Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 226



Bab 226

0Zhuge Yue telah lupa bagaimana dirinya mengangguk, dan hanya bisa ingat bagaimana gadis tersebut dengan senang hati menopang pipinya dengan kedua tangannya. Cahaya bulan menerangi garis indah yang mengelilingi wajah gadis itu. Suara Chu Qiao begitu lembut, seperti ombak yang menghantam pasir di pantai tanpa henti, suara itu menembus kedamaian di malam ini dan memasuki hati Zhuge Yue.     

Dahulu kala, aku adalah milikmu, dan kamu adalah milikku.     

Dahulu kala, kamu meninggalkan aku untuk terbang tinggi di langit.     

Dunia di luar sana penuh warna; Dunia di luar sana itu kejam.     

Ketika kamu merasa bahwa dunia di luar sana begitu menarik, aku akan berada di sini mendoakan kamu.     

Ketika matahari terbenam, aku akan berada di sini mengharapkan kepulanganmu.     

Bahkan saat hujan turun, aku akan berada di sini menantimu.     

Bersama dengan angin, nyanyian itu memenuhi halaman bersama dengan aroma bunga. Saat berbalik badan, tatapan Chu Qiao sangat jernih. Gadis itu mengulurkan tangannya, dan dengan sangat hati-hati mendekati Zhuge Yue. Tidak seperti biasanya, dan itu hampir seperti seorang gadis yang sedang jatuh cinta untuk pertama kalinya, dia sangat gugup sampai-sampai bahkan ujung jarinya gemetar. Sedikit demi sedikit, pertama gadis itu menyentuh punggung tangan pria itu, lalu menjepit jari-jarinya. Jari-jari gadis itu begitu dingin, seperti air dari danau es.     

Zhuge Yue menatap gadis tersebut, dan ekspresinya benar-benar terpana. Dengan angin malam bertiup di sekitar mereka, aroma dari kuncup bunga tercium. Untuk sesaat, mereka terlihat seperti dua orang anak kecil yang sedang berdiri di anak tangga yang sama, saling berpegangan tangan, tak seorang pun dari mereka berbicara. Mereka selalu berada di pihak yang bertentangan, namun tiba-tiba mereka menjadi sekutu. Pada saat itu, semuanya tampak membingungkan.     

Zhuge Yue merasa seperti ingin menertawakan kejadian ironis ini, namun dia merasa bahwa agak tidak pantas untuk tertawa pada saat ini. Dengan tegas, dia mengerutkan kening, dan ekspresinya agak lucu. Setelah melepaskan beban mentalnya, Chu Qiao sekarang bersikap alami. Sambil menarik tangan pria tersebut, dan dengan mata yang terbuka lebar, gadis itu bertanya, "Zhuge Yue, apakah Qing Hai tempat yang bagus?"     

"Hmm?" Pria itu agak ragu-ragu sebelum menjawab, "Di sana tidak buruk."     

"Apakah di sana itu indah?"     

Seorang pria yang tidak romantis dengan jujur menjawab, "Ada beberapa tempat yang tidak buruk."     

"Apakah Qing Hai dingin?"     

"Tidak dingin di musim panas, tetapi akan menjadi dingin di musim dingin."     

Chu Qiao tampak dipenuhi dengan harapan. "Rakyat di sana pasti jujur dan sederhana."     

"Kamu pasti bodoh. Bagaimana mungkin tidak ada orang jahat? Siapa yang tidak akan mementingkan dirinya sendiri?"     

"Ha?" Chu Qiao mengerutkan kening. "Meski demikian, bukankah Qing Hai cukup bagus?"     

"Sejak kapan aku bilang di sana itu utopia?"     

Chu Qiao terdiam. Dia cukup yakin seharusnya ini bukan kata-kata yang akan diucapkan seorang pria kepada seorang wanita sebelum mereka kawin lari bersama.     

"Ada satu hal yang cukup bagus di sana."     

Chu Qiao bertanya, "Apa?"     

Zhuge Yue tersenyum dengan bangga. "Di sana, aku adalah hukumnya." Zhuge Yue tertawa sedikit, tetapi setelah melihat tidak ada orang yang ikut tertawa, dia berhenti tertawa dengan menyedihkan, lalu bertanya, "Xing Er, sejak kapan itu?"     

Chu Qiao sedikit terkejut, dan dia bertanya, "Apa maksudmu?"     

Zhuge Yue berhenti sejenak, seolah-olah dia agak malu. Dengan alisnya mengerut, butuh beberapa saat sebelum dia melanjutkan, "Sejak kapan kamu berhenti membenciku?"     

"Siapa bilang aku sudah tidak membencimu?" Chu Qiao berpura-pura agak marah, dan dia mengayunkan tinjunya sambil menunjuk kepalanya sendiri "Aku akan selalu mengingat semuanya di sini."     

Zhuge Yue meliriknya dengan hina. "Bohong."     

Bulan menerangi seluruh pemandangan ini dengan damai. Sebenarnya, sering kali, masalah tertentu hanya akan memerlukan beberapa kalimat atau beberapa tindakan. Namun, mungkin perlu bertahun-tahun sebelum terjadi sesuatu.     

Seiring dengan pepohonan yang bergoyang, jari pria itu secara alami diulurkan, menarik jari wanita itu ke dalam telapak tangannya. Setelah bertahun-tahun bekerja keras, mempertahankan perasaan yang begitu mendalam, seolah-olah gadis itu memang sedang menunggu satu tindakan ini. Memalingkan kepalanya ke belakang, pada sudut yang tidak bisa dilihat orang lain, Zhuge Yue tersenyum dengan gembira.     

Pada hari berikutnya, jembatan itu akhirnya selesai diperbaiki. Mereka keluar dari Kota Qiu Feng, dan menyeberangi Sungai Mu Ling. Ketika mereka mencapai Provinsi Qiu Sha, mereka harus berpisah. Hari itu cerah, dan langit membentang biru tanpa akhir. Kedua rombongan itu berhenti sementara Zhuge Yue dan Chu Qiao berdiri di depan rombongan.     

Terlihat tampan, Zhuge Yue menatap ke arah utara. Dia berkata, "Aku pergi dulu."     

"Oh." Chu Qiao mengangguk, "Sampai jumpa."     

"Jangan selalu bermain-main dengan Li Ce. Kembali ke penginapanmu kalau kamu bosan."     

"Siapa yang main-main?" Chu Qiao merengut.     

"Hmph!"     

"Zhuge Yue, kita akan segera berpisah, apa kamu tidak bisa meninggalkan kesan yang lebih baik?"     

Zhuge Yue mendengus dengan keras kepala. "Aku tidak pernah mendapat kesan yang bagus tentang kamu."     

Chu Qiao mendekat dan mencubit pria itu. "Apakah kamu masih manusia? Siapa orang yang menangis-nangis memintaku pergi bersamamu?"     

Mungkin kesakitan karena cubitan Chu Qiao, Zhuge Yue sedikit marah, dan berteriak, "Chu Qiao! Sejak kapan aku datang padamu dan menangis agar kamu mengikuti aku?"     

Memangnya dia tidak? Setelah dipikir-pikir lagi, sepertinya memang hal itu tidak terjadi. Tetapi apa yang telah dilakukan pria itu pada dasarnya hampir sama dengan itu, bukan? Kenapa dia selalu bersikap seolah-olah dia tidak peduli setelah dia mencapai tujuannya? Lagi pula, pria itu bahkan belum sepenuhnya mendapatkan apa yang diinginkannya.     

Sambil melotot ke arah pria itu, Chu Qiao membentak, "Terus saja berpura-pura."     

Mereka terus saling melotot, dan kesedihan karena akan berpisah tiba-tiba sudah menghilang. Lagi pula, mereka lebih dekat dari sebelumnya, bukan? Paling tidak, mereka bisa bercanda dengan satu sama lain.     

"Aku sangat serius." Zhuge Yue dengan sungguh-sungguh mulai berbicara, "Jangan terlalu sering bergaul dengan Li Ce. Jangan ikut campur dengan masalah Kekaisaran Tang. Aku menyadari bahwa kamu benar-benar orang yang suka ikut campur."     

Suka ikut campur? Chu Qiao menatap pria itu, dan membalas dengan tidak senang, "Aku hanya ingin mengingatkan dia saja."     

"Bagaimana dengan sekarang? Mengapa kamu menuju ke sana lagi?"     

Chu Qiao berteriak, "Bukankah aku akan pergi? Aku ingin menemuinya untuk mengucapkan selamat tinggal."     

Pergi? Kemana? Suasana hati Zhuge Yue tiba-tiba terangkat. Dengan cara yang agak tidak wajar, dia berdeham dan berkata, "Bagaimanapun, kamu harus lebih berhati-hati. Bed*bah itu, Li Ce, bukan pengaruh yang baik."     

Chu Qiao menggelengkan kepalanya dan berseru, "Saya rasa ketika orang-orang berbicara tentang kacang lupa akan kulitnya, mereka membahas orang-orang seperti kamu."     

"Apa katamu?" Zhuge Yue benar-benar hampir meledak dengan marah. Mengangkat tangannya, Chu Qiao mengisyaratkan bahwa dirinya tidak ingin marah seperti pria itu, dan dengan polos berkata, "Apakah kamu tidak jadi pergi? Langit akan segera gelap. Kalau kamu tidak pergi, aku yang akan pergi."     

Setelah gelisah sebentar, Zhuge Yue mengeluarkan lonceng giok dari dalam pakaiannya. Terlihat biasa saja, namun dia mengangkatnya ke samping mulut Chu Qiao, dan menyuruhnya, "Nyanyikan lagu yang kamu nyanyikan tadi malam."     

Sedikit terkejut, Chu Qiao bertanya, "Kenapa?"     

Wajah Zhuge Yue menjadi merah karena malu, dan dia tampak menggemaskan. Sambil mengerutkan kening, pria itu berkata, "Mengapa kamu begitu banyak pertanyaan? Bernyanyilah."     

"Bernyanyi perlu disesuaikan dengan suasana hatiku. Suasana hatiku sedang buruk, aku tidak ingin bernyanyi."     

Zhuge Yue menggunakan tatapan mematikannya pada gadis itu tanpa mengalihkan matanya. Sedikit terintimidasi, Chu Qiao berbisik, "Ada begitu banyak orang di sini. Begitu aku bernyanyi, mereka semua akan mendengarkanku. Bagaimana aku bisa hidup dengan rasa malu seperti itu?"     

Zhuge Yue menerima alasan payah ini dan memerintahkan, "Kalau begitu katakan saja sesuatu."     

"Apa yang harus aku katakan?"     

Pria itu sudah hampir meledak. "Apa saja!"     

Chu Qiao segera berteriak, "Zhuge Yue seorang baj*ngan!" dengan suara yang begitu lantang, sehingga banyak pengawal yang terpaksa menoleh dan menatap mereka.     

Zhuge Yue benar-benar marah dan ingin pergi. Melihat bagaimana leluconnya sedikit kelewatan, Chu Qiao dengan cepat mengejar pria itu dan menarik tangannya. Gadis berkata kepada lonceng kecil tersebut, "Ingat, aku akan menunggumu." Hanya dengan satu kalimat, pria itu tidak lagi dipenuhi amarah. Pada kenyataannya, dia sangat mudah untuk dibuat senang.     

"Sebenarnya apa ini?" Chu Qiao bingung, dan menyadari bahwa itu seperti batu, tetapi itu bukan batu. Itu seperti giok, tapi itu bukan giok. Dibuat dengan keterampilan yang sangat rumit, benda itu memiliki penampilan seperti lonceng, tetapi bagian dalamnya dipenuhi belitan dan belokan, seperti telinga manusia.     

Zhuge Yue tidak menjawabnya, melainkan hanya berkata, "Pergi. Jangan terlalu lambat."     

Pria itu masih berani bicara seperti itu?     

Berjalan ke depan kedua konvoi, saat mereka akan berpisah, Chu Qiao tidak bisa menahan diri dan memberikan doa yang serius, "Jaga dirimu."     

Zhuge Yue berpura-pura sangat tegas dan dia dengan ringan melambaikan tangannya lalu menaiki kudanya dengan tenang. Pria itu tampak begitu sombong dan dingin, seolah-olah dia berada di atas segalanya. Zhuge Yue menjawab, "Ingat apa yang aku katakan." Setelah mengatakan itu, dia pergi seperti seorang bos sambil dikelilingi oleh para pengawalnya.     

Saat kerumunan secara perlahan menghilang di kejauhan, Chu Qiao masih berdiri terpaku di tempat. Jing Jing mendekat, agak melamun, dan bergumam, "Kakak ipar sepertinya sangat kejam."     

Wajah Chu Qiao merona merah, dan dia berbalik badan lalu bertanya kepada Mei Xiang, "Mei Xiang, apa kamu tahu benda apa itu?" Kemudian Chu Qiao menggambarkan bentuk lonceng tersebut.     

Sebelum Mei Xiang dapat menjawab, Ping An mengambil kesempatan untuk berbicara, "Kakak, kalau Anda tidak salah melihat, seharusnya itu Lonceng Xiangzhi dari legenda. Aku pernah dengar bahwa itu adalah salah satu dari tiga harta karun suku Pembicara Angin. Para Pembicara Angin ini terampil dalam kerajinan, dan merupakan ahli dari seni rahasia mekanika. Lonceng Xiang Zhi ini dibuat oleh kepala suku kedelapan mereka. Asalkan seseorang berbicara dengan keras kepada lonceng tersebut, suaranya akan tersimpan oleh lonceng itu. Ketika angin bertiup ke dalam lonceng itu, suaranya akan keluar dari dalam dengan nada yang sama persis. Satu-satunya masalah adalah bahwa suku Pembicara Angin sangat sulit dilacak, dan sangat sedikit orang yang mendengar keberadaan mereka dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan Lonceng Xiang Zhi itu dikabarkan telah hilang. Di mana Kakak melihat lonceng itu? Apakah Anda mendengar lonceng itu berbicara?"     

Chu Qiao sedikit terkejut. Suara kuda yang berlari kencang sudah menghilang, hanya menyisakan debu di jalanan.     

"Lonceng Xiang Zhi?"     

Zhuge Yue telah meninggalkan kereta kudanya dan memilih untuk menunggang kuda. Saat ini, dia sudah di dekat Perbatasan Xia, dan orang-orangnya yang akan menemuinya sudah dekat. Dengan demikian, rombongan mereka tidak perlu hati-hati menutupi jejak mereka lagi. Hari itu agak hangat tanpa sedikit pun angin. Namun, saat berada di atas kuda, masih ada angin yang datang menyapu lonceng yang tergantung di lehernya itu.     

"Ingat, aku akan menunggumu," suara seorang wanita dengan lembut bergema di telinga Zhuge Yue. Jernih seperti danau yang tidak terganggu, memancarkan ketenangan. Bibirnya secara tidak sadar tersungging ke atas. Namun, sebelum dia bahkan bisa tersenyum penuh, suara menusuk lainnya bergema, "Zhuge Yue seorang baj*ngan!" Suara itu sangat keras sehingga semua pengawal tersentak. Mereka berhenti dan menatapnya. Pada saat itu, wajah Zhuge Yue menjadi sangat hitam.     

Di jalan yang menuju ke timur, di dalam sebuah kereta kuda, Chu Qiao masih mencoba untuk berpikir keras sambil berkata pada dirinya sendiri, "Kalau begitu bukankah itu mirip dengan alat perekam? Lonceng Xiang Zhi? Bagaimana cara membuatnya?"     

"Kakak? Apa itu alat perekam?" Jing Jing mendekat dan bertanya dengan penasaran.     

Mendengar itu, Chu Qiao membantu menjelaskan, "Alat perekam adalah …." Duduk di sisi lain kereta tersebut, Mei Xiang menatap Chu Qiao yang sedang menjelaskan konsep alat perekam kepada Jing Jing, dan tidak bisa menahan senyumnya.     

Seringkali hidup memang seperti itu. Ketika seseorang dihadapkan pada suatu situasi, dia sendiri akan bingung. Namun hal itu tidak pernah begitu rumit di mata orang sekitar, dan seseorang hanya dengan keras kepala menolak untuk melihat masalah itu dengan jelas karena suatu hal yang berada jauh di dalam hatinya. Bahkan untuk orang yang paling cerdik sekalipun, mereka masih bisa tersesat ketika sesuatu terjadi pada mereka. Terkadang, seseorang hanya perlu melangkah keluar satu kali saja, dan kejadian selanjutnya akan berubah secara drastis.     

"Masih banyak hal yang harus dilakukan. Mungkin akan ada kejadian lain yang akan terjadi. Apakah kamu takut?"     

Saat angin menyapu lewat, riak muncul di permukaan air yang tidak terganggu. Menyandarkan kepalanya di pundak pria itu, ada sebuah aroma ringan. Suara gadis itu nyaris tak terdengar, namun menembus semua keraguan yang tersisa di hati pria itu saat dia mendengar jawaban singkat, "Aku tidak takut."     

Sambil tersenyum kecil, pria itu mengulurkan tangannya dan memeluk pinggang gadis itu. Duduk seperti itu, mereka menunggu sampai fajar merekah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.