Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 124



Bab 124

0Di atas kuda itu, ada seorang wanita. Walaupun pakaiannya sangat kotor, bisa terlihat kalau pakaian itu terbuat dari bahan berkualitas tinggi. Gaun hijau yang panjang itu dilipat menjadi beberapa lapis dengan pola bunga yang sederhana disulam di atasnya. Hiasan sederhana itu membuat gaunnya terlihat mewah tapi tidak berlebihan. Dengan rambut hitam megah yang berserakan di punggungnya, wanita itu kurus dan ramping, dengan kaki yang panjang dan pinggang yang kecil. Cukup dengan satu lirikan, orang-orang bisa melihat bahwa dia berpotensi menjadi wanita yang sangat cantik Tetapi si cantik ini tampaknya dalam keadaan lemah, karena dia terkapar di atas kuda dan sepertinya dia sudah pingsan.     

"Eh? Tampaknya ada wanita cantik yang tertidur!" Seseorang, yang walaupun sudah dalam keadaan terikat, langsung menyadari wanita itu. Dia segera berteriak kepada yang lainnya, "Ada wanita di sini, jangan mempermalukan aku! Cepat, buka ikatan ini!"     

Melihat ke arah pria itu, Tie You menjawab dengan santai, "Tidak mungkin!"     

Angin berembus lalu, menyingkap rambut panjang wanita tersebut. Dengan matanya yang tajam, Li Ce mengenali Chu Qiao. Dengan mulut ternganga, dia bereaksi dengan cepat. "Qiao Qiao! Tolong aku! Ini aku, Li Ce!"     

Suaranya yang melengking sangat tiba-tiba membuat semua orang di sekitarnya melompat terkejut. Terutama, kuda itu menjadi sangat ketakutan. Setelah berjalan di dalam gunung yang begitu sunyi sekian lama, tiba-tiba ada yang berteriak padanya dan kuda itu salah mengira suara itu sebagai seekor serigala. Dia mengangkat kaki depannya karena terkejut dan meringkik keras. Wanita di punggungnya terlempar, dan dengan bunyi berdebum, wanita tersebut terjatuh di tanah. Sebelum dia berhenti berguling, kuda yang tidak berperasaan itu sudah memacu pergi.     

"Ah!" Terkejut, wajah Li Ce menjadi pucat lalu dia segera berteriak, "Apa yang kalian tunggu di sana? Cepat, pergi dan tolong dia!"     

Tidak lama kemudian, kereta kuda keluarga kekaisaran Tang meluncur meninggalkan Gunung Yu Ping. Dari dalam hutan, beberapa orang pria paruh baya keluar dari tempat persembunyian mereka. Mereka berpakaian seperti penebang kayu. Satu orang berbicara kepada yang lainnya. "Pergi dan laporkan kembali kepada Raja Luo. Pangeran itu telah berusaha melarikan diri dari pernikahannya enam kali, dan dia ternyata lebih gila dan kekanak-kanakan dibandingkan yang dikabarkan oleh orang-orang. Semuanya akan dilanjutkan sesuai dengan rencana."     

"Baik!" salah satu pria menjawab lalu pergi. Sejenak kemudian, seekor kuda perang yang berwarna hitam pekat berlari keluar dari dalam hutan. Penebang kayu itu melompat ke atas kuda dan dengan cepat menghilang di kejauhan.     

Kedua sisi jalan pegunungan itu dihiasi tanaman. Hujan lebat selama beberapa hari terakhir tampaknya membawakan banyak kehidupan baru ke tempat ini. Dan melalui jalan ini, Chu Qiao memasuki Tang Jing, pusat perdagangan seluruh benua ini. Awalnya dia berniat mencari Yan Xun di Tang Jing, namun racun dalam tubuhnya mulai bereaksi lagi dan membuatnya pingsan di atas kudanya. Kebetulan sekali, dia masih bisa mencapai tempat tujuannya melalui kejadian-kejadian yang sudah ditakdirkan ini.     

Saat itu sedang puncak musim panas. Dibawa oleh angin yang sejuk, aroma teratai yang sedang mekar tertiup ke dalam menara-menara yang mengelilingi danau yang indah. Terlihat dua orang pelayan wanita sedang melambaikan kipas berukuran besar sambil setengah berlutut di lantai. Di dalam beberapa nampan kotak yang diletakkan di dalam ruangan itu, es batu yang baru dibekukan mengeluarkan udara dingin yang menurunkan suhu dari teriknya musim panas yang membara. Di balik tirai merah transparan, yang dihiasi dengan kristal berkilauan, ada seorang wanita yang memakai gaun kuning sederhana sedang terbaring lemas di atas kasur. Rambutnya tersebar di atas kasur. Bisa terlihat alisnya sedang merengut. Walaupun kulitnya sangat pucat, namun itu tidak mengurangi kecantikannya. Sebuah selimut sutra tipis dengan sulaman besar berbentuk mawar menutupi seluruh tubuhnya. Mawar-mawar itu berwarna putih kusam, walaupun, di antara sulaman tersebut bisa terlihat beberapa benang keperakan yang terjalin dengan benang putih. Di bawah cahaya matahari terbenam, benang-benang perak itu terlihat bagaikan air mengalir.     

Wanita di atas kasur sedikit merengut saat tangannya yang ramping mulai bergerak. Bagaikan kepakan sayap kupu-kupu, matanya berkedip-kedip. Saat membuka matanya, iris matanya yang jernih melirik ke sana kemari. Wanita ini tak lain adalah Chu Qiao. Dalam sekejap itu, dia dipenuhi rasa bingung saat dia mengamati sekelilingnya, berusaha mengerti di mana dia berada.     

"Oh! Anda sudah bangun!" Gadis pelayan itu hanya berusia 13 sampai 14 tahun. Saat melihat Chu Qiao telah bangun, dia terlihat sangat bahagia. Setelah melompat berdiri, dia berlari keluar dan berteriak kepada orang-orang di luar, "Dia sudah bangun!"     

"Nyonya, silakan berbaring dahulu. Dokter kekaisaran akan kemari untuk memeriksa nadi anda." Saat berkata demikian, gadis pelayan yang satu lagi berdiri dan mulai membuka gulungan tirai yang tebal untuk menutupi kasur itu agar istirahat Chu Qiao tidak terganggu.     

Dengan matanya yang tajam, Chu Qiao segera menyadari bahwa walaupun ruangan ini sejuk, dan bahkan lantainya pun diberi alas yang terbuat dari bahan mahal yang terasa sejuk saat disentuh, tetapi gadis yang berbicara itu basah kuyup oleh keringat, dan beberapa helai rambutnya menempel di dahinya karena keringat. Sambil mengernyit, Chu Qiao bertanya, "Siapa Nyonya yang kamu maksud?"     

"Anda!" gadis pelayan itu menjawab, dibuat bingung oleh pertanyaan tersebut.     

Wajah Chu Qiao menjadi muram karena kejadian yang aneh ini. Sambil mengamati sekeliling dengan hati-hati, dia bertanya dengan serius, "Di mana ini? Kamu siapa? Mengapa saya ada di sini?"     

Gadis pelayan muda itu sangat terkejut oleh rangkaian pertanyaan ini, dia bergumam beberapa kata yang tak terdengar jelas sebelum akhirnya menjawab, "Ini adalah Istana Kekaisaran. Pel … pelayan ini bernama Qiu Sui. Nyonya, anda dibawa kemari oleh yang mulia."     

"Istana Kekaisaran?" Sambil mengangkat alisnya, Chu Qiao mendadak mengingat sebuah mimpi di mana dia memimpikan seseorang yang menyebalkan yang sedang tersenyum begitu lebar sampai-sampai dia ingin memukul orang itu.     

Tidak mungkin ….     

Chu Qiao mendorong pelayan itu ke samping, dan melompat turun dari kasur. Sambil membuka tirai, dia berlari keluar.     

"Nyonya! Nyonya! Sepatu anda!" Gadis pelayan itu bingung karena kejadian aneh ini, sampai-sampai dia hampir menangis saat dia mengambil sepatu itu dan mengejar Chu Qiao.     

Matahari yang merah tua menerangi air danau yang hijau dan tenang. Sambil mengangkat ujung roknya, Chu Qiao berlari telanjang kaki di lorong yang dipelitur itu. Dari sudut pandangnya, bisa terlihat bahwa di air yang biru kehijauan itu, ada tirai daun teratai, dan di dalam hutan daun teratai itu, ada sebuah bangunan rumit yang memancarkan aura kuno. Terbuat sepenuhnya dari kayu merah yang tidak diberi cat, bahkan masih bisa terlihat lingkaran kayu di atasnya. Paviliun kecil itu terbuka di semua sisi, sehingga ventilasinya sangat baik. Tirai tipis digantung di samping, mengepak bagaikan kupu-kupu yang menari saat angin sore berembus.     

Di tengah paviliun itu, seorang pemuda bersandar di salah satu pilar kayu merah. Duduk dengan sedikit menekuk kedua kakinya, sebuah botol arak dari perak yang indah ada di samping tangannya. Tidak ada cangkir di dekat sana, namun ada beberapa biji teratai yang baru dikupas yang tersebar di lantai bagaikan mutiara. Di dalam tangannya ada sebuah seruling giok hijau. Dia tidak memainkan seruling itu dan hanya memutar-mutarnya dengan begitu cepat dan lincah hingga sangat memikat untuk ditonton. Kabut tipis dari danau menutupi wajahnya, dan hanya terlihat pakaiannya yang berwarna merah menyala bergoyang saat tertiup angin.     

"Nyonya! Nyonya!" Selusin gadis pelayan mengikuti di belakang Chu Qiao, masing-masing membawa benda yang berbeda. Dilihat sekilas, bisa terlihat sepatu, jubah, jepitan rambut, dll …. Suara halus mereka memanggil bergantian, terdengar seperti kicauan anak-anak burung.     

Saat Chu Qiao mendekat, bibir pria itu tiba-tiba tersenyum lebar. Saat tersenyum, pria itu terlihat sangat tampan, seperti lukisan yang indah. Dia meletakkan seruling panjang itu, merentangkan kedua tangannya, lalu tersenyum puas dan berkata, "Kemari Qiao Qiao, mari kita berpelukan mesra untuk merayakan pertemuan kita kembali!"     

Dengan suara keras, Chu Qiao meninju dada pria itu. Pada saat itu, terdengar suara jeritan yang memilukan. Sambil menarik kerah pria itu, gadis ini membentak, "Li Ce! Apa yang sedang kamu lakukan?"     

"Ah! Lindungi yang mulia!"     

"Pembunuh! Lindungi yang mulia!"     

Keributan mulai terjadi. Sambil terbatuk-batuk, Li Ce melambai kepada orang-orang di sekitar, yang sedang bergegas melindunginya, untuk membubarkan mereka. "Jangan khawatir! Aku baik-baik saja! Mundur!"     

Walau masih curiga, para prajurit tidak punya pilihan selain menurut. Setelah orang-orang itu pergi, Li Ce menatap Chu Qiao dengan pahit, lalu mengeluh dengan menyedihkan, "Qiao Qiao, bisakah kamu berhenti menunjukkan perasaanmu padaku dengan cara ini? Ini sangat menyakitkan."     

"Apa yang kamu rencanakan? Mengapa kamu menawan aku?"     

Tak berdaya, Li Ce mendesah, lalu berkedip dan menjawab, "Qiao Qiao, apakah kamu benar-benar bersikap seperti ini terhadap orang yang menyelamatkan nyawamu?"     

Sama sekali tidak tersentuh, Chu Qiao berkata dengan tegas, "Katakan yang sebenarnya!"     

"Ini adalah yang sebenarnya." Li Ce mendesah sekali lagi. "Saat melarikan diri dari pernikahanku, aku melihat kamu yang sedang pingsan. Kalau aku tidak berhenti untuk menolongmu, aku tidak akan tertangkap dan dibawa kembali ke istana oleh ayahku. Qiao Qiao, aku mengorbankan begitu banyak untukmu, namun kamu memperlakukan aku seperti ini, aku sangat terluka."     

Masih melihat pria itu dengan curiga, wajah Chu Qiao sedikit melunak. "Benarkah begitu?"     

Li Ce segera mengangkat tangannya dan bersumpah, "Tentu saja!"     

Sambil mengernyit, Chu Qiao memikirkannya sejenak, lalu melepaskan cengkeramannya dan meminta maaf dengan suara kecil, "Aku minta maaf."     

"Tidak apa-apa!" Dengan santai, Li Ce tersenyum dan mengangkat bahu. Sambil menyengir, dia melanjutkan, "Aku sudah terbiasa dipegang-pegang oleh wanita cantik." Saat dia berkata demikian, tiba-tiba dia melompat berdiri dan dengan gesit mendorong Chu Qiao ke belakang pilar di mana dia duduk tadi. Setelah itu, dia duduk kembali di posisi yang sama seperti sebelumnya, dan wajahnya tiba-tiba berubah menjadi sayu. Sambil bergerak, dia memberi tahu Chu Qiao dengan cepat, "Jangan pergi, ini akan selesai sebentar saja."     

Di dalam embusan angin, dan riak air danau, Li Ce mengangkat serulingnya dan meletakkannya di bibir. Saat Chu Qiao mengira pria itu akan mulai memainkan seruling, dia mendengar suara seruling yang sembarangan. Tetapi, dari belakang, sebuah melodi yang tenang mulai dimainkan.     

Karena penasaran, Chu Qiao berbalik, dan melihat seorang tua dengan rambut penuh uban sedang berjongkok di lantai, memainkan seruling dengan posisi yang sangat canggung.     

Saat Chu Qiao masih kebingungan dengan yang dia lihat, terdengar suara tawa yang nyaring. Dia menoleh, dan melihat rombongan wanita-wanita cantik yang berjalan melewati mereka. Tampaknya saat mendengar suara seruling, mereka semua menoleh, dan terpukau oleh penampilan Li Ce yang anggun.     

Sama sekali tidak terpengaruh, Li Ce dengan tenang terus mempertahankan aksinya. Pandangannya terpaku di kejauhan. Tidak jelas apa yang sebenarnya sedang dia lihat. Saat tirai tipis di sekeliling paviliun berkibar di tengah angin, hal itu menambahkan sentuhan misterius pada pangeran ini.     

Setelah beberapa menit, para wanita itu berjalan pergi. Saat melihat seorang pelayan melambaikan sebuah bendera merah dari kejauhan, Li Ce menghela napas lega, lalu berbalik kepada pria tua yang bersembunyi di balik pilar, dan berkata, "Itu sudah cukup, kamu boleh berhenti."     

Setelah jongkok begitu lama, kaki pria tua itu sudah mati rasa. Sambil gemetar, dia berdiri. Tidak menghiraukan keringat yang menetes dari kepalanya, pria tua itu mulai berbicara "Yang Mulia …."     

"Baiklah, Tuan Yu, kamu boleh pergi. Aku akan menjamin putramu tidak akan dikirimkan ke Perbatasan Selatan untuk menjaga perbatasan. Aku akan menggantinya dengan … dengan … betul juga, aku akan mengirim putra Tuan Lu sebagai penggantinya. Kamu tidak berhubungan baik dengan dia juga. Dia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa memainkan alat musik apa pun dan juga putrinya begitu jelek."     

"Baik, baik, terima kasih, Yang Mulia, sudah mau membantu saya!" Pria tua itu berterima kasih kepada Li Ce berulang-ulang, lalu pergi sambil dibantu oleh para pelayan.     

Chu Qiao menatap Li Ce dengan aneh, lalu merengut. "Apa yang sedang kamu lakukan?"     

"Apa kamu tidak lihat?" Mata Li Ce berbinar bahagia saat dia melanjutkan, "Di antara wanita-wanita yang lewat baru saja, ada satu yang memakai rok hijau. Apakah kamu melihat dia?"     

Sambil mengernyit, Chu Qiao menjawab, "Aku terlalu sibuk menonton pertunjukan hebatmu, mana mungkin aku melihat dia?"     

"Oh, sayang sekali …." Li Ce menggeleng perlahan. "Dia adalah putri Tuan He, yang baru saja dipindahkan kembali ke ibu kota. Dia sangat mahir dengan seruling, dan cantik juga! Tetapi masalahnya adalah dia tidak menatap aku walaupun sudah dua kali bertemu denganku!"     

"Apakah jarang orang tidak menatap kamu secara langsung?"     

"Tentu saja!" Li Ce menjawab dengan cepat seakan-akan itu sebuah fakta. "Baiklah, sudah cukup tentang semua itu. Apa pun alasannya, kedatanganmu ke Kekaisaran Tang pasti tidak mudah. Aku harus bersikap sebagai tuan rumah yang baik. Mari, aku akan mengajak kamu bermain hari ini!"     

Terkejut oleh ajakan yang tiba-tiba ini, Chu Qiao bertanya, "Bermain?"     

Mengulurkan tangannya, Li Ce merangkul bahu Chu Qiao dan tersenyum santai. "Qiao Qiao, jadi orang tidak boleh terlalu kaku. Selain balas dendam, selain Da Tong, selain membunuh orang lain, masih ada banyak kesenangan dalam hidup!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.