Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 143



Bab 143

0Hari itu hari ke-8 bulan kesembilan pada tahun 775. Angin kencang bertiup melintasi Dataran Nan Qiu di Cheng Zhou. Tak terhitung jumlah rumput layu yang bergoyang di tengah angin, tampak seperti samudra keemasan. Di kaki langit, terlihat sebuah pohon tua yang sudah layu. Puncak tertinggi di Cheng Zhou, Puncak He Qi, hanya berupa garis buram di kejauhan. Bagaikan gajah yang tertidur, diselimuti oleh kabut.     

Li Ce sedang memakai jubah kuning. Pengawal kekaisaran mengikuti di belakangnya. Wajahnya tegas tidak seperti biasanya. Dia duduk di atas kudanya, rambutnya agak diacak-acak oleh angin dan menyapu wajahnya, membuatnya terasa gatal. Pria itu menyapu rambutnya ke samping dengan tidak sabar, menunjuk ke para pengawal di belakangnya dan berkata, "Beberapa dari kalian, ke sana. Pergi ke sana dan halangi angin untukku."     

Lu Yun Xi merengut dan menjawab, "Yang Mulia, pasukan Yan Bei ada di depan dan mengawasi kita."     

"Memangnya kenapa?" Li Ce mengangkat alisnya dan berkata dengan malas, "Apa urusannya hal itu dengan aku meminta kalian pergi ke sana?"     

Tie You belum sepenuhnya pulih dari luka-lukanya. Walaupun bahunya masih diperban, itu tidak mempengaruhi kepribadian ataupun cara berpikirnya. Dia memutar bola matanya dengan tidak sabar dan membalas, "Yang Mulia, Pangeran Yan ada di depan. Berhati-hatilah."     

Lu Yun Xi melanjutkan, "Kita menyelinap kemari dengan begitu sedikit orang. Kalau mereka mau memakan kita, masing-masing tidak akan kebagian sesuap."     

"Aneh sekali. Apa yang ingin kalian katakan? Aku hanya menyuruh kalian berdiri di samping, agar angin tidak merusak kulitku. Apa hubungannya dengan Pangeran Yan?"     

Sun Di mengejeknya, merusak suasana, "Anda tidak ingin kita mengganggu pernyataan cinta anda, bukan?"     

"Ah? Apa? Kalian semua benar-benar berpikir seperti itu? Apakah aku terlihat seperti orang yang tidak bisa menilai mana yang lebih penting?"     

Orang-orang itu menatap Li Ce, pandangan di mata mereka hanya mengucapkan satu hal: Iya.     

"Yang Mulia, Nona Chu sudah tiba," seorang pengawal kekaisaran melambaikan tangannya dan berseru.     

Li Ce berbalik dan memerintahkan, "Pergi! Kalau tidak, akan aku potong gaji setengah tahun dari kalian semua." Begitu dia menyelesaikan kalimatnya, semua bayangan menyingkir dari pandangannya. Chu Qiao memacu kudanya mendekat lalu menarik tali kekangnya untuk berhenti. Dengan curiga, dia berkata, "Ke mana mereka semua pergi? Kenapa buru-buru sekali."     

"Mereka salah makan. Mereka sedang mencari kakus."     

Chu Qiao tertawa dan berkata, "Li Ce, terima kasih."     

Li Ce mengangkat alisnya. Matanya, yang bagaikan mata rubah, bersinar, "Untuk apa?"     

"Terima kasih atas bantuan yang sudah kamu berikan kepadaku selama ini. Terima kasih karena tidak mengambil kesempatan dari situasi ini. Terima kasih karena tetap bersikap netral pada saat ini dan tidak menyerang Yan Bei."     

Li Ce mengacungkan jarinya, menggoyangkannya dan berkata, "Masalah Zhao Chun Er bukan masalah kamu. Saya tidak berniat untuk menikahinya. Walaupun dia cantik dan memiliki tubuh yang bagus, namun dia pemarah, tidak punya otak, dan cenderung terlalu mudah cemburu. Kalau aku menikahinya, tidak akan ada kedamaian di antara para selirku. Sedangkan mengenai perang dengan Yan Bei, kamu tidak perlu khawatir tentang itu. Tidak ada manfaatnya bagi Kekaisaran Tang. Bahkan tanpa kamu pun, aku tidak sebodoh itu untuk menyerang Yan Bei demi Xia. Haha, aku juga orang yang mendukung gagasan perdamaian. Darah di medan perang hanya akan mengotori pakaianku."     

Chu Qiao tertawa. Tanpa mendebat pria itu, dia menjawab, "Baiklah kalau begitu. Kita tidak saling berutang apa pun. Selanjutnya, di medan perang, kamu tidak perlu memberi ampun."     

"Itu tidak benar," ekspresi pria itu langsung berubah. Menggoyangkan jarinya, dia melanjutkan, "Kamu tinggal di istanaku begitu lama. Kamu memakan makananku, memakai pakaianku, dan menumpang padaku dalam banyak hal. Kamu sudah mengusir dua orang calon pengantinku dan membuat ketidakharmonisan di antara para selirku dengan diriku. Kerugian materinya sangat banyak. Ini termasuk kerugian keuangan, pengganti kerugian karena trauma emosional, pengganti kerugian karena ketidakharmonisan pernikahan dan hilangnya anggota keluarga. Kita harus membereskan ini satu per satu. Kita sudah sama-sama dewasa. Aku rasa hati nuranimu juga bersih, dan kamu tidak akan menyangkal semua hal ini. Di masa depan, aku akan mengirimkan seseorang ke Yan Bei dengan tagihannya. Hmm, kalian juga tidak kaya. Bagaimana kalau begini? Dalam lima tahun ke depan, kalau kalian melihat benderaku di medan tempur, pasukanmu harus mundur. Yan Xun begitu galak. Aku tidak berani bentrok dengannya. Bagaimana jika dia menggigit aku?"     

Dengan bunyi berdentum, Chu Qiao mendaratkan tinjunya di bahu Li Ce. Pria itu berteriak, "Ah! Qiao Qiao, bisakah kamu mengganti cara kamu menunjukkan kasih sayangmu?"     

Chu Qiao tersenyum hangat. Dia tahu dari kata-kata Li Ce, Tang tidak akan tunduk kepada tekanan dari Xia dan menyerang Yan Bei dalam lima tahun ke depan. Lima tahun kemudian, Yan Bei seharusnya sudah cukup kuat untuk menahan serangan dari Xia.     

Gadis itu merasa agak asam di hidungnya. Suaranya teredam, namun dia masih bisa tertawa dan berkata, "Baiklah. Kamu siapkan saja tagihannya dan lihat berapa banyak utangku padamu."     

"Hah …." Li Ce mendesah dan sedikit menunduk, alisnya terangkat. Pria tersebut memandangi Chu Qiao dengan diam dan akhirnya berkata, "Hal-hal yang aku katakan tadi tidak berarti. Yang penting adalah, kamu sudah meninggalkan kesan yang tak terhapuskan bagiku. Namun, kamu tidak bisa tinggal di sisiku agar aku bisa sering melihatmu. Aku masih memiliki masa depan yang panjang. Bagaimana aku bisa menggunakan uang untuk mengukur betapa aku akan merindukanmu?"     

Angin berembus melewati mereka berdua, mengangkat banyak rumput-rumput yang sudah layu. Lengan baju pria itu berkibar di udara. Tatapan di wajahnya menunjukkan sedikit kesedihan dan kesepian. Dia tersenyum pahit dan menggelengkan kepalanya, seakan-akan sedang mengejek dirinya sendiri.     

Chu Qiao membeku, tatapan di matanya menjadi dingin. Dia ingin mengatakan sesuatu namun tidak bisa.     

"Haha!" Li Ce menunjuk Chu Qiao dengan satu tangan, dan tangan lainnya memegang perutnya. Dia tertawa sampai-sampai hampir terjatuh dari kudanya. "Lihat wajahmu, Qiao Qiao. Kamu pikir aku sudah terpesona seperti orang itu, Zhuge Yue?"     

Chu Qiao, yang sudah dipermainkan oleh pria itu, mengayunkan tinjunya untuk menghajar pria itu. Li Ce menghindari serangan gadis itu dengan lincah, lalu berseru dengan bangga, "Kalau aku membiarkanmu semena-mena terus, mau ditaruh di mana wajahku?"     

"Bajingan!"     

Li Ce tertawa dan melanjutkan, "Jangan terlalu sombong. Yan Xun orang yang sangat tidak beruntung karena kenal denganmu sejak masih muda. Mungkin dia merasa selain kamu tidak ada wanita lain di dunia ini. Sedangkan Zhuge Yue, dia lebih konyol lagi. Aku rasa dia sudah bosan dengan semua wanita cantik di dunia ini. Begitu melihat kamu yang begitu lemah, dia justru menganggapmu sebuah harta karun. Kamu pikir aku akan menjadi seperti mereka berdua?"     

Chu Qiao mengamuk dan membentak, "Masih mau berkata apalagi?"     

"Tidak, tidak, Qiao Qiao, aku ingin bertanya sesuatu. Ini sangat penting, dan kamu harus menjawabku dengan jujur." Ekspresi Li Ce berubah lebih cepat dari buku yang dibalik halamannya.     

Melihat pria itu mendadak terlihat serius, Chu Qiao menjawab, "Silakan. Asalkan tidak menyangkut rahasia militer Yan Bei, aku akan menjawabmu."     

"Kamu sendiri yang bilang ya."     

"Aku bilang, silakan bertanya."     

"Itu, itu, aku ingin bertanya …." Li Ce melihat ke sekitar dengan misterius dan merengut, lalu melanjutkan, "Aku ingin bertanya …."     

"Apa yang ingin kamu tanyakan?" Saat melihat Li Ce mengamati sekitar mereka, Chu Qiao mulai penasaran. Li Ce tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya. Apa yang ingin dia tanyakan? Apakah dia ingin bertanya tentang rencana militer Yan Bei? Atau tindakan mereka selanjutnya?     

"Aku ingin bertanya …." Li Ce tersenyum dan berteriak, "Aku ingin bertanya apakah Yan Xun masih perjaka?"     

"Li Ce! Kamu benar-benar cari mati!"     

"Tidak apa-apa kalau kamu tidak mau jawab! Apa perlu marah-marah seperti ini?"     

"Tampaknya kamu benar-benar minta dihajar hari ini!"     

"Ah! Qiao Qiao, tenang, aku tidak punya niat buruk! Ah! Sun Di! Tie You! Tolong aku! Tolong aku!"     

Terdengar sebuah jeritan kesakitan yang memilukan. Suara yang paling berharga dari Tang menggema di sekeliling padang itu. Sayangnya, tidak ada anak buahnya yang menolongnya. Dipimpin oleh Sun Di, sekelompok pengawal elite berjongkok di lereng, sedang seru melakukan transaksi ilegal.     

"Pasang taruhan kalian, aku bertaruh sepuluh tael kalau Yang Mulia tidak akan melawan."     

Seorang pria muda, berusia sekitar 20 tahun, berkata, "Yang Mulia tidak seperti ini. Sangat memalukan kalau dipukuli oleh wanita. Saya bertaruh sepuluh tael kalau Yang Mulia akan melawan."     

Semua orang menatapnya dengan iba. Lu Yun Xi bertanya, "Apakah kamu baru? Kamu tidak berasal dari ibu kota?"     

"Betul," prajurit muda itu menjawab dengan kesetiaan tertulis di seluruh wajahnya, menunjukkan kalau dia adalah seorang prajurit yang patriotik. "Saya dari Kamp Utara. Saya adalah komandan bagian dari bagian ketujuh di peleton kelima yang merupakan anggota dari batalion ke-30. Karena saya tidak ikut serta dalam pemberontakan, dan melaporkan masalah itu kepada atasan, saya dipromosikan oleh Yang Mulia. Mohon bimbingan anda sekalian."     

"Tidak masalah, karena kita semua memakai seragam yang sama, kita akan menjadi saudara untuk ke depannya," Tie You berkata dengan riang. "Untuk mendukung kamu, aku akan bertaruh Yang Mulia tidak berani melawan. Jadi kalau kamu menang, kamu akan menang lebih banyak."     

"Itu benar, pengeluaran di dalam ibu kota sangat tinggi. Saudaraku, kami akan mendukungmu."     

Para prajurit mengumpulkan uang perak mereka dan menyerahkannya kepada Sun Di, seperti mengatakan: kami memberikan uang kami padamu. Nak, lakukan yang terbaik demi pasukan kita ini!     

Angin sangat kencang; pemandangan sekitar terlihat keemasan. Mantel Li Ce dan Chu Qiao berkibar di udara.     

"Baiklah. Aku hanya mengantar kamu sampai di sini. Selamat jalan."     

Chu Qiao mengangguk dan menjawab, "Kamu juga harus berhati-hati. Aku rasa masalah ini tidak sederhana. Kamu harus lebih waspada."     

"Jangan khawatir, kalau ada yang berani menyinggung aku, akan kubunuh keluarga mereka dan kurebut istri-istri mereka."     

Chu Qiao tertawa dan menjawab, "Ucapan kamu selalu tidak senonoh."     

Li Ce menggosok bibirnya yang terluka dan tertawa, "Ada terlalu banyak masalah dalam hidup. Kalau kita selalu sopan setiap saat, bukankah akan membosankan? Qiao Qiao, dengarkan nasihatku ini. Tidak perlu terlalu keras kepala tentang beberapa hal. Terkadang ada baiknya ikuti arus dan tutup sebelah mata. Kamu harus belajar untuk menyesuaikan diri dan menghibur dirimu sendiri. Kamu terlalu lelah karena kamu menanggung semua beban sendirian. Kamu harus ingat kalau kamu seorang wanita. Ada banyak hal yang lebih penting di dunia ini, selain kepercayaan kamu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.