Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 127



Bab 127

0"Li Ce, negeri Tang ini bagus." Orang-orang sedang memungut uang dari lantai, tetapi mereka tidak berebutan. Chu Qiao berdiri di sana, terkesima.     

Li Ce tertawa dan menggeleng, lalu menjawab, "Biasa saja. Apa yang kamu lihat adalah sisi baiknya. Namun, ini lebih baik dari apa yang kamu lihat di Xia."     

Karena mereka berdua sudah tidak bisa menonton pertunjukan akrobat, mereka bersantai di jalan, mengobrol dengan santai.     

Li Ce membawa beberapa camilan, ada manisan madu, buah kurma, kue osmanthus, dan kastanye. Camilan itu dipisah menjadi dua kantung. Mereka berdua masing-masing mengambil satu dan memakannya sambil berjalan.     

Suasana hati Chu Qiao terlihat jelas sudah menjadi santai, rasa letih dari hari-hari sebelumnya telah menghilang. Dia bertanya, "Li Ce, apakah kamu tahu? Aku dicari oleh Kekaisaran Xia. Mungkin saat ini aku adalah buronan yang paling dicari di seluruh dunia."     

"Buronan?" Li Ce tertegun. Sambil tertawa, dia menjawab, "Itu sebuah sebutan baru untuk menyebutnya."     

"Apakah kamu tidak akan menyerahkan aku kepada Xia?"     

Li Ce merengut dengan aneh dan bertanya, "Menyerahkan kamu kepada Xia? Apa untungnya bagiku? Seribu tael emas? Haha, lebih baik aku mempertahankan kamu di sisiku."     

"Tetapi," Chu Qiao menggelengkan kepalanya, "Suatu saat aku akan kembali ke Yan Bei."     

"Aduh, Qiao Qiao, kamu sengaja menyakiti aku." Li Ce menggeleng dan berkata, "Lupakan saja. Aku tahu kamu datang ke Tang bukan untuk menemuiku."     

Chu Qiao berpikir cukup lama sebelum dia berkata dengan malu-malu, "Li Ce, kamu bersekutu dengan Xia melalui pernikahan, apakah kamu mau menentang Yan Bei?"     

Li Ce berbalik badan dan mengamati Chu Qiao. Sambil mendesah, dia berkata, "Qiao Qiao, di malam seindah ini, bisakah kamu melupakan Yan Bei dan Yan Xun sebentar? Bisakah kamu lebih bersantai?" Chu Qiao tetap diam. Li Ce melanjutkan, "Perang antara Yan Bei dan Xia adalah urusan kalian sendiri. Ditambah lagi, mengapa aku harus menempuh perjalanan jauh untuk menyerang rumah Yan Xun? Dia sangat galak. Bagaimana kalau nanti dia menghajar aku? Aku dengar dataran tinggi di Yan Bei sangat dingin dan anginnya kencang. Warna kulit wanita di sana pasti tidak putih. Aku tidak akan melakukan sesuatu yang tidak ada untungnya."     

Angin meniup lengan baju Chu Qiao, lalu mendarat di pergelangan tangannya. Terasa seperti sentuhan lembut kupu-kupu saat mendarat di kulitnya. Chu Qiao sedikit tersenyum dan melihat ke arah Li Ce, lalu berkata, "Li Ce, walaupun aku tidak pernah bisa membaca pikiranmu, namun aku merasa kamu bukan orang yang jahat."     

Li Ce mendengus, lalu mengangkat dagunya dan berkata, "Aku berstatus tinggi, cantik luar dalam. Kalau aku membiarkanmu mengerti diriku dengan semudah itu, mau ditaruh di mana mukaku?" Saat dia menyelesaikan kalimatnya, dia berlari ke depan dan berkata, "Qiao Qiao, aku akan memberi kamu kesempatan untuk melihat diriku. Apakah kamu mau?"     

Chu Qiao cemberut. "Simpan saja untuk dirimu sendiri."     

"Hah," pria itu mendesah. "Benar-benar wanita yang tidak menghargai."     

Mereka berdua melewati sebuah toko yang menjual ikan di jalan itu. Chu Qiao, dengan penasaran, berjalan ke sana untuk melihat-lihat. Dia melihat sekelompok besar ikan mas berekor merah di dalam tangki air yang besar. Mereka terlihat warna-warni dan menggemaskan.     

Chu Qiao sangat ahli memelihara ikan. Dia menyukai binatang sejak lama, dan ingin mengadopsi anjing. Namun, karena tugasnya di dalam tentara, dia tidak memiliki waktu untuk itu. Selain itu, tempat tinggalnya juga tidak mengizinkan itu. Akhirnya diam-diam ia memelihara beberapa ekor ikan. Sejak itu, walaupun kaptennya mengetahui ini, pria itu tidak peduli. Maka, Chu Qiao memulai kebiasaan memelihara ikan sebagai peliharaannya. Namun, bertahun-tahun telah berlalu dan kehidupannya sangat berat. Dia tidak memiliki kemewahan untuk melakukan itu lagi. Li Ce, melihat kalau dia menyukai ikan-ikan itu, membeli semua ikan itu. Pemilik toko tersebut, melihat seorang pelanggan langka yang murah hati, memberikan hadiah sebuah wadah porselen untuk menampung ikan kepada mereka.     

Malam sudah larut. Karena Chu Qiao belum pulih sepenuhnya dari luka-luka yang dia derita, dia merasa lelah. Mereka berdua memutuskan untuk pulang. Saat mereka kembali ke danau, kuda itu masih merumput. Beberapa anak kecil berjongkok di samping, menarik-narik tali kekangnya. Mereka ingin mencuri kuda tersebut namun takut kuda itu akan menendang mereka. Mereka masih ragu dan tidak mau mundur, tetapi saat melihat pemilik kuda itu sudah kembali, mereka langsung kabur.     

Chu Qiao dan Li Ce naik ke atas kuda. Karena mereka membawa tambahan muatan ikan, mereka membiarkan kuda itu berjalan perlahan di jalan pulang.     

Chu Qiao tiba-tiba merasa aneh saat dia memikirkan ketika mereka pertama kali bertemu di Xia. Mereka bukanlah kawan ataupun lawan. Masa-masa itu terasa sudah lama sekali. Seperti yang diduga, kata-kata Yan Xun memang benar. Kota Zhen Huang itu bagaikan kurungan penjara raksasa, tidak ada kegembiraan di sana. Apa pun yang berada di sana akan tercemar.     

Chu Qiao masih tidak tahu tentang keberadaan Yan Xun. Pria itu menyamar sebagai Liu Xi dan menelan seluruh kekayaan Serikat Da Tong di Xian Yang. Tidak diragukan lagi, dia pasti berniat untuk menuju ke perbatasan selatan dan memindahkan aset itu kembali ke Yan Bei. Saat ini, karena Da Tong ingin mengkhianati Xia dan membelot ke Tang, tidak sulit untuk mengerti kenapa Yan Xun ingin menyamar sebagai Liu Xi. Dilihat dari hal ini, Yan Xun pasti menuju ke Tang. Sedangkan untuk alasan dan motif di balik semua itu, Chu Qiao tidak yakin.     

Suara genderang yang menandakan waktu terdengar semakin dekat. Chu Qiao merasa semakin lelah. Sejak dia diracuni oleh para pembunuh itu, dia sering merasa mengantuk dan tertidur begitu saja. Dia duduk di atas kuda, merasa nyaman. Gadis itu bersandar kepada Li Ce dan mulai tertidur. Pria di depannya itu terkejut dan menoleh ke belakang, dia melihat dahi Chu Qiao yang bersandar di bahunya. Gadis itu bernapas perlahan dan sudah tertidur.     

Angin terus bertiup. Bunga magnolia di jepit rambutnya mengeluarkan aroma harum. Wajah Li Ce tidak terlihat sinis seperti biasanya. Dia melihat Chu Qiao dengan diam, membiarkan kuda itu berjalan ke depan tanpa mengendalikan tali kekangnya.     

Wilayah Tang dikenal sebagai "Negeri Bunga". Banyak bunga-bunga dan pepohonan yang menghiasi kedua sisi jalan. Saat angin berembus, kelopak bunga melayang di udara dan jatuh ke tanah bagaikan kupu-kupu. Jubah kuning Chu Qiao berkibar di udara, membuatnya terlihat seperti peri di tengah bunga-bunga tersebut.     

Kuda itu menyentak perlahan. Alis Chu Qiao mengerut. Dengan satu sentakan, tubuhnya jatuh ke belakang.     

Li Ce menyadarinya dengan cepat, dan segera menarik pinggang Chu Qiao. Setelah itu, pria yang tidak menguasai bela diri itu memutar badannya dan menggunakan satu tangan untuk berpegangan pada pelana. Tubuhnya melayang ke udara. Sesaat kemudian, dia telah melompat dari depan ke belakang. Tangannya memeluk pinggang Chu Qiao, membiarkan gadis itu tidur dalam pelukannya.     

Angin meniup dedaunan, membuat sisa-sisa tetesan air jatuh dari daun ke tanah, bersama dengan kelopak-kelopak bunga.     

"Kedamaian di Tang akan segera terganggu." Li Ce mendesah dan tersenyum. Senyumannya tidak menunjukkan kalau dia sedang santai atau pun bahagia, melainkan hanya sudah menjadi kebiasaannya saat berbincang-bincang. "Setelah kamu pulih, aku akan mengirimkan kamu untuk bertemu dengan cinta lamamu. Tidak ada kenikmatan dalam dunia ini. Kamu memang bodoh."     

Sinar bulan bagaikan lapisan tipis embun beku dan kabut. Istana Jin Wu yang megah mulai muncul perlahan di depan matanya.     

Saat Chu Qiao terbangun, hari sudah siang. Pelayan istana itu, Qiu Sui, sedang duduk di kursi, menunggunya. Saat melihat dia sudah terbangun, Qiu Sui tersenyum dan membawakan secangkir teh, sambil berkata, "Anda sudah bangun. Apakah anda mau minum?"     

Chu Qiao menggeleng. Pelayan muda itu melanjutkan, "Para tabib ada di luar, menunggu untuk memeriksa nadi anda. Yang Mulia sudah memerintahkan agar mereka masuk saat anda bangun."     

Chu Qiao mencuci mukanya dengan santai, dan menolak niat pelayan itu yang mau merapikan rambutnya. Dia memasang jepitan rambut di belakang rambutnya. Chu Qiao bukan seorang bangsawan dan belum pernah menikmati hidup enak. Namun, di saat ini, lebih dari sepuluh orang memperhatikan dirinya bahkan saat dia mencuci muka. Tampak jelas tidak terbiasa dengan hal ini, dia tertegun. Dia menolak niat mereka, namun lebih dari 20 orang tabib memasuki ruangannya dan menawarkan untuk memeriksa nadinya.     

Para pelayan istana sudah mempersiapkan hidangan mewah dengan lebih dari 30 jenis sup dan berbagai makanan pencuci mulut. Seorang pelayan berlutut di kedua sisi meja. Chu Qiao tidak perlu melakukan apa pun. Saat para tabib memeriksanya, para pelayan menyuapinya. Sebelum dia menerima setiap suapan, para pelayan itu akan melihat ke arahnya. Jika dia mengangguk, makanan itu akan diantarkan ke mulutnya. Jika dia menggeleng, sendok makanan berikutnya akan dibawakan. Chu Qiao merasa malu untuk menggeleng, jadi dia menerima setiap suapan makanan itu. Perutnya sangat kekenyangan setelah itu.     

Setelah para tabib selesai memeriksa, kedua puluh orang itu menuju aula utama untuk membahas cara perawatan.     

Tiba-tiba, suara berdenting terdengar dari luar. Chu Qiao bertanya, "Apa yang sedang terjadi di luar sana?"     

Qiu Sui tampaknya merupakan pemimpin dari para pelayan itu. Dia menjawab, "Mereka sedang memperbaiki kolamnya."     

Kolam itu terletak persis di bawah jendela Chu Qiao. Dengan bingung, dia bertanya, "Memperbaiki kolam? Memangnya ada apa dengan kolam itu?"     

"Kolamnya terlalu dangkal. Yang Mulia memerintahkan kami untuk membuat kincir air di sini untuk mengangkat kolamnya agar ikan mas yang anda bawa pulang bisa dipelihara dengan baik."     

Chu Qiao tertegun. Dia berjalan ke arah jendela, dan melihat lebih dari 200 orang sedang bekerja, berkeringat banyak, tetapi tidak berani membuat terlalu banyak suara. Semua benda itu sudah dirakit di tempat lain dan dibawa kemari. Dia terkejut karena begitu banyak upaya dikerahkan hanya untuk memelihara beberapa ekor ikan mas yang tidak berharga. Dia pernah mendengar tentang kekayaan Kekaisaran Tang namun tidak menyangka mereka akan seboros ini.     

Bagaimana pun, dia hanya akan tinggal beberapa hari di sini. Dengan perlakuan seperti ini dari Li Ce, dia menjadi malu.     

Chu Qiao berbalik dan bertanya, "Di mana Yang Mulia?"     

"Sejak pagi, Yang Mulia belum kembali."     

Chu Qiao mengangguk. Dia bahkan tidak sadar bagaimana dia kembali semalam. Tampaknya keadaan tubuhnya memang sedang sangat buruk. Dia berpikir pada dirinya sendiri: Aku sedang menunggu Yan Xun untuk muncul di Tang. Aku akan memulihkan diri di sini terlebih dahulu. Perlahan dia duduk di alas yang dingin sambil menata pikirannya.     

"Nona, apakah anda dari Xia?"     

Chu Qiao mendongak dan berkata, "Dari mana kamu dengar itu?"     

"Saya dengar dari Komandan Tie. Dia yang membawa anda ke dalam istana, bersama dengan Yang Mulia. Dia bilang anda adalah bangsawan dari Xia, dan meminta kami untuk melayani anda dengan baik."     

"Oh."     

"Saya pikir anda adalah selir yang baru! Namun, semalam Yang Mulia berkata kalau anda adalah temannya. Dipikir-pikir lagi, anda adalah teman wanita beliau yang pertama." Pelayan itu merasa Chu Qiao enak diajak mengobrol. Sambil mengipasi Chu Qiao, dia berkata lagi, "Yang Mulia memperlakukan Nona dengan baik. Saya tidak pernah melihat beliau memperlakukan selir-selirnya sebaik ini."     

"Apakah Yang Mulia memiliki banyak selir?"     

Qiu Sui menjawab, "Iya. Kalau istana Qiu Hua, Zhang Qing, dan Paviliun Qiu Shui digabungkan, ada sekitar … Ah, saya juga tidak jelas. Intinya, ada banyak sekali."     

"Oh," Chu Qiao mengangguk. "Jadi kabar itu benar."     

Pelayan itu tersenyum dan berkata, "Yang Mulia senang bermain-main. Kami semua sangat menyukai beliau. Walaupun ia seorang pangeran, beliau memperlakukan kami dengan ramah tanpa bersikap sombong."     

Pada saat ini, seorang pelayan lain berjalan ke dalam ruangan dan berkata, "Nona, Nyonya Hong Luan telah datang. Dia menunggu di luar dan ingin bertemu dengan anda."     

Chu Qiao tertegun. Qiu Sui menjelaskan, "Nyonya Hong Luan adalah selir baru. Dia seorang penari. Dia dihadiahkan kepada pangeran oleh Kekaisaran Song."     

Chu Qiao mengangguk, menyadari niat dari si pengunjung. Dia berkata dengan suara rendah, "Bolehkah saya tidak menemuinya?"     

Qiu Sui berkata, "Tentu saja. Sebelum pergi, pangeran berpesan kalau anda boleh menolak pengunjung semau anda."     

"Oh," kata Chu Qiao. "Tolong kabari Nyonya Hong Luan kalau saya sedang sakit parah. Saya tidak dalam kondisi untuk menemui tamu. Tolong sampaikan rasa terima kasih saya atas kunjungannya."     

Pelayan itu permisi ke luar.     

Dalam waktu kurang dari setengah hari, lebih dari sepuluh selir mengunjungi Chu Qiao. Beberapa di antara mereka adalah bangsawan. Ini bukti kalau reputasi Li Ce tidak dibuat-buat. Dia memiliki begitu banyak wanita. Chu Qiao curiga dia bahkan tidak hafal semua nama mereka.     

Saat menjelang sore, cuaca mulai hangat. Chu Qiao terus tertidur dan terbangun. Qiu Sui menyiapkan satu mangkuk es, menambahkan beberapa potong buah persik dan melon di atasnya. Saat dia bersiap menyuapi Chu Qiao, seseorang memasuki ruangan dan berkata kalau Nyonya dari Tang ingin bertemu dengan Chu Qiao.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.