berbalik lalu berjalan menuju gerbang kota.     

Setiap orang memiliki hak untuk memilih hidupnya. Qiao Qiao, silakan ikuti nalurimu.     

Tirai tenda dibuka, menyebabkan sinar matahari dan aroma daging melayang ke dalam. Jing Jing mengerutkan keningnya dan dia berguling dan berbalik, membuka matanya perlahan. Jelas, anak itu belum bangun sepenuhnya. Angin sepoi-sepoi saat fajar membawa aroma yang menyegarkan, menebarkan aroma ramuan obat di dalam tenda.     

Chu Qiao tidak menengok ke atas, dia hanya meletakkan satu tangan di dahinya sambil memegang biji catur hitam di antara jari telunjuk dan jari tengah dari tangan lainnya. Dia mengetukkan biji catur itu berulang kali ke papan catur dari giok itu dan mengeluarkan suara nyaring yang berirama, menunjukkan frustrasinya yang terpendam. Dia bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi. Kemenangan sudah di depan mata dan siap untuk diambil karena lawannya telah membuat banyak langkah yang salah dan fatal, tetapi gadis itu berhenti di sana, tidak mengambil langkah selanjutnya.     

"Nona, semua orang sudah siap," Mei Xiang berdiri di pintu masuk, dan berkata sambil tertawa.     

Chu Qiao mengerutkan kening saat suara Mei Xiang bergema di udara. Untuk waktu yang cukup lama, dia tidak menanggapinya. Saat Mei Xiang akan mengulangi kata-katanya, Chu Qiao memutar balik papan catur tersebut, berbalik badan, dan memerintahkan dengan suara rendah, "Katakan kepada semua orang bahwa mulai hari ini dan seterusnya, kita akan melakukan perjalanan siang dan malam, tanpa henti. Persiapkan diri kalian." Chu Qiao dan rombongannya telah meninggalkan Kota Xue Fu kemarin. Saat ini, mereka sedang dalam perjalanan menuju ke Tang Jing.     

Dalam sekejap mata, dua tahun telah berlalu. Pada hari mereka meninggalkan Tang Jing, Du Ping An dan adik perempuannya, Du Jing Jing, menyusul mereka. Karena tidak ada pilihan, Chu Qiao membiarkan mereka berdua mengikutinya. Karena ada anak-anak yang mengikutinya, Chu Qiao meninggalkan harapannya untuk berkelana seperti pengembara. Dia menetap di sebuah kota kecil yang sunyi di daerah selatan Tang. Iklimnya hangat; hidup di sana tenang dan damai. Karena tempat itu terletak di dekat Mei Shan, di mana makam keluarga Kekaisaran Tang berada, jarang terjadi kejahatan di sana.     

Tempat ini adalah rumah dari cendekiawan Tang yang terkenal, Shen Mo Bai. Nenek moyangnya juga tinggal di sini. Para pelajar muda yang akan mengikuti ujian mereka sering melewati tempat ini untuk mengunjungi Tuan Shen, berkeliling di kota kecil ini saat sedang dalam perjalanan mereka. Seiring berjalannya waktu, kota ini kemudian dikenal sebagai Kota Xue Fu[1].     

[1] Xue = Belajar, Fu = Rumah     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.