Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 146



Bab 146

0Terdengar suara ringkikan kuda, diikuti oleh suara kuda yang memacu pergi. Para pelayan mengejar di belakangnya sambil berteriak, "Nona! Itu kuda milik Yang Mulia!"     

"Sejak masih muda, dia selalu sendirian. Jadi wajar saja kalau dia tidak tahu adat." Yan Xun memandang ke arah Huan Huan menghilang, dan tersenyum lembut.     

Melihat pria tersebut dari sisinya, Chu Qiao melihat ekspresi lembut yang tidak pernah dia lihat sebelumnya di wajah pria itu. Dia tahu kalau ini adalah wajah pria tersebut yang menunjukkan kasih terhadap keluarga, sesuatu yang sudah lama tidak dia lihat di wajah pria itu.     

Cahaya matahari terakhir menghilang dan tanah itu tenggelam dalam kegelapan. Cahaya bintang bersinar dari atas, bagaikan mata yang menyala dalam kegelapan, mengamati seluruh Dataran Tinggi Yan Bei. Menghirup udara dingin dalam-dalam, Chu Qiao merasa seperti dia baru saja menghirup sebongkah es.     

"Tetapi sebenarnya, aku jauh lebih beruntung daripada dia!" pria itu tiba-tiba berseru. Dia tidak berputar menghadap Chu Qiao, melainkan tetap memandang ke kaki langit di kejauhan. Namun, tangan kirinya dengan lembut menggenggam tangan Chu Qiao.     

Setelah makan malam, Chu Qiao duduk di ruang belajar sementara sambil membolak-balik laporan perang Yan Bei akhir-akhir ini. Dia tahu kalau Yan Bei masih belum dalam keadaan yang optimis. Setelah menyesuaikan waktu dengan pemberontakan di Kota Zhen Huang, Yan Bei juga memulai pemberontakan di hari yang sama. Serikat Da Tong dan orang-orang yang mengikuti almarhum Raja Yan Bei memulai serangan di kota-kota penting di wilayah Timur dan Barat. Namun, pasukan Yan Bei tidak bisa menembus pertahanan kuat di Jalur Mei Lin yang terletak di Utara. Sebagai lokasi yang strategis, di kota itu biasanya ditempatkan lebih dari 10.000 pasukan, dan tidak akan mudah diserang, bahkan dalam keadaan normal. Terlebih lagi, berita tentang pemberontakan telah mencapai jalur ini dari timur, jadi pada saat pasukan pemberontak tiba, mereka sudah siap untuk bertempur.     

Walaupun Serikat Da Tong terkenal dengan banyak anggota yang berbakat, mereka masih kekurangan ahli strategi. Strategi mereka masih di tingkat mendasar dan bergantung kepada semangat pasukan mereka untuk menang. Chu Qiao mengerti bahwa ketika menghadapi pasukan elite dari Kekaisaran Xia, hanya dengan semangat saja tidak akan cukup bagi mereka untuk bertahan sampai akhir. Perang adalah sebuah bentuk dari seni, namun, di dalam Da Tong, hanya sedikit yang benar-benar mengerti seni ini.     

Dengan cepat ia merapikan laporan-laporan tersebut, sambil menandai bagian-bagian penting dengan kuas merah. Pada saat dia selesai merapikan semuanya, malam sudah tiba.     

Suara ketukan terdengar dari luar pintu. Chu Qiao menyahut, dan pintu itu terdorong terbuka sedikit. Huan Huan menyembulkan kepalanya ke dalam, dan seperti maling, melihat ke sekitar dengan hati-hati, lalu berbisik, "Di mana kakakku? Apakah dia di sini?"     

"Dia tidak di sini." Chu Qiao berdiri untuk menyambutnya. "Dia sedang di ruangan depan bertemu dengan tamu. Tuan Putri, apakah anda mencari dia?"     

"Ah, bagus." Mendengar Yan Xun tidak di sana, Huan Huan tiba-tiba berseri-seri dan berjalan masuk. Dengan langkah lebar, dia berjalan ke Chu Qiao dan berkata, "Aku sebenarnya mencari kamu. Ayo, mari kita jalan-jalan." Setelah berkata begitu, dia bahkan tidak menunggu Chu Qiao menjawab sebelum menariknya. Tergesa-gesa, Chu Qiao hanya sempat mengambil mantelnya sebelum ditarik keluar.     

"Tuan Putri, jadi kenapa anda mencari saya?"     

Melewati jalan-jalan, mereka tiba di sisi barat dari Lu Yi. Kota itu terletak di dataran tinggi, dan ada lereng di sisi barat di mana sebagian besar pasukan ditempatkan. Sebelum senja berakhir, ada banyak api unggun yang dinyalakan. Para prajurit itu tidak mengenali Chu Qiao, namun ketika melihat Huan Huan mendekat dari jauh, mereka menyapa dengan riang, "Yo! Itu si nona! Apakah anda sudah makan? Apakah anda mau duduk dan makan bersama kami?"     

Huan Huan dengan riang bercanda, "Pergi sana! Aku sudah makan abalone, lobster, dan kaki babi tadi! Siapa yang mau makan kuah mi polos ini?"     

Para prajurit itu tertawa terbahak-bahak, dan membuka jalan untuk kedua wanita tersebut. Mereka lebih memperhatikan Chu Qiao karena penasaran.     

"Erm. Itu adalah hadiahku untukmu!" Huan Huan tertawa, dan mendorong Chu Qiao ke depan. Mata Chu Qiao langsung berbinar saat dia melihat ke depan. Ada seekor kuda merah tua yang terikat di sebuah pohon besar. Seluruh tubuhnya berbulu merah tua, kaki kuda itu bahkan berkilauan. Dengan sedikit bulu putih di depan hidungnya, kuda itu sedang dalam masa kejayaannya, terlihat sehat dan kuat. Dengan mata yang bersih jernih, terlihat jelas kalau ini adalah kuda yang bagus.     

Chu Qiao mengulurkan tangannya untuk membelai perlahan hidung kuda tersebut. Dengan ringkikan lembut, kuda itu mengembuskan udara hangat ke tangan Chu Qiao. Chu Qiao tersenyum dengan sikap tersebut, sementara Huan Huan berkata dengan riang, "AhTu menyukaimu."     

"AhTu?"     

"Iya, Itu nama yang aku berikan padanya." Huan Huan menepuk kuda itu sambil tersenyum bangga dan menjelaskan asal usul kuda tersebut, "Ia adalah pimpinan dari kawanan kuda di kaki Pegunungan Hui Hui. Aku baru berhasil menangkapnya setelah tujuh hari, dan melatihnya selama setahun lebih. Sekarang, dia milikmu."     

Sejak dia kehilangan Liu Xing, Chu Qiao belum menemukan kuda yang bagus. Melihat kalau kuda ini memang kuda yang sangat bagus, Chu Qiao merasa sangat bersyukur, dan segera berterima kasih kepada Huan Huan, "Terima kasih, Tuan Putri."     

"Bisakah kamu berhenti memanggil aku 'tuan putri'?" Huan Huan memintanya. "Aku bukan terlahir di keluarga utama. Bahkan ketika ayahku masih hidup, aku tidak pernah dipanggil seperti itu. Apalagi sekarang."     

"Baiklah, kalau begitu aku harus memanggil kamu apa?"     

"Huan Huan saja. Aku akan memanggil kamu AhChu, sama seperti Kakak. Dengan begitu, akan lebih adil!"     

Chu Qiao tersenyum. "Tentu saja, Huan Huan."     

Mendengar itu, Huan Huan tersenyum lebar, dan matanya menjadi dua garis tipis. Melihat itu, Chu Qiao tiba-tiba dipenuhi oleh berbagai emosi. Gadis di hadapannya ini bahkan belum berusia 20 tahun ketika seluruh keluarga Yan dibantai. Dia adalah putri satu-satunya dari Yan Shifeng, saudara dari Yan Shicheng. Tetapi karena dia hanya dilahirkan oleh seorang simpanan, dia tidak ikut dibunuh. Ketika dia akan ditangkap dan dibawa ke Kota Zhen Huang sebagai budak, dia diselamatkan oleh para pejuang Da Tong. Selama bertahun-tahun ini, dia menjadi pemimpin semangat orang-orang Yan Bei sebagai pengganti Yan Xun. Sebagai satu-satunya keturunan keluarga Yan di Yan Bei, dia telah mengumpulkan orang-orang berbakat dari pengikut lama keluarga Yan dan orang-orang yang menentang Kekaisaran Xia. Setelah dia tumbuh besar, dia bahkan terjun di garis depan, ikut berperang secara langsung. Perlahan-lahan, gadis itu telah menjadi jenderal yang hebat. Di dalam dunia yang kacau ini, hampir semua kisah bisa dituliskan menjadi legenda.     

"AhChu, apakah Kota Zhen Huang menyenangkan?" Pada akhirnya Huan Huan masih seorang anak-anak, dan setelah berbincang sebentar dengan Chu Qiao, topik pembicaraan akhirnya mengarah ke sana. "Aku dengar dari rumor kalau di sana sangat mewah, dan bahkan orang-orang Fu Luo yang tinggal di samping laut pergi ke sana untuk usaha. Orang-orang Fu Luo semuanya berambut merah dan bermata biru, apakah kamu pernah melihat mereka?"     

Chu Qiao menjawab dengan tersenyum. "Aku pernah bertemu mereka, tetapi mereka cukup jarang terlihat. Kalau membicarakan kemewahan dan orang asing, aku rasa Kekaisaran Tang akan lebih terkenal soal itu."     

"Kekaisaran Tang?"     

"Benar." Kedua gadis itu, sambil menuntun kuda itu berkeliling, kini duduk di puncak sebuah lereng. Duduk bersebelahan, cahaya bulan menerangi kedua gadis tersebut.     

Chu Qiao menjelaskan, "Di sana adalah negara yang indah. Mereka tidak ada salju sepanjang tahun, maupun musim dingin. Mereka menghabiskan sepanjang tahun menikmati hangatnya musim semi, dan perdagangan mereka juga sangat maju. Hanya di ibu kota mereka saja, Tang Jing, sudah ada populasi lebih dari tiga juta orang. Itu sudah hampir seperlima dari seluruh populasi Yan Bei."     

"Wow!" Gadis yang tidak pernah meninggalkan Yan Bei ini terkesima, "Itu keren sekali!"     

"Betul." Chu Qiao tertawa saat bayangan Li Ce yang penuh dengan kebanggaan muncul di benaknya. "Mereka memang cukup keren."     

"Kalau aku ada kesempatan, aku harus pergi dan melihatnya." Huan Huan melambaikan tinjunya di udara. "Setelah kita memenangkan perang ini, kita akan pergi!"     

Chu Qiao mengangguk setuju, "Tentu saja. Setelah kita memenangkan perang ini, kita bisa pergi ke sana bersama-sama."     

"Baiklah! Itu sebuah janji! Jangan ingkar kalau hari itu tiba!" Huan Huan berseru dengan lantang, lalu menunjuk kuda itu yang sedang merumput dengan tenang di samping mereka. "AhTu, kamu dengar ucapan dia? Kamu jadi saksiku!"     

Kuda itu sangat cerdas. Mendengar namanya dipanggil, dia mengangkat kepalanya dan menoleh.     

Chu Qiao tersenyum. "Tentu saja, AhTu akan menjadi saksinya."     

Pada saat itu terdengar suara dari bawah. Huan Huan melompat berdiri, dan wajahnya langsung menjadi cerah. Sambil melambai-lambaikan tangannya, dia memanggil, "Xiao He! Xiao He! Cepat kemari!"     

Tidak lama kemudian, seekor kuda berjalan mendekat. Seorang pemuda tampan melompat turun dari kuda, dan berlari ke arah kedua gadis itu. Sedikit terengah-engah, pemuda itu bertanya, "Apa yang terjadi? Mengapa kamu mengirim orang untuk buru-buru mencari aku?"     

"Aku ingin memperkenalkan seorang teman kepadamu!" Sambil menunjuk Chu Qiao, Huan Huan dengan bangga memperkenalkan, "Apakah kamu tahu siapa ini? Kamu akan kaget setengah mati kalau kamu tahu! Hahaha! Ini adalah Chu Qiao, orang yang memimpin Garnisun Utusan Barat Daya menuju kemenangan saat menghadapi orang-orang dari Barat Laut itu."     

"Ap—?" Pikiran Xiao He memakan waktu lama untuk memproses informasi itu. Pemuda itu sangat terkejut, dengan mata membelalak tidak percaya. Pemuda itu bergumam, "Dia masih begitu muda?"     

Huan Huan memutar bola matanya, seakan-akan sedang mengejek ketidaktahuan pemuda itu. Setelah itu, dia berbalik kepada Chu Qiao, dan memperkenalkan pria tersebut, "AhChu, ini adalah Xiao He. Nama lengkapnya adalah …. Benar juga, Xiao He, siapa nama lengkapmu?"     

Xiao He langsung tidak bisa berkata apa-apa, akhirnya dia bertanya dengan sedih, "Kamu bahkan lupa nama lengkapku?"     

"Siapa yang bisa mengingat hal seperti ini?" Huan Huan merengut, mengatakan hal itu seakan-akan itu memang kenyataan. "Tidak ada yang pernah menggunakan nama lengkapmu, jadi itu tidak berguna."     

Xiao He memutar bola matanya lalu berbalik badan dan memperkenalkan diri kepada Chu Qiao, "Nona Chu, marga saya Ye, nama lengkap saya Ye Ting He. Saya adalah petugas administrasi dari Pasukan Pertama. Mereka semua memanggil saya Xiao He, anda juga bisa memanggil saya begitu."     

Chu Qiao tersenyum. "Jenderal Xiao He, senang bertemu dengan anda."     

"Bah! Dia? Jenderal? Mungkin di kehidupan dia yang selanjutnya!"     

"Oi! Huan Huan, mengatakan hal yang begitu jahat di hadapan kenalan baru bukanlah hal yang baik!"     

Dengan kedua tangannya di pinggang, Huan Huan menjawab, "Memangnya kenapa kalau saya tidak baik? Pasti kamu terlalu terpesona oleh kecantikannya. Aku kasih tahu kamu, AhChu adalah tunangan kakakku. Sedangkan kamu, jangan berpikir terlalu banyak."     

Xiao He menjadi sangat malu, dan dia menjawab, "Sejak kapan aku berpikir seperti itu? Kamu merusak nama baikku!"     

Huan Huan menunjuk-nunjuk dada pria itu, sambil berkata dengan sombong, "Memangnya kenapa kalau aku merusak nama baikmu?"     

Wajah Xiao He geram dan marah, dia membentak, "Wanita yang tidak masuk akal ini! Berdebat denganmu memang sia-sia. Nona Chu, saya masih ada urusan lain. Saya permisi dahulu."     

"Memangnya kamu harus urus apa? Petugas administrasi, huh, aku bahkan tidak tahu petugas macam apa itu! Tuan Wu hanya memberi kamu sebuah gelar untuk melakukan hal-hal sederhana."     

"Kamu …."     

Melihat argumen mereka berdua mulai memanas, Chu Qiao segera memotong untuk meredakan keadaan, "Sekarang, dengan pasukan kita yang sedang diatur ulang, petugas administrasi tentunya menjadi lebih sibuk karena begitu banyak hal yang menjadi tanggung jawab mereka."     

"AhChu, jangan menganggapnya terlalu tinggi."     

Chu Qiao menyanggahnya. "Itu tidak benar! Dengan dimulainya perang, petugas administrasi sangat penting di garis belakang. Mereka bertanggung jawab atas banyak hal, mulai dari perekrutan hingga pelatihan, mulai dari penerapan hukum militer hingga pengaturan kekuatan milisi yang terbatas. Mereka bahkan mengatur bala bantuan dan mengawasi pengaturan di tempat yang baru dikuasai agar menenangkan para penduduknya. Ada banyak detail yang terlibat, dan ini bukan hal yang bisa dilakukan orang sembarangan."     

Setelah gadis itu selesai menjabarkan, kedua pendengarnya hanya bengong menatapnya, sama sekali menghentikan cekcok mereka sebelumnya. Melihat itu, Chu Qiao merasa aneh, dan bertanya, "Ada apa? Apakah saya salah bicara?"     

"T-tidak apa-apa?" Huan Huan berbalik dan bertanya kepada Xiao He, "Apakah itu yang kamu lakukan sekarang?"     

"Tidak." Xiao He menggeleng-geleng. "Aku hanya bertugas mencatat pertempuran, dan terkadang aku membantu prajurit untuk menulis surat kepada keluarga mereka."     

Chu Qiao kehilangan kata-kata. Bagaimana ini disebut petugas administrasi? Ini jelas-jelas hanya juru tulis biasa.     

"Xiao He, tampaknya kamu harus sering-sering mengunjungi AhChu. Dia akan mengajarimu banyak hal," Huan Huan mengedipkan matanya sambil berkata demikian.     

Xiao He segera setuju, "Pantas saja anda bisa memenangkan banyak pertempuran. Anda sangat berwawasan."     

Chu Qiao tidak bisa menahan desahannya. Tampaknya pasukan Yan Bei benar-benar butuh banyak pembaharuan.     

Setelah berbincang sedikit lagi, mereka berpisah. Menoleh kembali ke mereka, Chu Qiao bisa melihat kalau mereka berdua mulai cekcok lagi sambil menunjuk dan mendorong satu sama lain secara bergantian. Melihat hal itu, Chu Qiao sebenarnya merasa agak lucu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.