Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 157



Bab 157

0Dalam waktu kurang dari dua jam, lebih dari 3.000 warga sipil telah berkumpul di gerbang kota dalam cuaca yang membeku. Sebagian dari mereka mengutuk dan memaki para penjaga gerbang, sementara sebagian lainnya menangis dan memohon agar diizinkan masuk ke dalam kota. Namun, semua ini sia-sia.     

Empat jam kemudian, matahari sudah terbit. Di ujung langit di sisi barat, sebuah bayangan hitam yang membentuk sebuah garis mulai muncul. Bayangan itu, yang terbentuk oleh 7.000 kuda perang dan tertutup oleh sebuah lapisan kabut, mendekati gerbang kota dengan cepat tanpa membentuk formasi pertahanan apa pun. Dengan cepat, mereka sudah tiba di gerbang kota. Para prajurit yang berjaga di gerbang Kota Bei Shuo bergegas mengabari para komandan tentang kedatangan pasukan musuh. Sebelum pasukan Xia di timur menyerang, pasukan di barat sudah mulai menghunuskan pedang mereka, bersiap untuk bertempur. Wakil Jenderal Cheng Yuan, yang bertanggung jawab atas pertahanan gerbang barat, mendapat firasat buruk. Kalau bukan karena informasi dari Xue Zhi Yuan, akibatnya akan sangat mengerikan.     

Para rakyat sipil berteriak panik, berlari ke arah gerbang kota dengan kocar-kacir. Namun, di saat seperti ini, siapa yang mau membuka gerbang kota dan membiarkan mereka masuk?     

Suara berderak terdengar dari atas tembok kota. Itu adalah suara dari busur silang raksasa yang dibuka. Wakil Jenderal Cheng Yuan berdiri di atas tembok kota. Dia memakai mantel besar berwarna hijau. Dia memegang pedang di dalam tangannya, saat dia melihat pemandangannya, dia mencibir dengan menghina. Dia berpikir pada dirinya sendiri, mereka hanya pasukan berjumlah kurang dari 10.000, tetapi mereka bermimpi untuk membobol Kota Bei Shuo. Teruslah bermimpi! Dia berkata dengan santai kepada anak buah di sampingnya, "Tidak perlu memberi ampun. Bantai mereka semua. Kemenangan pertama dari pertempuran di Bei Shuo akan menjadi milik kita!"     

Sun He, salah satu anak buahnya, mengerutkan dahinya. Menghadapi dilema ini, dia bertanya, "Tetapi, masih ada banyak warga sipil di luar gerbang."     

Cheng Yuan mengangkat alisnya dan menjawab dengan dingin, "Warga sipil? Aku tidak melihatnya." Setelah itu, dia meninggalkan gerbang kota, kembali ke kamarnya untuk beristirahat.     

Cuaca saat itu sangat dingin. Tidak sepadan baginya untuk tetap di tembok kota, melihat jumlah lawan yang sangat sedikit.     

Sun He langsung bisa membaca niat Cheng Yuan. Dia berbalik dan memberi perintah kepada para komandan berpangkat menengah di sisinya, "Rakyat sipil di bawah adalah pasukan Xia yang menyamar. Mereka menggunakan cara ini untuk menipu kita, memaksa kita agar tidak menembakkan panah pada mereka. Begitu kita membuka gerbang kota, orang-orang ini akan berbalik melawan kita dan membunuh kita semua! Kita akan dibantai, bersama dengan Kota Bei Shuo!"     

Semua orang di sana mulai berdiskusi. "Anjing-anjing dari Xia ini memang sangat licik. Mereka sangat kejam. Kalau kita tidak membunuh mereka semua, kita tidak akan memiliki harga diri untuk menghadapi dunia."     

Keributan di gerbang kota semakin meningkat. Pada saat ini, seluruh pasukan berhenti tidak jauh dari sana. Seorang prajurit bermantel hitam, tampaknya komandan dari pasukan tersebut, maju ke depan. Prajurit itu melepaskan topi di kepalanya, memperlihatkan wajah cantik seorang wanita. Wanita itu berseru dengan lantang, aku adalah Chu Qiao, pejabat dari Departemen Strategi Militer. Di belakangku adalah pasukanku, Garnisun Utusan Barat Daya. Kami telah membunuh pasukan Xia sebelumnya. Tolong buka gerbang kota dan biarkan kami masuk!"     

Walaupun suaranya tidak terlalu keras, semua orang di tembok kota mendengar suaranya dengan jelas. Saat gadis itu menyelesaikan kata-katanya, suara tawa pecah di tembok kota. Kalau bukan karena Jenderal Xue, mereka benar-benar akan tertipu. Berdasarkan ucapan beliau, Jenderal Chu sudah tewas saat membela negara. Tetapi, pasukan ini masih berani memakai namanya untuk melakukan penipuan ini? Garnisun Utusan Barat Daya? Pasukan dari mana itu? Apakah itu pasukan pemberontak?     

Sun He tidak pernah melihat wajah Chu Qiao sebelumnya, hanya melihat bayangannya sekilas beberapa kali. Di saat ini, pasukan itu terlalu jauh. Ditambah lagi dengan kabut, dia tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Diberanikan oleh perintah Cheng Yuan, dia tertawa dengan dingin dan melambaikan tangannya. "Demi kemerdekaan! Bunuh mereka semua!"     

Suara pekikan perang yang kencang langsung menggema! Lebih dari 300 panah melesat di angkasa sebagai jawaban atas kata-kata Chu Qiao. Mereka bagaikan awan hitam raksasa yang menutupi langit. Rentetan panah itu menghujani pasukan Chu Qiao!     

"Lindungi Jenderal!" Pasukan dari Garnisun Utusan Barat Daya bergegas maju ke depan. Lebih dari sepuluh prajurit muda menggunakan tubuh mereka sebagai tembok manusia untuk melindungi Chu Qiao.     

Busur silang itu sudah dimodifikasi oleh Chu Qiao sendiri. Mereka sangat kuat dan bisa menembakkan 38 anak panah sekaligus. Panah-panah itu, didorong oleh tenaga yang besar, sanggup melesat dengan sangat cepat. Senjata ini pasti senjata terbaik untuk pertahanan kota-kota di dunia ini. Panah-panah itu menancap di tubuh sepuluh orang prajurit itu. Dalam sekejap, mereka roboh ke tanah, terlihat seperti landak.     

"Lindungi Jenderal!" He Xiao berlari ke depan, sambil menangkis sebuah panah dengan pedangnya. Ratusan prajurit mengikuti di belakangnya untuk melindungi Chu Qiao, tanpa memedulikan nyawa mereka sendiri. Perlengkapan mereka seadanya, tanpa baju perang atau pun perisai. Mereka telah mengikuti Chu Qiao dengan niat untuk masuk ke Yan Bei dengan selamat. Mereka tidak sempat memasang formasi bertahan. Saat panah-panah pertama menghujani mereka, tubuh-tubuh terkapar di mana-mana.     

Seorang prajurit muda menarik Chu Qiao dan bergegas mundur. Sebuah panah menembus dadanya, membuat banyak darah terciprat di wajah Chu Qiao. Prajurit itu tidak melepaskan tangannya, terus memacu kudanya sambil berteriak, "Lindungi sang Jenderal! Bantu aku!" Namun, kuda perang itu segera ditembak jatuh, dan roboh ke atas tanah. Prajurit itu berguling di tanah dan kembali berdiri, terus membantu Chu Qiao untuk mundur.     

"Musuh! Lindungi sang Jenderal!" Semakin banyak orang yang berlari maju. Pemandangan itu seperti ombak-ombak berwarna hitam. Saat satu baris prajurit ditembak jatuh, barisan prajurit yang lain berlari maju tanpa menunjukkan kelemahan, rasa takut ataupun niat untuk kabur. Pada saat mereka menjauh dari jarak tembak panah-panah tersebut, banyak mayat yang tergeletak di tanah.     

"Hahaha!" terdengar suara tawa pasukan Yan Bei dari tembok kota.     

Chu Qiao terjatuh ke tanah. He Xiao bergegas maju, sambil berteriak dengan gelisah, "Jenderal! Apakah anda baik-baik saja?" Para prajurit menyebar, membuka jalan untuk He Xiao. Saat pria tersebut bergegas ke sisi gadis itu, matanya membelalak dan dia membentak, "Kurang ajar sekali! Beraninya kalian tidak menghormati sang jenderal!"     

"Jenderal He, sudah cukup," Kepala Chu Qiao menyembul dari bawah rangkulan prajurit itu. Nadanya sedih, sementara wajahnya pucat. Air mata menggenang di matanya namun tidak menetes. "Dia sudah mati. Dia menyelamatkan aku." Chu Qiao melepaskan cengkeraman prajurit itu padanya, lalu berdiri perlahan. Prajurit lainnya tersentak. Punggung pemuda itu telah tertancap lebih dari sepuluh anak panah, seperti landak. Tiga atau empat di antaranya mendarat di jantungnya. Sebagian besar sudah patah. Bisa terlihat berapa kali dia terjatuh saat dia berlari. Ekspresinya beringas dan gila. Seolah-olah sebelum dia meninggal, dia masih berlari. Mungkin dia sudah meninggal, namun dia tetap mempertahankan posisi seperti dia masih berlari. Tidak ada orang yang tahu kekuatan seperti apa itu. Chu Qiao melepaskan mantelnya dan menutupi prajurit tersebut. Dia berjongkok dan perlahan menutup mata prajurit itu.     

Gadis itu berdiri dan berjalan ke arah gerbang kota Bei Shuo.     

"Jenderal!" para prajurit berseru serentak.     

He Xiao yang pertama mengadang jalannya, sambil berteriak, "Jenderal! Jangan!"     

Mata Chu Qiao sangat dingin. Kemarahan membara dari dalam hatinya. Hanya dalam waktu sesingkat itu, lebih dari 100 orang sudah meninggal, sementara lebih dari 300 lainnya terluka. Orang-orang ini mengikutinya menempuh jarak yang jauh, dari pemberontakan di Zhen Huang sampai kembali di Yan Bei. Karena dirinya, mereka sampai terpaksa menjadi bandit di gunung, dan hampir memulai perang dengan Kekaisaran Tang. Saat ini, mereka telah bertekad untuk kembali ke Yan Bei karena dirinya. Di masa sulit negara ini, mereka mengayunkan pedang mereka tanpa ragu, bersedia untuk melindungi kampung halaman mereka.     

Di masa lalu mereka dianggap pengkhianat. Pengkhianat yang tak bisa dimaafkan, tak bisa diampuni. Mereka hanya pesuruh yang tidak dianggap di Xia. Orang-orang tak berguna yang dihina oleh semua orang! Tetapi, mereka adalah orang-orang yang pertama kali memicu pemberontakan di Xia, yang pertama membantu Yan Xun menentang Xia. Pemberontakan Zhen Huang yang terkenal itu dimulai di tangan mereka. Pemusnahan sepuluh pasukan provinsi di barat laut juga merupakan jasa mereka. Bahkan setelah mereka ditinggalkan, mereka tidak melupakan tanggung jawab mereka dan kepada siapa mereka harus setia. Mereka telah memercayai gadis ini sepenuh hati, bergantung padanya sebagai sumber motivasi mereka. Namun, pada saat ini, yang dia bawa bagi mereka hanyalah pembantaian tanpa ampun!     

Dia mendorong He Xiao ke samping dengan marah, terus berjalan maju dengan keras kepala. He Xiao segera berdiri dengan cepat, maju beberapa langkah ke depan, lalu berlutut di tanah di hadapan gadis itu, dan berteriak, "Jenderal! Kawan atau lawan sulit dibedakan. Kota Bei Shuo pasti salah paham dengan pasukan kita. Kalau anda maju di saat ini, anda mungkin tidak akan hidup! Jangan melakukan itu!"     

Swush! Chu Qiao mengeluarkan pedangnya, dan berkata dengan dingin, "Minggir!"     

"Jenderal! Jangan!" Saat dia baru selesai berbicara, sepuluh orang prajurit berlari ke depan, dan ikut berlutut di tanah.     

Chu Qiao mengangkat alisnya, masih berniat untuk maju. Tiba-tiba, seluruh pasukan berlutut di tanah. Semua 7.000 suara berteriak dengan serentak, "Jenderal! Jangan lakukan itu! Kalau anda masih ingin pergi, silakan lewati mayat kami!"     

Chu Qiao berdiri diam di tempatnya. Dia berbalik badan, melihat ke prajurit tadi yang meninggal dengan mengenaskan, lalu perlahan menutup matanya. Kemarahan kembali membara di dalam dirinya. Dia menarik napas perlahan untuk menekan semuanya ke dasar hatinya, sedikit demi sedikit.     

"Siapkan kuda. Bentuk formasi menyerang!"     

Swush! Para prajurit di tembok kota Bei Shuo terkejut. Sebuah panah telah menembus bendera pasukan pusat. Jarak yang ditempuh panah itu jauh melebihi batas yang bisa dicapai oleh busur silang raksasa mereka. Namun, pihak lawan bisa melakukan ini dengan busur silang biasa. Kekuatan lengannya sangat menakutkan!     

He Xiao menurunkan busur silangnya. Keadaan menjadi hening. Bahkan warga sipil yang datang menjawab panggilan negara mereka itu pun ikut tercengang.     

Chu Qiao menunggang kudanya dan maju ke depan dengan perlahan, bendera putih dan merah melayang di atas kepalanya. Dia berdiri sekitar 100 langkah di luar jarak tembak panah-panah tersebut, menatap lawan dengan dingin. Dengan lantang dia menyatakan, "Aku adalah Chu Qiao, pejabat dari Departemen Strategi Militer. Aku mau bertemu pimpinan tertinggi kalian!"     

Cheng Yuan baru saja berjalan keluar dari kamarnya. Sebelum dia mengencangkan sabuk dari mantelnya, dia mendengar suara Chu Qiao dan membeku. Bendera putih dan merah melayang tinggi di udara, tampak seperti bola api di dalam kabut pagi. Ekspresi para prajurit itu keras dan mengancam. Rasa amarah yang ditahan seperti mantel raksasa yang akan membungkus mereka. Dia melirik ke pasukan di luar dan tahu kalau pasukan itu bukanlah orang-orang yang bisa dia taklukkan dengan pasukannya yang tidak becus. Selain menang jumlah dari lawan, mereka tidak memiliki keunggulan apa pun.     

"Aku adalah Chu Qiao, pejabat dari Departemen Strategi Militer. Aku mau bertemu pimpinan tertinggi kalian!" Chu Qiao mengulang kata-katanya. Wajah Cheng Yuan menjadi pucat. Sun He, yang berdiri di sampingnya, merasakan rasa dingin yang menakutkan di dalam hatinya saat melihat wajah atasannya tersebut. Kalau itu benar …. Mengingat bagaimana hubungan antara gadis itu dengan Yan Xun, tangannya gemetaran.     

"Jenderal, dia …. Jangan bilang dia …."     

"Dasar bodoh!" Cheng Yuan menyipitkan matanya. "Kamu sudah membuat masalah besar."     

"Siapkan kuda-kuda! Beri tahu seluruh pasukan untuk ikut saya keluar dari kota dan menghadapi mereka. Kalau kita membiarkan satu orang saja dari mereka lolos, kita tidak perlu lagi berharap bisa selamat!" Cheng Yuan membentak dan berjalan menuruni tangga dengan langkah lebar.     

Sun He mengikutinya dari belakang dengan cepat, sambil bertanya dengan terburu-buru, "Jenderal! Kalau itu benar, mari kita …."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.