Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 190



Bab 190

0Pasukan pemanah menuju ke Tebing Song Lu. Tidak ada yang tahu mengapa mereka ke sana, tetapi di saat yang sama, tidak ada yang tahu mengapa setelah mereka masuk ke sana, mereka tidak pernah keluar. Itu karena dua kelompok infanteri yang dikirim ke sana untuk mencari mereka juga menghilang.     

Kabur, kalah, terbantai, menghilang …. Kabar itu tiba satu demi satu dan raut wajah Yan Xun menjadi semakin gelap. Para jenderal yang sedang duduk di sekeliling meja itu juga seakan menduduki jarum. Pada saat itulah seorang jenderal tua bertanya dengan hati-hati, "Saya hanya berpikir … apakah sebaiknya kita mengumpulkan pasukan kita di satu tempat? Membagi mereka ke dalam begitu banyak kelompok tampaknya sangat berisiko."     

"Konyol sekali!" AhJing juga hadir di sana, walaupun posisinya terlihat jelas tidak setinggi Cheng Yuan. Duduk jauh di tengah kerumunan, dia menjawab dengan dingin, "Musuh kita hanya 300 orang. Kita sudah mengumpulkan 100.000 orang untuk melawan mereka. Dengan perbedaan kekuatan sejauh ini, mengapa kita harus mengumpulkan pasukan kita?"     

Jenderal tua itu berusaha menjelaskan, "Tetapi musuh kita memiliki kemampuan bertempur yang sangat kuat, dan masing-masing dari mereka sanggup menandingi seratus orang …."     

"Saya tidak setuju untuk mengumpulkan pasukan kita di satu tempat juga." Cheng Yuan memberikan pendapatnya, lalu menjelaskan, "Wilayah ini luas dan telantar, ditambah lagi dengan badai salju saat ini, 300 orang itu hanya perlu bersembunyi di suatu tempat dan kita tidak akan bisa menemukan mereka. Mengumpulkan 100.000 orang di satu tempat membuat kita menjadi mudah untuk ditemukan dan dihindari. Yang Mulia, bawahan ini menyarankan pengepungan. Asalkan kita menutup semua jalan keluar, saya yakin mereka pasti akan muncul."     

"Jenderal Cheng yang agung, saya takut anda sudah lupa tentang pertempuran Cao Qiu? Anda mengatakan hal yang sama pada saat itu." AhJing menatap Cheng Yuan dengan dingin dan mengejeknya, "Pasang barikade di semua jalan, dan mengerahkan seluruh pasukan kita, untuk menjaga bahkan jalan setapak yang paling kecil. Pada saat itu, Jenderal, anda bersumpah bahkan seekor tikus pun tidak akan bisa melarikan diri dari barikade, tetapi hanya dalam satu bulan, Zhuge Yue dengan santai makan dan tidur dalam kemewahan di Jalur Yan Ming sementara kita semua kelelahan."     

Mendengar itu, wajah Cheng Yuan menjadi hitam, tetapi dia tidak banyak berbicara. Dia hanya menoleh dan melihat ke Yan Xun. Semua orang tahu kalau Pertempuran Cao Qiu adalah topik yang terlarang bagi Yan Xun. Walaupun ini kesalahan Cheng Yuan, sebagai komandan utama yang markas utamanya telah disergap, Yan Xun adalah pihak yang bertanggung jawab. Namun, Yan Xun tidak menunjukkan ekspresi apa pun di wajahnya, dan berpura-pura seolah dia tidak mendengar apa pun, matanya dingin seperti biasa, tidak ada tanda-tanda emosi.     

Dengan satu kibasan, dengan tubuh yang terbalut oleh baju zirah, AhJing mendorong meja kecil di depannya dan berjalan maju. Dengan suara mendalam, dia berbicara kepada Yan Xun, "Yang Mulia, Zhuge Yue hanya memiliki sekitar 300 orang, namun dia berhasil menimbulkan korban sampai 3.000 orang di pihak kita. Dia tidak mungkin lolos tanpa korban sama sekali. Kalau begitu, kenyataan bahwa kita tidak melihat mayat prajurit Xia sama sekali, itu karena dia membawa pergi korban di pihak mereka. Ini tentunya akan semakin mengganggu kemampuan tempur pasukan mereka yang sejak awal jumlahnya sedikit. Bawahan ini ingin membawa 1.000 orang untuk mengejarnya. Saya pasti bisa menyelesaikan misi ini."     

Mata Yan Xun bagaikan samudra, dingin dan tenang, saat dia mengamati wajah AhJing. Di luar tenda, angin yang bertiup mengangkat lapisan demi lapisan salju yang turun, namun itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan dinginnya mata Yan Xun. Dengan hati-hati, dia menimbang-nimbang pro dan kontra dari hal ini, seolah dia adalah serigala licik yang memimpin sebuah kawanan serigala.     

AhJing? Kemampuan AhJing sudah tidak diragukan lagi, dan tekanan yang diberikan Yan Xun pada AhJing sebelumnya telah melatih kesabaran pria itu dengan baik. Saat ini, permintaan AhJing untuk bertempur pasti merupakan usahanya untuk membuktikan dirinya sendiri lagi. Tetapi, pria ini masih tidak bisa dipercaya sepenuhnya. Bagaimanapun, AhJing sangat dekat dengan Chu Qiao. Apa yang akan terjadi kalau kejadian ini sampai diketahui oleh Chu Qiao?     

Tenda itu tenggelam dalam kesunyian, semua orang menatap Yan Xun dan menunggu perintah lebih lanjut. Waktu berlalu saat jam pasir perlahan mengosongkan dirinya. Tiba-tiba, terdengar suara ringkikan kuda perang. AhJing berlari ke luar, dan melihat dua ratus kuda sedang berlari menuju tenda utama, komandan yang memimpin mereka bersimbah darah, sambil berteriak, "Kami sudah menangkap pimpinan musuh!"     

Pada saat itu, seluruh tenda menjadi riuh. Dengan alis yang berkerut mendalam, mata Yan Xun yang dingin akhirnya tampak berkilau dengan sesuatu yang terlihat seperti harapan.     

Seluruh langit dipenuhi dengan warna putih, karena salju terus turun dengan lebat. Kelompok kavaleri ringan yang pergi keluar untuk mencari lokasi lawannya telah berangkat dengan 500 orang, namun pada saat mereka kembali, jumlah mereka tidak sampai 300 orang. Dari hal ini saja, bisa terlihat seberapa sengit pertempuran yang terjadi. Komandan dari kelompok itu, Lu He, berlumuran darah segar, bahunya tertusuk panah. Melompat turun dari kudanya, pria itu berlutut di hadapan Yan Xun dan melaporkan, "Lapor Yang Mulia, bawahan ini telah menyelesaikan misi yang diberikan kepada kami, dan telah menangkap Kepala Komandan dari pasukan Barat Laut Xia, Zhuge Yue."     

Kerumunan itu bersorak dengan riuh saat mendengar kabar itu. Selama setahun terakhir, pasukan Yan Bei telah menderita banyak kerugian karena Zhuge Yue. Pria itu tampak tidak terkalahkan di bidang strategi, dan tidak pernah bertarung secara konvensional. Dengan begitu banyak jenderal hebat di bawah perintahnya, pria itu pemberani dan tidak kenal takut, dan memimpin dengan kesetiaan penuh dari para prajuritnya. Zhuge Yue adalah penyebab utama Yan Bei kalah dalam sebagian besar pertempuran. Ditambah lagi, Zhuge Yue mewakili dukungan dari keluarga bangsawan Xia dalam perang kali ini, dan kehadirannya dalam pertempuran sangat memengaruhi hasil akhir pertempuran tersebut. Dibandingkan dengan yang lainnya, Yan Xun tidak terlihat terlalu senang. Sambil menatap Lu He, dia memberi perintah dengan tegas, "Bawa dia kemari."     

"Bawa dia kemari!" Lu He berteriak, dan tidak lama kemudian seorang prajurit membawa seorang pria maju. Pria itu memakai jubah ungu dan berpakaian dengan sangat megah. Tubuhnya penuh luka, kaki pria itu tertusuk enam anak panah, dan dia sudah tidak bisa berdiri. Saat melihat Yan Xun, perlahan pria itu mengangkat kepalanya, dan dengan lirikan dingin, dia menyeringai, "Pangeran Yan, lama tak berjumpa."     

Yan Xun merengut dan perlahan menggeram, "Yue Qi?"     

"Pangeran Yan, ingatan anda cukup bagus. Pantas saja anda bisa menggunakan begitu banyak cara licik untuk bertarung dengan tuan saya." Yue Qi terkekeh-kekeh. Luka di wajahnya terbuka lebar. Ditambah dengan senyumannya, pria itu sudah kehilangan ketampanannya di masa lalu dan kini terlihat lebih seperti seorang iblis.     

Yan Xun tidak terpengaruh oleh komentarnya, dan bertanya dengan dingin, "Di mana Zhuge Yue?"     

Yue Qi tertawa terbahak-bahak, seakan-akan dia baru saja mendengar lelucon yang paling lucu. Dia bertanya, "Apakah Pangeran Yan sudah gila? Mengapa anda bisa menanyakan pertanyaan yang begitu bodoh?"     

"Bawa dia keluar dan penggal dia." Yan Xun berbalik badan dan memberi perintah dengan dingin. Para pengawalnya segera mengepung Yue Qi dan menyeretnya keluar. Suara santai Yue Qi terdengar dari belakang, seolah-olah dia sama sekali tidak peduli, "Yan Xun, anda bukan seorang prajurit! Anda hanya manusia hina yang terbiasa bermain kotor! Anda bukan tandingan tuan saya! Saya akan pergi dulu, dan menunggu anda di alam baka!"     

"Benarkah?" Suara Yan Xun dingin dan tidak ramah, seperti lonceng kuno yang berkarat. Yan Xun berbalik badan, dan dengan tatapan tajam, dia menjawab, "Pergi dan tunggu saja, dan lihat siapa yang datang terlebih dahulu." Berdiri di tengah badai salju, raut wajah Yan Xun menjadi gelap.     

"Yang Mulia," Lu He bertanya dengan gelisah, "bawahan ini pantas disalahkan, saya sudah tertipu olehnya. Tetapi saya sudah tahu ke mana Anjing Zhuge itu melarikan diri. Saya akan mengejarnya sekarang."     

Dengan satu lirikan, Yan Xun melihat pedang milik pria itu, dan bertanya, "Berikan itu padaku."     

Lu He lebih terkejut lagi, dan dengan cepat melepaskan pedang itu dan menyerahkannya kepada Yan Xun. Dengan dahi penuh keringat, dia menjelaskan, "Ini adalah pedang yang dibawa oleh pria itu. Bawahan ini … bawahan ini baru saja hendak menyerahkannya kepada Yang Mulia."     

Pedang itu panjangnya satu meter lebih, dan berwarna hijau pucat dengan motif merah tipis yang terlihat seperti darah. Ini adalah pedang milik Zhuge Yue—Pedang Penghancur Bulan. Mengenai pedang ini, Yan Xun sudah sangat mengenalinya.     

"Sun Cai, bawa pedang ini dan kejar Nona Chu. Seharusnya dia dalam perjalanan kembali ke Shang Shen. Beri tahu dia kalau Zhuge Yue sedang menyerang persediaan makanan di Yue Gong. Kebetulan saya berada di Yue Gong, dan para pengawalku sudah hampir semuanya terbunuh, dan saya juga terkena serang beberapa kali. Saat ini, saya sedang terkepung. Minta agar dia segera menuju ke Kota Yue Gong untuk membantu. Ingat, kamu harus memutar melalui Gunung Nan He untuk menunjukkan kalau kamu baru kabur dari Kota Yue Gong, mengerti?"     

Jenderal muda itu berlutut di tanah, dan menerima perintah tersebut, "Bawahan ini mengerti."     

"Nian Qing, kamu pergi ke Kota Yue Gong, dan bawa perintahku ke garnisun di sana kalau mereka harus bergerak dalam satu hari, dan buat seakan-akan mereka telah terkepung."     

"Baik, saya akan berangkat sekarang."     

"Cheng Yuan, kumpulkan Pasukan Elang Hitam, dan bagi menjadi lima gelombang, pergi ke Yue Gong. Ikuti Nona Chu dari belakang, berpura-puralah menyerang, tetapi jangan sampai bertarung dengan pasukannya. Buat seolah-olah kalian sedang mengejarnya. Mengerti?"     

"Mengerti."     

"Qi Zhi, kamu ikuti Nian Qing dan pergi ke Yue Gong. Sepanjang perjalanan, kabari semua kota yang kalian lewati untuk menutup gerbang kota mereka, kerahkan pasukan, dan bersiap menghadapi kemungkinan serangan."     

"Baik!"     

"Huo An!"     

"Bawahan ini di sini." Seorang prajurit yang memakai seragam Pasukan Xiuli berdiri di satu sisi. Dengan kepala yang menunduk, orang-orang tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Dengan hormat, prajurit itu menjawab, "Saya siap menerima perintah."     

"Kamu ikuti Lu He. Setelah bertemu Zhuge Yue, aku yakin kamu tahu apa yang harus dilakukan."     

Huo An berlutut di tanah, dan menjawab dengan tegas, "Bawahan ini mengerti. Saya tidak akan mengkhianati harapan anda."     

Saat berbagai pasukan itu berangkat, Yan Xun berdiri di tempat semula, dan perlahan, dia memanggil, "AhJing."     

AhJing segera melangkah maju, dan dengan penuh harapan, dia berkata, "Bawahan ini di sini. Silakan berikan perintah anda."     

"Pergilah ke Kekaisaran Song, dan periksa kiriman makanan untuk pasukan kita yang dijadwalkan untuk musim semi mendatang."     

AhJing terperangah, dan bertanya dengan tidak percaya, "Sekarang?"     

"Iya." Yan Xun berbalik, dan dengan tatapan yang tajam, dia menjawab dengan perlahan, "Sekarang."     

Angin bertiup bergelombang demi gelombang, Yan Xun yang mengenakan jubah hitam berdiri di tengah angin dingin, sama sekali tidak terpengaruh oleh semua kejadian itu. Matahari tertutup oleh awan gelap, membuat sekitarnya menjadi gelap dan suram. Seakan-akan para dewa sedang menanti pertempuran besar yang akan terjadi.     

Karena memperkirakan akan ada badai salju besar, Chu Qiao baru saja menyuruh pasukannya berkemah untuk malam itu ketika dia mendengar suara kuda yang datang terburu-buru dari arah utara. He Xiao pergi untuk mencegat orang itu, dan tidak lama kemudian, dia membawa seorang jenderal muda kembali. Pria itu berlumuran debu dan darah, dan rambutnya berantakan. Saat melihat Chu Qiao, pria itu terlihat bahagia, seakan-akan dia bertemu dengan kerabat yang sudah lama hilang. Pria itu melompat ke tanah sambil berteriak dengan kencang, "Nona Chu! Akhirnya saya menemukan anda! Kumohon, cepat, bawa pasukanmu untuk membantu Yang Mulia sebelum terlambat!"     

Dengan suara berdentang, Pedang Can Hong milik Chu Qiao jatuh ke tanah. Mata gadis itu terbelalak, dia melangkah maju dan bertanya, "Apa katamu? Ulangi!"     

"Anjing Zhuge itu membawa orang-orangnya menyelinap ke dalam wilayah Yan Bei, dan membakar seluruh cadangan makanan di Kota Yue Gong. Yang Mulia sedang berada di dekat sana, dan tidak mengetahui situasi tersebut, dia hanya membawa 2.000 orang untuk membantu dalam situasi tersebut. Tetapi kini dia terperangkap oleh Zhuge Yue, dan sudah terluka parah sampai tidak bisa berkuda lagi. Saat ini, 50.000 pasukan Xia sedang mengepung Yang Mulia di dalam kota itu. Bawahan ini membawa 300 orang keluar untuk melaporkan hal ini. Tetapi dalam perjalanan, mereka semua tewas dan hanya tersisa saya saja."     

Chu Qiao mengernyit dan bertanya, "Bagaimana mungkin 50.000 prajurit Xia tiba-tiba muncul di tengah Yan Bei? Jelaskan!"     

Wajah muram pria itu meringis, dan dia menangis, "Bawahan ini juga tidak tahu! Mereka seakan-akan jatuh dari langit! Zhuge Yue itu begitu mahir berpedang, dan menebas dada Yang Mulia hanya dalam satu serangan. Kalau bukan karena AhJing yang melindunginya mati-matian, Yang Mulia mungkin sudah meninggal. Seorang jenderal bernama Yue Qi menyerang gerbang kota tiga kali. Semua prajurit telah mati …." Sun Cai mulai menangis saat dia menggambarkan kejadian berdarah itu. Ia mengambil pedang di pinggangnya, dan menyerahkannya kepada Chu Qiao. "Oh iya, ini pedang milik Zhuge Yue. Dia menebas Yang Mulia dengan pedang ini. Karena tersangkut di tulang bahu Yang Mulia, Zhuge Yue tidak bisa mencabutnya."     

Chu Qiao langsung tertegun. Gadis itu mengambil pedang tersebut, dan langsung mengenalinya. Sambil menggenggamnya dengan erat, gadis itu berusaha sekuatnya untuk mengendalikan tangannya yang gemetar. Tatapannya dingin, seakan matanya penuh dengan salju.     

Zhuge Yue, teganya dia? Dia berkata kalau dia tidak datang untuk perang kali ini. Kalau begitu, mengapa dia membakar cadangan makanan di Yue Gong dan berusaha membunuh Yan Xun? Namun, apa yang sebenarnya terjadi? Darah siapa yang ada di atas Pedang Penghancur Bulan ini?     

"Nona! Cepatlah! Kalau anda tidak bergegas, mungkin akan terlambat!" Sun Cai bersujud, dan memohon.     

Setelah menarik napas dalam-dalam, Chu Qiao merasa seluruh darahnya mulai membeku. Kalau terjadi sesuatu terhadap Yan Xun, bukankah itu akan menjadi kesalahan gadis ini? Dengan cepat melompat ke atas kudanya, gadis itu memberi tahu anak buahnya, "Berangkat! Kita akan menuju ke Yue Gong!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.