Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 194



Bab 194

0Terasa seolah waktu telah berjalan mundur sembilan tahun. Sembilan tahun lalu, di atas padang salju yang luas di luar Kota Zhen Huang, Chu Qiao telah memilih untuk berdiri di sisi Yan Xun tanpa ragu. Dan dengan mata penuh kebencian, dia menatap anak yang sombong itu. Pada hari ini, sembilan tahun kemudian, takdir kembali menaruh mereka di keadaan yang sama, dan gadis itu memilih pilihan yang sama lagi. Orang-orang berubah, dan satu-satunya hal yang tetap sama adalah cuaca dingin yang menyelimuti seluruh negeri ini. Semua kebisingan berhenti saat salju jatuh di atas wajah yang sudah begitu dikenal oleh gadis itu.     

Jari-jari Chu Qiao menancap ke dalam kulitnya saat dia mengepalkan tinjunya. Meskipun kukunya telah terbenam di dalam kulitnya, Chu Qiao tidak merasa sakit sama sekali.     

Yue Jiu mengenali gadis itu, dan dengan mata merah, dia memaki, "Dasar wanita tidak tahu terima kasih! Tuan kami datang kemari demi kamu, tetapi kamu menyergapnya! Setelah hari ini, selama Pengawal Yue masih ada, kami bersumpah untuk membuatmu membayar atas tindakanmu hari ini!"     

"Sombong sekali," Yan Xun berkata dengan santai. Lalu dia memberi perintah, "Pergi, habisi mereka."     

"Siap!" Para pengawalnya menerima perintah dari pria itu dan baru saja mau menyerbu. Tetapi terdengar suara menggelegar dari kuda-kuda yang berpacu melintasi padang itu. Orang-orang yang menunggang kuda-kuda itu memakai berbagai macam pakaian. Ada pedagang, petani, penjaga toko, pelajar, dan bahkan pejabat Yan Bei! Sambil mencambuk kuda mereka, mereka menghunuskan segala macam pedang dan belati. Dengan cepat mereka berkumpul di sekeliling Zhuge Yue.     

"Tuan!" Seorang pria berusia sekitar 40 tahun maju ke depan. Dia sedang memakai seragam pejabat administrasi Kelas Standar Tingkat 5, dan membawa sebuah pedang besar. Pria itu melompat turun dari kudanya dan berlari mendekat sambil berteriak, "Yue Da terlambat datang! AhJiu, bawa Tuan ke tempat aman! Saudaraku! Serbu bersama denganku!"     

Sembilan tahun lalu, ketika Yan Shicheng meninggal dan Yan Xun terperangkap di dalam ibu kota kekaisaran, Zhuge Yue telah menaruh orang-orangnya di dalam Yan Bei dengan hati-hati. Tentu saja, dia tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi. Awalnya, dia hanya mengatur agar mereka menyusup ke dalam Yan Bei untuk berjaga-jaga jika suatu hari dirinya akan memperebutkan kekuasaan atas Yan Bei dengan keluarga bangsawan dari Kekaisaran Xia. Maka dirinya akan memiliki keunggulan. Tetapi, ketika Yan Xun melarikan diri dan memberontak, orang-orang ini menjadi sumber informasi. Di dalam pertempuran Cao Qiu, dia berhasil meloloskan diri dengan selamat berkat orang-orang ini.     

Pertempuran yang menggelegar pun dimulai, dan suara pedang beradu kembali terdengar, dengan kilatan pedang-pedang berkilau di seluruh medan perang.     

He Xiao mendekat dengan hati-hati dan bertanya, "Nona, apakah kita bertarung demi Yang Mulia?"     

Chu Qiao menatap medan perang sambil melamun, begitu banyak perasaan dan pikiran melintas di benaknya. Wajah Zhuge Yue, wajah Yan Xun, dan masih banyak lagi, melintas di depan matanya. Gadis itu tidak tahu di mana dia berbuat salah. Sebuah perasaan lemah yang menyesakkan menyelimuti seluruh tubuhnya. Kemarahan, sakit hati, penyesalan, rasa bersalah, dan berbagai perasaan yang tidak mungkin dijelaskan mengisi hati gadis itu, menutupi mata, hidung, dan telinganya. Chu Qiao merasa begitu lelah—begitu lelah hingga dia bisa langsung koma dan mati.     

"Nona? Nona?" Suara He Xiao bergema di telinga gadis itu dan menyentaknya kembali ke kenyataan.     

Dengan gemetaran, Chu Qiao kembali ke kenyataan dan dia mencabut pedang He Xiao lalu melompat turun dari kudanya. Gadis itu berteriak, "Ikuti aku!"     

Pasukan Xiuli mengikutinya dari belakang, dan nafsu mereka untuk berperang mulai mendidih. Tetapi, ketika mereka hendak menyerbu pasukan Xia, pedang Chu Qiao menebas dada seorang prajurit Yan Bei. Dengan darah terciprat ke wajahnya, gadis itu berdiri tegak bagaikan pohon yang tinggi dan tegar.     

Satu, dua, lima, sepuluh ….     

Seluruh tempat itu menjadi hening saat Chu Qiao terus menyerang prajurit Yan Bei mana pun yang berusaha mendekati dirinya. Pengawal Zhuge Yue menatap gadis itu walaupun mereka tetap menjaga jarak. Prajurit-prajurit Yan Bei menatap gadis itu dengan terkejut juga, lalu mulai mundur. Bahkan para prajurit dari Pasukan Xiuli juga terperangah, mereka berdiri diam di tempat, tidak tahu harus berbuat apa.     

"AhChu, apa yang sedang kamu lakukan?" Yan Xun berjalan mendekat. Dengan mata yang dipadati ketidaksenangan, pria itu menatap Chu Qiao dan bertanya.     

Chu Qiao tidak berbicara, hanya menggenggam pedangnya dan memelototi pria itu. Gadis itu melihat pria yang telah dia bantu dan dukung dengan sekuat tenaga, dan tiba-tiba merasakan kalau seluruh hidupnya terasa seperti mimpi yang berlalu dengan cepat, seolah-olah dirinya hanya sebuah boneka yang bertindak sesuai perintah orang lain.     

Beberapa prajurit Yan Bei perlahan-lahan mencoba mendekati gadis itu dengan berhati-hati. Tetapi, pedang Chu Qiao diayunkan, dan segaris darah terbang di udara. Di bawah tatapan terkejut orang-orang di sekitar, para prajurit itu roboh ke tanah, kejang-kejang seperti anjing gila yang akan segera mati. Tanpa gerakan mewah, gadis itu dengan tenang mengarahkan pedangnya ke orang-orang yang seharusnya menjadi sekutunya. Berdiri di atas padang salju yang luas, sosok gadis itu berdiri sendirian.     

"Chu Qiao! Apa yang sedang kamu lakukan?" Yan Xun membentak dari padang salju. Melihat pertikaian di antara kedua orang itu, Yue Da dengan cepat mulai memberi tahu anak buahnya untuk mulai mundur. Melihat itu, Yan Xun dengan dingin memerintahkan anak buahnya untuk memotong jalur mundur mereka. Dengan demikian, pasukan Yan Bei mulai mengejar. Tetapi, Chu Qiao dengan sigap maju dan menghalangi mereka. Para prajurit Yan Bei yang sejak tadi berkonsentrasi dalam pertempuran, dan melihat Chu Qiao berdiri menghalangi mereka, mulai menyerang gadis itu juga. Melihat hal itu, He Xiao mengambil sebuah pedang dengan mengamuk, dan berteriak, "Saudaraku! Lindungi Nona!"     

Pertempuran itu tenggelam dalam kekacauan, dan sudah tidak mungkin lagi untuk membedakan antara kawan dan lawan. Chu Qiao sudah dipenuhi nafsu membunuh sementara darah meresap ke dalam pakaiannya. Tangannya gemetar hebat, tetapi gadis itu menolak untuk mundur. Dengan suara kuda-kuda memacu pergi, dan Zhuge Yue dibawa pergi oleh pengawal-pengawalnya, keributan mulai berhenti, dan bisa terdengar suara elang hitam yang memekik di atas serta suara angin yang meraung di samping telinga mereka. Di padang yang luas itu, mayat-mayat bersimbah darah berceceran di mana-mana. Pertarungan terus berlanjut di sana-sini, dan suasana dipenuhi oleh keputusasaan dan kematian.     

Setelah entah berapa lama, semuanya menjadi hening. Chu Qiao berpegangan pada pedangnya seperti tongkat untuk berjalan, dari gadis itu hanya tercium aroma besi. Berdiri di hadapannya, Yan Xun menatap gadis itu dengan sepasang mata yang dingin. Gadis itu tiba-tiba merasa kalau pria yang berdiri di hadapannya ini terasa begitu asing, seakan-akan pria itu orang yang tidak dia kenal. Chu Qiao tidak ingin berkata apa pun, dan tidak ingin bertanya apa pun juga. Menyeret tubuhnya yang lelah, gadis itu terhuyung-huyung ke belakang, dan hanya ingin pergi.     

"Berhenti," sebuah suara yang dalam menggema. Yan Xun perlahan berjalan maju, dan para prajurit memberi jalan padanya. Hanya He Xiao yang berdiri di depan Chu Qiao, dan melotot ke arah Raja Yan Bei itu.     

"Minggir," Yan Xun memberi perintah dengan dingin. Jenderal muda itu menengadah, dan tanpa gentar, menatap pria itu. Tanpa kata-kata, He Xiao sudah menjawab Yan Xun.     

Tiba-tiba, Yan Xun mencabut pedangnya. Pada saat yang bersamaan, Chu Qiao mengayunkan pedangnya. Bertahun-tahun mereka berlatih bersama sehingga gadis itu bahkan tidak perlu melihat untuk tahu bagaimana pria itu akan mengayunkan pedangnya. Pedang-pedang itu beradu dengan kasar dan menciptakan percikan api, membakar ke dalam mata orang-orang yang menonton.     

Yan Xun mendengus. "Jadi kamu akan mengayunkan pedangmu padaku demi pelayan ini? Aku kira kamu hanya akan melakukan hal seperti ini untuk Zhuge Yue."     

Chu Qiao mengangkat kepalanya, dan dengan matanya yang gelap, gadis itu menatap kedua mata yang akrab itu. Tetapi, dia tetap tidak bisa menghubungkan kedua mata itu dengan anak yang lembut dan tampan yang dulu pernah dia kenal. Pada saat ini, Yan Xun akhirnya keluar dari kenangan gadis itu dan berdiri di hadapannya. Kenyataan begitu kejam, dunia indah dalam benak gadis itu akhirnya pecah berkeping-keping dan roboh, tidak mungkin untuk disatukan kembali.     

"Yan Xun, kamu berbohong kepadaku."     

Yan Xun tidak menunjukkan setitik pun penyesalan, dia hanya berkata dengan tenang, "Kalau aku tidak berbohong padamu, bagaimana aku bisa memasang perangkap untuk dia?"     

Gadis itu merasa seolah-olah ribuan anak panah menghunjam jantungnya sekaligus. Chu Qiao tersenyum getir, namun tidak ada air mata yang keluar. Dengan rasa lelah dan putus asa yang tak terbayangkan, gadis itu menatap pria itu dengan bingung dan menggelengkan kepalanya. "Yan Xun, sejak kapan kamu berubah begitu banyak?" Suara gadis itu bagaikan pekikan seekor burung yang baru saja kehilangan sarangnya. Gadis tersebut sudah bukan lagi jenderal yang tak terkalahkan di medan perang, bukan lagi ahli strategi yang berbakat, dan bukan lagi Nona Xiuli yang bijaksana dan tegas. Pada saat ini, dia hanyalah seorang wanita yang perasaannya telah dipermainkan, dan usaha serta perasaannya selama bertahun-tahun tampaknya sia-sia.     

Yan Xun menjawab dengan tegas, "AhChu, kamu bilang aku sudah berubah. Tetapi kenyataannya, kamu juga sudah berubah. Jenderal dari Xia diam-diam menyelinap ke dalam Yan Bei, tetapi kamu tidak memberi tahu aku, dan berbalik melawanku pada saat ini. Sebagai Raja dari Yan Bei, apa salahnya membunuh seorang prajurit Xia? Kalau aku tidak memperkirakan reaksi kamu, untuk apa aku bersusah payah menipu kamu? Apakah Yan Bei dan diriku sudah tidak bisa menandingi posisi Zhuge Yue di dalam hatimu?"     

Sambil gemetaran, Chu Qiao menatap pria tersebut. Setelah cukup lama, suara tawa yang menggila keluar dari mulut gadis itu. "Yan Xun, kalau suatu hari Yan Bei memulai perang dengan Kekaisaran Song, apakah kamu akan menipu temanmu di Kekaisaran Song untuk datang kemari dan kemudian membunuhnya?"     

Yan Xun terkejut oleh pertanyaan ini dan mengerutkan alisnya. "Apa maksudmu?"     

"Yan Xun, kamu bilang aku tidak jujur kepadamu, tetapi beri tahu aku, apakah kamu memercayai aku?"     

Kerutan di alis Yan Xun semakin mendalam, dan dia menjawab dengan tegas, "Aku menyuruhmu mundur ke garis belakang dan jangan ikut campur dalam perang ini demi kebaikanmu."     

"Membantai rekan-rekan dan pasukanku, memaksa aku meninggalkan hal-hal yang aku perjuangkan selama bertahun-tahun, mengusir aku dari jabatan dan kekuasaan, dan menjauhkan aku dari medan perang yang aku perjuangkan dengan susah payah. Mencurigai aku, mengawasi aku, dan memanfaatkan aku. Semua ini demi kebaikanku?" Mata Chu Qiao sangat jernih meskipun angin terus berkecamuk. Kata-kata gadis itu bagaikan belati tajam, menusuk kegelapan yang menyelimutinya. Kesedihan yang telah menumpuk di dalam hatinya telah dikeluarkan semuanya pada saat itu.     

"AhChu, kamu adalah wanitaku. Mengapa kamu tidak bisa tinggal di garis belakang saja seperti wanita lain dan tunggu aku pulang membawa kemenangan?"     

Sekarang giliran Chu Qiao yang terkejut, dan gadis itu mulai tertawa. Tubuhnya gemetar karena tertawa terbahak-bahak, dia terus tertawa sampai air mata mulai menetes. Dengan tangannya mencengkeram dadanya, kegetiran mengisi kata-kata gadis itu saat dia menggeleng dan menjawab, "Aku mengerti, jadi wanita yang kamu inginkan ternyata yang seperti itu."     

Dengan matanya yang jernih gadis itu menatap langsung ke mata Yan Xun, suaranya yang serak menggema di medan perang itu, "Kalau memang begitu, mengapa kamu datang mencari aku? Yan Xun, kamu bisa membunuh Zhuge Yue, tetapi seharusnya kamu tidak memanfaatkan aku, dan lebih parah lagi, kamu seharusnya tidak memanfaatkan persahabatanku dengan Zhuge Yue untuk membuat perangkap ini."     

Kekecewaan berat melintas di mata Yan Xun. Dengan suara mendalam, pria itu berkata, "Cheng Yuan memberi tahu aku sejak dahulu kalau kamu memiliki hubungan dengan Zhuge Yue. Tetapi, aku terlalu memercayai kamu. Hari ini, akhirnya kamu mengakuinya sendiri."     

Chu Qiao hampir tertawa terbahak-bahak lagi saat dia mendengar hal itu. Cheng Yuan? Yan Xun lebih memercayai manusia hina itu dibandingkan dirinya? Chu Qiao telah melalui hidup dan mati bersama Yan Xun, dan memberikan seluruhnya untuk membantu pria itu kembali ke kekuasaan, dan telah mengikuti pria itu selama bertahun-tahun. Pada akhirnya, dalam benak pria itu, Chu Qiao bahkan tidak bisa dibandingkan dengan seorang makhluk hina yang hanya memujinya sepanjang hari? Gadis itu sebelumnya berpikir kalau Yan Xun hanya terperdaya sesaat, dan dipenuhi oleh kebencian, tetapi sekarang, gadis itu mulai putus asa. Yan Xun telah menjadi seorang politisi. Apa pun impian, keyakinan yang dulu dia pegang, apa pun janji yang telah dia buat untuk membuat Chu Qiao bahagia selamanya, semuanya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan ambisi pria itu untuk kekuasaan yang lebih besar. Untuk mencapai tujuannya, dia bisa mencari berbagai macam alasan, dan akan memercayai segala macam hal yang menguntungkan untuk dirinya sendiri, dan melenyapkan semua orang yang menghalanginya, bahkan jika orang itu adalah gurunya, temannya, teman seperjuangannya, anak buahnya, dan kekasihnya ….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.