Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 192



Bab 192

0Sun Cai kehilangan kata-kata. Mata pria itu terbelalak karena terkejut, ia tidak bisa berkata apa-apa.     

Chu Qiao mendengus, matanya menjadi dingin. Dengan nada dingin, gadis itu memperingatkan, "Tuan Sun, kalau ternyata hari ini saya salah paham terhadap anda, saya akan bersujud di hadapan anda dan meminta maaf. Tetapi, kalau anda sengaja menipu saya, berhati-hatilah dengan kepala anda."     

"Ayo pergi!" Chu Qiao memberi perintah.     

Saat pasukan itu berlalu, derap kaki kuda mereka bergemuruh di padang salju seperti genderang perang. Tidak lama kemudian, suara raungan yang menggelegar terdengar dari belakang. Walaupun bahan peledaknya masih sangat kasar, asalkan cukup banyak peledak yang diletakkan di satu tempat, masih cukup untuk memecahkan lapisan es tersebut.     

Sungai Mo Li adalah anak sungai dari Chi Shui, dan alirannya sangat cepat. Tanpa menghabiskan satu atau dua hari, tidak mungkin untuk membekukannya lagi. Dengan 300 pemanah yang menjaga tepian sungai, tidak mungkin Pasukan Elang Hitam bisa melintasi sungai itu dengan cepat. Bagaimanapun keadaan di depan sana, mereka tetap perlu maju dulu untuk memeriksanya.     

Chu Qiao sudah menetapkan niatnya sambil memicingkan matanya. Dengan tatapan yang tajam dan ganas, gadis itu bagaikan macan tutul yang sudah menemukan mangsanya.     

"Nona!" He Xiao menyusulnya dan menunggang kudanya di samping Chu Qiao. Setelah setahun lebih bertarung dan bekerja bersama, hubungan mereka kini sudah menjadi antara majikan dan pelayan, dan juga teman baik. Jenderal tampan itu bertanya, "Apa yang terjadi di depan sana?" Dengan angin yang melolong dan bertiup di antara mereka berdua, terasa sakit ketika kepingan salju menghantam wajah mereka. Setelah diam cukup lama, Chu Qiao menjawab dengan serius, "Mungkin Cheng Yuan memberontak."     

He Xiao berpikir sejenak, dan akhirnya menyambungkan semua rangkaian kejadian itu. Hal itu memang sangat mungkin terjadi. He Xiao memaki, "Aku sudah tahu orang itu tidak bisa dipercaya!"     

Chu Qiao tidak menjawab dan terus menatap ke depan. Dengan sentakan keras dari gadis itu, kudanya memacu lebih cepat. Gadis itu terus berharap kalau tebakannya benar, karena dia sangat tidak ingin memikirkan kemungkinan yang lain.     

Tidak bisa. Itu tidak mungkin. Yan Xun tidak mungkin membohongi aku seperti ini.     

"Hiyah!" Chu Qiao berteriak, dia berusaha membuang jauh-jauh pikiran-pikiran buruk di benaknya. Rombongan kuda-kuda yang berpacu di atas padang salju itu bagaikan badai, sementara matahari perlahan-lahan tertutup oleh awan, mengubah bumi menjadi kelabu dan suram.     

Kemunculan Zhuge Yue sama sekali tidak diketahui. Menurut rencana semula, mereka akan menuntun Chu Qiao kemari, membuat ilusi seolah-olah gadis itu sedang dikejar. Pengerahan pasukan di Yue Gong hanyalah tipuan untuk membingungkan Zhuge Yue, dengan tujuan akhirnya untuk memancing pria itu keluar dari Lembah Ming Xi dan membunuhnya dengan 20.000 pasukan pemanah yang ditempatkan di jalan masuk menuju ke lembah tersebut. Pertempuran itu seharusnya selesai sebelum siang hari, dan tidak memengaruhi wilayah Yan Bei bagian dalam, apalagi Yue Gong, kota yang begitu penting. Namun, ketika Zhuge Yue tiba-tiba muncul di Kota Yue Gong, reaksi pertama kota itu adalah panik. Yan Xun telah membawa semua sisa pasukan Yue Gong untuk penyergapan di lembah tersebut.     

Pada akhirnya, Yue Gong tetap dibakar oleh Zhuge Yue. Ketika Yan Xun menerima kabar mengenai ini, Zhuge Yue memakai jubah hijaunya dan berdiri di Lereng Xie Ma tepat di luar kota itu. Tepat di hadapan Yan Xun, Zhuge Yue menembakkan panah berapi pertama ke arah tembok kota. Setelah itu, rentetan lebih dari 300 panah berapi ditembakkan ke arah tembok kota yang telah dibasahi dengan minyak. Bahkan para dewa tampaknya memihak kepada Zhuge Yue, karena angin yang mengamuk memastikan bahwa selain cadangan makanan, bahkan seluruh kota terjebak dalam kobaran api.     

20.000 prajurit itu menyaksikan ini dengan marah. Di antara mereka, sekitar setengahnya dikerahkan dari Yue Gong. Saat melihat rumah mereka telah dihancurkan, dan mungkin keluarga mereka telah mati semua, kesedihan mereka berubah menjadi amarah. Sebelum Yan Xun bisa memberikan perintah apa pun, mereka meraung dengan sedih dan menyerbu maju. Mereka berlari dengan cepat. Tanpa formasi, tanpa strategi, mereka berlari dengan kemarahan yang menggila. Tetapi, sebelum mereka bisa mendekat, ratusan Pengawal Yue telah menusuk dada mereka dengan ratusan panah. Tidak ada makhluk hidup yang sanggup bertahan dari serangan seperti itu. Hanya dalam 15 menit, tidak ada yang tersisa dari pasukan itu.     

Angin bertiup menyapu tempat terjadinya pertumpahan darah itu, masih bisa terdengar suara napas terakhir beberapa orang prajurit yang sedang sekarat. Yan Xun berdiri di sana mengamati seluruh kejadian. Ketika pasukan Yue Gong menyerbu maju, dia tidak berusaha menghentikan mereka. Tidak, lebih tepatnya dia tidak bisa menghentikan mereka bahkan jika dia mencobanya. Jadi pria itu hanya bisa menonton saat 10.000 prajurit terbunuh oleh panah bagaikan rumput yang sedang dipotong, oleh arit kematian. Pada saat ini, 10.000 pengawal pribadinya berdiri diam di belakang Yan Xun bagaikan hutan yang sunyi.     

Ini pertama kalinya Yan Xun dan Zhuge Yue bertemu sejak kejadian di Kekaisaran Tang. Walaupun perang telah berlangsung selama satu tahun, dan telah terjadi banyak pertempuran di antara mereka, dan meskipun Zhuge Yue telah memimpin serangan ke kemah utama Yan Xun, mereka belum pernah bertemu di medan perang. Sekarang, pandangan mereka bertemu, dan tingkat ketegangan mereka tampak seolah-olah bisa membuat percikan api di antara mereka berdua. Meskipun semuanya sunyi, rasanya seperti ada arus kencang di bawah topeng keheningan tersebut. Bahkan orang yang sekadar melihat mereka mungkin tidak menyadari ketegangan itu, hanya orang-orang yang mengerti mengenai seluruh kejadian itu yang bisa merasakan suasana tersebut.     

Sejak di Kota Zhen Huang, ketika mereka berdua masih muda, hingga kini, ketika mereka berdua sudah dewasa, mereka mengalami begitu banyak perselisihan. Mereka berdua adalah orang yang sangat berbakat. Mengenai kewenangan, mereka di pihak yang berbeda, tetapi keduanya memegang kekuasaan yang besar. Di bidang kemampuan militer, mereka berdua adalah ahli strategi dan saling menandingi dalam taktik militer. Di bidang politik, mereka adalah musuh, dan tidak pernah bisa mencapai kesepakatan. Tetapi, dengan takdir yang aneh, mereka jatuh cinta kepada wanita yang sama. Dengan takdir seperti itu, mereka berdua tidak mungkin berhenti sejenak dan saling mengagumi bakat dan keahlian satu sama lain. Asalkan mereka bertemu, akan berujung kepada pertikaian hingga salah satu pihak telah dikalahkan dan terbunuh.     

Saat melihat Yan Xun, hati Zhuge Yue menjadi tenang. Pada saat dia keluar dari Lembah Ming Xi, Zhuge Yue sudah tahu kalau dia sedang dibohongi. Tetapi yang menjadi perbedaan adalah, apakah kejadian ini sepenuhnya direncanakan oleh Yan Xun atau apakah Chu Qiao juga terlibat. Mengingat kekejaman di medan perang, hal seperti ini mungkin tidak penting bagi orang lain. Tetapi bagi Zhuge Yue, dia tidak bisa mengabaikan perbedaan kecil ini. Dia hampir yakin kalau Chu Qiao bukan orang seperti itu, dan Zhuge Yue bisa dengan yakin berkata bahwa bagi gadis itu, dirinya bukan hanya sekadar orang biasa. Tetapi pria itu masih tidak bisa menilai posisi dirinya di dalam hati Chu Qiao, dan tidak yakin siapa yang akan dikhawatirkan oleh Chu Qiao jika terjadi pertarungan antara dirinya dengan Yan Xun.     

Zhuge Yue menyeringai pada dirinya sendiri. Meskipun gadis itu tidak akan mengkhianati Yan Xun demi dirinya, namun Chu Qiao juga tidak akan membunuh dirinya demi Yan Xun. Hal ini saja sudah cukup bagi Zhuge Yue.     

Saat melihat Zhuge Yue, Yan Xun tidak setenang Zhuge Yue. Kebencian dan dengki menyebar di hati Yan Xun. Pria itulah yang menggagalkan kesempatan pertama Yan Xun melarikan diri dari Kota Zhen Huang, dan menyebabkan Yan Xun harus menderita selama delapan tahun. Saat Yan Xun sedang menderita dan menjalani kehidupan yang lebih buruk daripada hewan ternak, Zhuge Yue sedang menikmati kemewahan dari kehidupan bangsawan. Saat Yan Xun dihina dan dipermalukan, Zhuge Yue dihormati. Saat keluarga Yan Xun dibantai dan dibunuh, keluarga Zhuge justru semakin berkuasa. Ketika Yan Xun akhirnya memiliki kekuasaan di Yan Bei, Zhuge Yue adalah orang yang menghentikan serangannya ke dalam Kekaisaran Xia. Bukan hanya itu saja, ada juga urusan mengenai AhChu ….     

Saat memikirkan hal ini, api yang membara mulai terbakar di dalam hati Yan Xun. Kebencian yang berkepanjangan dan kemarahan yang terpendam di dalam hati pria itu bagaikan gunung berapi yang menjulang tinggi. Begitu meletus, tidak mungkin bisa dikendalikan.     

Menjelang petang, ketika matahari mulai terbenam. Dari kaki langit di sisi timur, bisa terlihat garis hitam yang semakin mendekat. Itu adalah kuda-kuda dari Yan Bei. Meskipun mereka masih jauh, bisa terasa langkah kaki peperangan yang akan terjadi. Pasukan yang mendekat itu berjumlah 30.000 hingga 40.000 orang. Zhuge Yue tetap diam, tidak bergerak sama sekali. Yan Xun juga tidak berbicara. Ketika berperang, menyumpahi dan mencaci maki terlalu kekanak-kanakan bagi mereka.     

Seorang prajurit berlari keluar dari formasi Yan Xun dan berdiri di hadapan Zhuge Yue, sambil berteriak, "Jangan tembak!"     

Para Pengawal Yue hanya menatap prajurit pemberani ini dengan wajah datar. Prajurit tersebut menjilat bibirnya, dan mulai berbicara dengan monolog. Isi perkataannya hal yang biasa dan dangkal, sebagian besar mengenai kekejaman Kekaisaran Xia, dan menyatakan bahwa Yan Bei adalah pasukan kebenaran. Prajurit itu terus berbicara mengenai betapa serangan Zhuge Yue ke dalam wilayah Yan Bei itu menantang kewenangan Yan Bei, dan tidak akan dibiarkan. Kalau Zhuge Yue masih mau hidup, dia harus segera letakkan senjata dan menyerah.     

Prajurit itu berbicara dengan sepenuh hati, tetapi tidak mendapatkan respons apa pun. Melihat kalau prajurit itu sudah selesai berbicara, Zhuge Yue melambaikan tangannya dan memerintahkan tanpa ampun, "Enyahkan dia."     

Setelah itu, panah mulai ditembakkan, dan pembicara yang pemberani itu dipanah sampai menyerupai bantalan jarum. Tubuhnya langsung jatuh ke tanah, tetapi kakinya masih tersangkut di pelana. Karena terkejut oleh panah, kudanya memacu pergi, menyeret mayatnya sepanjang jalan, meninggalkan jejak merah.     

Para pejuang Yan Bei mengamuk, dan mereka meraung dengan marah. Puluhan ribu prajurit mencabut pedang mereka bersamaan. Pedang-pedang yang berkilau bagaikan lautan pedang, menciptakan pemandangan yang mengagumkan. Setelah saling melotot, terompet penanda perang akhirnya dibunyikan. Debu beterbangan, saat pasukan kavaleri mulai menyerbu dalam formasi yang rapi. Pertempuran akhirnya dimulai tanpa gejala apa pun sebelumnya.     

Saat matahari terbenam, langit menjadi gelap. Walaupun pasukan Zhuge Yue berjumlah sedikit, mereka bagaikan pedang yang diasah dengan baik. Keahlian mereka dalam memanah tak tertandingi, dan tidak ada panah yang disia-siakan. Mereka bahkan bisa memanah sambil menyerbu maju. Setelah mereka selesai menembak, mereka melanjutkan dengan tebasan pedang. Mereka semua ahli bela diri, dan tidak satu pun di antara mereka yang hanya prajurit biasa. 300 orang itu tampak tidak terkalahkan, saat mereka menyerbu melintasi medan perang tanpa terhambat oleh kerumunan musuh.     

Di sisi lain, pasukan Yan Xun juga tidak terlalu buruk. Pasukannya terdiri dari prajurit elite yang terpilih, dan diberikan perlengkapan berkualitas terbaik. Mereka semua adalah veteran perang, penuh dengan pengalaman dan keberanian.     

Tepat di awal pertempuran, sudah langsung berdarah dan menyeramkan, dengan darah terciprat di mana-mana, dan potongan tubuh terbang di udara. Saat kuda-kuda perang saling bertabrakan, dan kaki-kaki mereka berusaha saling menjegal satu sama lain, di seluruh medan perang itu meletus pertempuran yang menggelegar dan membuat orang-orang merinding.     

Awan hitam berkumpul di langit, awan-awan hujan menggantung sangat rendah, seakan-akan awan itu hampir menyentuh kepala mereka. Di dalam tenda yang seadanya, Yan Xun duduk diam dan menunggu. Api berderak, dan para prajurit di sekeliling Yan Xun semuanya gelisah. Suasana terasa berat, dipenuhi oleh rasa takut dan gelisah.     

Sudah hampir satu jam. 10.000 prajurit bertarung melawan 300 orang, pertempuran itu sangat tidak adil sejak awal. Tidak peduli betapa berbakatnya Zhuge Yue, dia seharusnya tidak bisa bertahan. Panah-panah milik para Pengawal Yue seharusnya sudah habis, dan pedang mereka sudah sumbing. Banyak di antara mereka yang seharusnya sudah terluka parah dan kuda-kuda mereka juga sudah mati. Mereka tidak sanggup lagi menampilkan kelincahan mereka semula, dan hanya bisa mempererat formasi untuk menahan ribuan pedang yang diarahkan kepada mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.