Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 249



Bab 249

0Satu jam kemudian, konflik tersebut mulai meningkat. Pasukan Raja Ling melibatkan diri dalam konflik itu, sementara para penjaga setempat lokal hanya menonton saja. Walaupun para warga sipil di bagian barat kota berteriak minta tolong, mereka tetap acuh tak acuh, dengan alasan bahwa mereka sedang menunggu perintah dari atasan. Mereka berdiri mengepung di sekeliling, menolak untuk bergeming, sementara orang-orang di dalam mulai saling bentrok.     

Pada saat ini, geng-geng baik yang besar maupun yang kecil, ditambah lagi dengan para preman, mulai membuat kekacauan. Setelah beberapa pertempuran kecil di antara mereka, mereka menyadari bahwa tidak ada yang menertibkan mereka, membuat mereka menjadi semakin berani. Kota Zhen Huang menjadi kacau balau karena warga sipil meringkuk ketakutan di dalam rumah mereka, tidak ingin terlibat masalah.     

Chu Qiao memerintahkan para prajurit untuk meningkatkan pengamanan mereka di dalam kediaman itu dan mengunci pintu, tidak membiarkan siapa pun pergi keluar. He Xiao dan pengawal Zhuge Yue, Yue Liu, ditugaskan untuk memastikan keamanan di dalam rumah itu. Beberapa saat kemudian, di sisi luar kediaman menyala terang; tampaknya mereka dikelilingi oleh sekelompok besar prajurit.     

Yue Liu dan para pengawalnya menggertakkan gigi dan mencabut pedang mereka, bersiap untuk bertarung sampai mati. Namun, Chu Qiao merasa heran dan memerintahkan He Xiao untuk memeriksa keadaan di luar.     

He Xiao segera kembali dengan membawa berita bahwa inspektur dari kantor hakim telah mengirimkan pasukan untuk melindungi kediaman Kepala Marsekal, berdasarkan perintah dari atasan. Dengan cepat, suara-suara di sekitar kediaman itu menjadi tenang. Chu Qiao bertanya kepada Yue Liu tentang apa yang sedang terjadi, tetapi pria itu menggaruk kepalanya dan berkata bahwa dia sendiri belum pernah mendengar inspektur semacam itu sebelumnya.     

Sekitar pukul 9 hingga 11 malam, beberapa suara mulai bergema di luar pintu. Chu Qiao baru saja keluar dari kamarnya, saat Zhuge Yue berjalan ke arahnya dengan tergesa-gesa, dalam pakaian berwarna ungu. Saat melihat gadis itu, Zhuge Yue bertanya, "Apakah kamu takut?"     

Chu Qiao tertawa dan menjawab, "Apakah kamu pikir aku terbuat dari lem kertas? Ketika aku membunuh orang lain di luar sana, keberadaanmu masih belum diketahui."     

Zhuge Yue mengambil cangkir tehnya dan meminum seteguk teh. Dia tersenyum dengan terpaksa, lalu duduk.     

Chu Qiao bertanya, "Apa yang sebenarnya terjadi?" Biasanya Chu Qiao tidak banyak bertanya tentang urusan Zhuge Yue. Pertama, mengingat identitas dan statusnya, gadis itu tidak memenuhi syarat untuk tahu terlalu banyak. Kedua, dia tidak lagi memiliki tenaga untuk melibatkan diri dalam urusan-urusan ini. Namun, Chu Qiao sangat khawatir tentang kejadian malam ini.     

Zhuge Yue mendongak dan merasa bersalah saat melihat ekspresi cemas gadis itu. Dia memegang tangan Chu Qiao yang dingin dan berkata, "Mu Yun dan yang lainnya membuat masalah. Gerbang selatan telah diambil alih oleh orang-orang Zhao Yang. Aku datang dari gerbang utara, karena itulah aku sedikit terlambat."     

"Bagaimana mereka akan mendapat keuntungan dengan menciptakan masalah? Jika hal ini berlarut-larut, Dewan Tetua Agung akan mengusir semua orang kembali ke tempat asal mereka. Tidak ada yang akan diuntungkan."     

Zhuge Yue tertawa dingin dan menjawab, "Justru itulah rencana mereka."     

Chu Qiao mengerutkan kening saat dia mulai menghubungkan rentetan kejadian-kejadian ini dalam pikirannya. Gadis itu menghela nafas panjang dan berkata, "Hampir saja. Untungnya kamu keluar dengan cepat."     

Zhuge Yue menepuk wajah gadis itu dan menambahkan, "Jangan khawatir. Aku tidak akan terjebak oleh taktik ini."     

Saat ini, konflik antara Zhao Che dengan Zhao Yang mirip dengan Pasukan Barat Daya yang melawan Pasukan Dong Hu. Zhao Yang mendapat dukungan dari Raja Ling dan Tuan Muda Mu, sementara Zhao Che mendapat dukungan dari Pasukan Qing Hai milik Zhuge Yue. Sekarang Kaisar Xia sedang sakit parah, berbagai pasukan perbatasan datang untuk menjaga ibu kota mengikuti pemimpin mereka. Ini melanggar aturan; begitu ada yang membuat masalah, pasukan-pasukan dari perbatasan akan diusir kembali ke lokasi masing-masing. Zhao Che, Zhuge Yue, dan bawahan Jing Han semuanya berasal dari perbatasan, dan hanya Zhao Yang yang memegang kekuasaan atas Kamp Xiao Qi, yang memang ditempatkan di ibu kota. Meskipun pasukan berjumlah 30.000 orang itu tidak terlalu berarti ketika di medan perang, namun begitu pasukan perbatasan diusir, mereka langsung akan menjadi kekuatan yang dominan di ibu kota. Pada saat itu, jika Zhao Che tidak kembali ke utara dengan Pasukan Dong Hu, dia pasti akan jatuh ke tangan Zhao Yang. Dengan kepergian Zhao Che, pewaris takhta kaisar sudah bisa dipastikan.     

Selama setahun terakhir ketika Kaisar Xia sedang sakit, politik di dalam Xia mulai bergejolak. Karena Chu Qiao memiliki pengalaman menjadi pimpinan militer, dia secara alami memahami keuntungan dan konsekuensi dari masalah ini. Dia menghibur Zhuge Yue dan berkata, "Hati-hati. Tidak perlu khawatir tentang aku. Ada cukup pasukan di rumah ini. Bahkan jika 10.000 orang menyerang tempat ini, kita bisa mempertahankannya selama empat jam. Tidak perlu menambahkan pasukan di sini."     

Zhuge Yue terperangah dan bertanya, "Kapan aku melakukan itu?"     

Chu Qiao menjawab, "Inspektur dari kantor hakim baru saja kemari. Mereka menjaga kami selama lebih dari empat jam."     

Zhuge Yue mengerutkan kening dan berpikir lama sebelum menggelengkan kepalanya dan menambahkan, "Itu bukan pasukanku."     

Chu Qiao menatap pria itu dengan curiga, ekspresi muram muncul di wajah gadis itu.     

Zhuge Yue tertawa dan menggenggam tangan Chu Qiao. "Tidak apa-apa. Kurasa mereka tidak punya niat buruk."     

"Apakah itu orang-orang Wei Shuye?"     

"Kalau tebakanku benar, mereka adalah orang-orang Zhao Song."     

Chu Qiao mulai merasakan hatinya menjadi dingin. Zhuge Yue melanjutkan dengan suara rendah, "Sang Kaisar sedang sakit. Semua orang yang berkuasa di Zhen Huang ada di dalam istana. Satu-satunya orang yang tidak berada di istana dan memiliki kekuatan untuk menggerakkan pasukan seperti itu adalah dia." Pandangan yang berat melintas di mata Zhuge Yue saat dia berkata perlahan, "Sudah begitu lama. Aku sampai lupa tentang dia."     

Di dalam ruangan itu terasa hangat saat dupa terus terbakar. Namun, Chu Qiao berdiri di sana dan dia terus merasakan sensasi dingin merangkak naik di sekujur tubuhnya.     

Pangeran ke-13, Zhao Song, yang satu lengannya dipotong oleh Yan Xun, yang saudaranya dibunuh oleh Chu Qiao, yang keluarga dari pihak ibunya telah dihancurkan oleh Yan Xun dan gadis itu.     

Zhuge Yue memeluk Chu Qiao dalam pelukannya, dan merasa hatinya sakit saat melihat ekspresi pucat gadis itu. Pria itu berbisik, "Xing Er, bagaimana kalau aku mengirimmu kembali ke Qing Hai dulu?"     

Chu Qiao masih melamun dan dia tidak menyimak kata-kata pria itu. Zhuge Yue mengulanginya lagi, membuat gadis itu menggelengkan kepalanya dengan kuat. Dia menarik lengan baju pria itu dengan gugup sambil berseru berulang kali, "Aku tidak mau!" Gadis itu mengangkat kepalanya dan menatap Zhuge Yue dengan keras kepala seperti anak singa yang masih belum dijinakkan. Zhuge Yue menghela nafas tak berdaya dan memeluknya sambil berkata dengan suara rendah, "Ini akan segera berakhir."     

Betul, ini akan segera berakhir. Setiap kali para pejabat dan para pangeran melihat keadaan sang kaisar saat ini, mereka akan mengulangi kalimat ini kepada bawahan dan keluarga mereka setiap kali mereka pulang.     

Ya, ini akan segera berakhir. Umur kaisar sudah hampir habis. Hari-hari menjalani kehidupan dalam ketakutan akan segera berakhir ….     

Saat hari-hari berlalu, semakin banyak desas-desus yang muncul. Mulut kaisar sudah mengot, kaisar sudah tidak sadar, kaisar tidak bisa lagi mengenali siapa pun, kaisar sudah tidak bisa makan ….     

Sepertinya kaisar hanya bertahan hidup dengan napas terakhirnya, dan dia bisa mati kapan saja. Namun, ketika musim dingin dan tahun baru mendekat, kaisar masih tetap hidup. Ada yang menebak bahwa dia kadang-kadang bisa berbicara beberapa kalimat yang jelas dan membuka matanya untuk meminum sedikit sup ginseng.     

Tidak ada yang tahu mengapa dia terus bertahan. Tampaknya dia memiliki beberapa keinginan yang belum tercapai, atau mungkin dia sedang menunggu seseorang. Hari demi hari berlalu, sang Kaisar menolak untuk menutup matanya.     

Suasana di dalam ibu kota tetap tegang karena itu. Tidak ada yang memiliki kepercayaan penuh untuk memulai pemberontakan. Kota Zhen Huang dilemparkan ke dalam keadaan di mana konflik bisa pecah bahkan dengan pemicu sekecil apa pun. Bahkan bayi yang baru lahir tidak berani menangis keras-keras di malam hari.     

Pagi ini, Zhuge Yue telah keluar dari kediaman untuk menghadiri sesi rapat pagi, ketika ada seorang pengunjung. Seorang gadis muda yang mengenakan jubah putih sedang berdiri di tanah bersalju. Dia memiliki pupil yang hitam legam, bibir merah pekat, dan tampak seperti gambar yang indah di dalam lukisan.     

Sinar cahaya terasa dingin dan jauh di musim dingin. Chu Qiao berdiri di pintu, menghadapi angin, dengan mengenakan mantel hijau. Saat melihat gadis itu, dia terperangah. Dia terus menatapnya, tidak bergerak untuk waktu yang cukup lama.     

Gadis muda itu tersenyum tipis dan berjalan maju ke arah Chu Qiao.     

"Kakak Keenam, apakah kamu tidak mengenali saya? Saya Adik Kedelapan."     

Waktu memang berlalu dengan cepat. Di masa lalu, anak itu berlutut di samping dirinya pada saat itu. Anak itu lemah dan kurang gizi. Dia bersujud di bawah sinar bulan, bersumpah untuk membalas kematian saudara-saudaranya. Dalam sekejap mata, 14 tahun telah berlalu.     

Chu Qiao teringat pada hari dilaksanakannya hukuman mati, di mana dia bersembunyi di tengah kerumunan, mendengar anak itu berteriak memanggil namanya dengan suara keras memohon bantuan. Pada akhirnya, Chu Qiao tidak keluar. Dia hanya bisa mengambil tubuh anak itu dari mulut anjing liar. Tanpa menutupi tubuhnya, Chu Qiao hanya bisa membiarkan tubuhnya tenggelam ke dasar danau begitu saja.     

Sudah 14 tahun. Chu Qiao selalu berpikir bahwa anak itu telah mati. Chu Qiao telah melihat wajahnya yang keras kepala dan berlinang air mata dalam mimpinya berulang kali. Dia selalu menyalahkan dirinya sendiri selama 14 tahun ini, dan telah membenci Zhuge Yue begitu lama karena hal ini.     

Matanya mulai berlinang air mata. Dia berdiri di pintu, mengulurkan tangannya saat dia berhasil memaksakan diri untuk tersenyum pahit.     

Adik Kedelapan menyambut tangan Chu Qiao dan tersenyum polos sambil berkata, "Aku hebat, kan? Aku masih hidup. Aku yakin kamu tidak mengiranya." Suaranya begitu akrab, terdengar ringan dan jauh.     

Mereka berjalan ke dalam kamar bersama-sama. Adik Kedelapan mengelilingi ruangan itu dan duduk di atas tikar lembut. Dia mengambil napas dalam-dalam lalu berkata sambil tersenyum, "Si Zhuge itu masih memiliki kebiasaan yang sama membakar dupa di dalam ruangan seperti ini." Gadis itu melihat sekeliling dengan sikap yang sepertinya sudah akrab, membahas kebiasaan-kebiasaan Zhuge Yue sehari-hari. Dia mengambil sebuah delima dan mulai memainkannya di dalam tangannya.     

Chu Qiao menatap gadis itu. Dia ingin mengatakan banyak hal, tetapi tidak tahu harus mulai dari mana.     

Adik Kedelapan menertawakannya dan dia membuyarkan kesunyian yang canggung, "Kakak Keenam, tidak perlu merasa terkejut. Orang yang meninggal pada hari itu bukan aku. Di saat-saat terakhir, suamimu menukar aku dengan orang lain, dan sudah merawatku selama bertahun-tahun. Aku merasa berterima kasih dan juga dendam terhadapnya, tetapi aku di sini bukan untuk memaksamu menepati janjimu untuk membalaskan kematian keluarga kita. Bahkan aku pun telah meninggalkan pemikiranku untuk membalas dendam."     

Embusan angin tiba-tiba menyapu ruangan, mengangkat tirai-tirai. Melalui sinar matahari, beberapa bintik debu dapat terlihat melayang di udara. Sinar matahari yang menyilaukan menyebabkan Chu Qiao menyipitkan matanya, namun dia masih tidak bisa melihat wajah Adik Kedelapan dengan jelas.     

Chu Qiao menatap gadis itu, merasa sedikit asing. Dia berpikir lama sebelum dia berkata dengan nada lembut, "Adik Kedelapan, apakah kamu baik-baik saja selama ini?"     

"Aku baik-baik saja," jawab Adik Kedelapan dengan santai. "Zhuge Yue memperlakukanku dengan cukup baik. Mungkin sebagian keberuntunganmu menempel padaku. Zhuge Yue membawaku ke rumah Tuan Wolong untuk belajar. Aku belajar membaca. Namun, dia sering membatasi kebebasanku, tidak membiarkanku pergi. Aku mencoba untuk melarikan diri beberapa kali, tetapi dia selalu menangkapku. Seperti itu, bertahun-tahun berlalu, sampai …." Gadis itu berhenti di sini dan menatap Chu Qiao. Dia tertawa kecil sebelum melanjutkan, "Sampai tersebar berita bahwa dia telah meninggal di Yan Bei, dan bahwa dia telah dikeluarkan dari keluarga Zhuge. Orang-orang di Lapangan Bukit Hijau juga diusir keluar, mengembalikan kebebasanku. Setelah itu, aku merana di jalanan. Lagi pula, aku adalah seorang gadis yang tidak tahu caranya mengurus dirinya sendiri. Aku berakhir di rumah bordil selama sekitar satu tahun, sampai aku bertemu dengan Yang Mulia ke-13. Aku harus mensyukuri keberuntunganku berkat kamu. Karena aku terlihat mirip kamu, aku menarik perhatiannya. Sekarang, aku adalah pelayan pribadinya. Haha, meskipun sudah bertahun-tahun, aku masih tetap seorang budak. Hanya saja aku diperlakukan lebih baik sekarang."     

Chu Qiao mendengarkan ketika gadis itu berbicara tentang Zhao Song dengan nada santai. Dia teringat ketika dia melihat Zhao Song di Pegunungan Xiang Zhi, bersama dengan seorang gadis yang berpakaian seperti pria. Chu Qiao mengerutkan kening dan bertanya dengan suara rendah, "Kamu tahu kalau aku datang ke Zhen Huang. Kenapa kamu tidak datang untuk mencari aku?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.