Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 114



Bab 114

0Zhuge Yue mengangkat gadis itu dan menyandarkannya di dada lalu menggunakan kepalan tinjunya untuk memukul punggungnya. Petir menyambar tanpa henti di langit, dan guntur mengguncang bumi. Di tengah gelapnya malam, hanya kilatan putih itu yang sesekali menerangi sekitarnya.     

"Bangun! Bangun!"     

"Uhuk uhuk …." Suara batuk kecil menjawab teriakannya, Zhuge Yue dengan cepat memegang bahu Chu Qiao dan menatap mata gadis itu. Dia bertanya, "Apa kamu sudah sadar? Apa kamu sudah sadar?"     

Awalnya Chu Qiao hanya terbatuk kecil, namun menjadi semakin parah, Semakin lama batuknya semakin kencang. Air berlumpur dimuntahkan dari paru-parunya, dan wajahnya sangat merah. Terbaring di dalam pelukan Zhuge Yue, gadis itu bahkan tidak bisa berbicara, dan hanya terus terbatuk-batuk.     

Walaupun itu suara batuk, tapi terdengar bagaikan lagu yang menenangkan di telinga Zhuge Yue. Dia menghela napas lega dan tubuhnya menjadi lemas. Di malam yang dingin membeku ini dengan siraman hujan deras dan angin yang mengamuk, yang semakin buruk karena ancaman kematian, Zhuge Yue sudah tidak mau menutupi perasaannya lagi.Dia membungkus gadis itu di dekapannya dan memeluknya dengan erat.     

"Keluarga … kamu … akan menghukummu …." sebuah suara kecil berkata. Bisikan itu sangat halus, dan langsung terbawa angin yang berkecamuk. "Kekaisaran Xia … Zhao Yang … Zhao Che … mereka tidak akan melepaskanmu."     

Hujan deras itu sama sekali tidak mereda, terus membasuh darah dan lumpur yang menempel di kedua orang itu. Sebuah petir menyambar di langit di atas mereka, menerangi wajah pucat mereka.     

"Kamu akan mati! Apa kamu sadar kamu akan mati?!" Suara serak Chu Qiao tersedak air mata saat dia bertanya. Selama ini, bagaimana mungkin dia tidak menyadari niat Zhuge Yue untuk melindungi dirinya? Namun kini pria itu secara terang-terangan melawan pasukan Zhao Yang, apa dia tidak menyadari akhir seperti apa yang menanti dirinya?     

"Kamu pikir dirimu itu siapa?" Chu Qiao menggertakkan giginya dan memelototi pria itu. "Kamu membunuh keluargaku dan mengorbankan Yan Xun dan aku. Aku benar-benar ingin membunuhmu saat ini. Kebencian kita begitu mendalam, tetapi mengapa kamu justru menyelamatkan aku?"     

Zhuge Yue tidak menjawab dan hanya menatap mata gadis itu dengan diam, seakan-akan ia sedang mengamati jiwanya. Setelah perjalanan mereka dan berkali-kali berurusan dengan hidup dan mati, Chu Qiao akhirnya luluh, hatinya yang setegar besi runtuh karena perasaannya yang bertentangan.     

"Zhuge Yue, aku berutang begitu banyak padamu, apa yang kamu mau aku lakukan?" Gadis itu memejamkan matanya yang merah dan bengkak, dan dia membiarkan air matanya mengalir bebas menuruni pipinya.     

Jalanan di depan mereka sangat lurus dan bebas dari rintangan. Di dalam hujan yang deras itu, kilat sesekali menerangi sekitar mereka. Selama pertarungan sengit di jalanan Kota An Bai, tidak ada satupun prajurit yang mendekati area pertempuran itu. Ini sudah cukup untuk menunjukkan siapa dalang di balik serangan itu. Berbeda dengan yang lainnya, Zhao Yang sudah menjadi korban diganggu dan diasingkan di dalam istana sejak masih muda. Hal ini membentuk kepribadiannya yang kejam tanpa ampun. Walaupun lawannya adalah Zhuge Yue, dia tidak menunjukkan belas kasihan sama sekali.     

Kehabisan pilihan, Zhuge Yue hanya bisa membawa Chu Qiao yang terluka sambil berkelana di dalam bayangan tanpa menghubungi Yue Qi dan yang lainnya. Mereka bergabung dengan iring-iringan pedagang yang sedang menuju ke Tang Jing setelah membayar sedikit biaya untuk bergabung sebagai pengelana. Setelah menutup pintu, Zhuge Yue memberi tahu Chu Qiao, "Setelah bertanya-tanya, pemilik iring-iringan ini bernama Liu Xi. Apakah kamu mengenalnya?"     

Chu Qiao mengernyit sedikit, dan menjawab, "Seharusnya aku pernah bertemu dengannya sebelumnya."     

"Kalau begitu, kita harus segera pergi," Zhuge Yue memutuskan dengan tegas.     

"Tunggu!" Chu Qiao memanggilnya. "Aku hanya pernah melihatnya dari jauh, dan kami bahkan tidak melihat satu sama lain dengan jelas. Dan itu sudah bertahun-tahun yang lalu."     

Alis Zhuge Yue mengerut. Chu Qiao tentu mengerti apa yang dikhawatirkan oleh pria itu, dan dia berusaha menenangkannya. "Orang-orang ini akan berpikir kita hanya orang biasa yang terjangkit sejenis penyakit. Kita bahkan tidak akan mendapat kesempatan untuk bertemu dengan mereka. Asalkan aku tetap berhati-hati, kita akan baik-baik saja."     

"Bukankah dia keponakan dari Liu Ming Jun?"     

"Betul."     

Zhuge Yue tenggelam dalam pikirannya, dan perlahan dia berkata, "Keluarga Liu termasuk keluarga besar di Kota Xian Yang. Aku tidak yakin kalau dia ada dalam rombongan penyambutan saat aku memasuki kota."     

Saat mendengar itu, Chu Qiao juga merengut. Zhuge Yue melanjutkan lagi, "Kurasa lebih baik berhati-hati. Besok pagi, aku akan keluar untuk membeli kuda, lalu kita akan pergi ke Tang Jing dengan kereta kita sendiri."     

Chu Qiao menjawab dengan anggukan. Kondisi dia saat ini agak canggung. Karena Liu Xi adalah keponakan dari Liu Ming Jun dan merupakan anggota dari Serikat Da Tong, Chu Qiao pasti akan mendapat bantuan dari pria itu dan dikawal kembali ke Yan Bei jika dia memintanya. Namun saat ini, Zhuge Yue sendirian tanpa pengawalnya. Kalau Liu Xi berniat untuk macam-macam ….     

"Kamu istirahatlah dulu." Setelah menurunkan Chu Qiao di atas kasur, Zhuge Yue berkata padanya dengan lembut, "Aku akan meminta pelayan untuk menyiapkan makanan. Apa yang kamu ingin makan?"     

Chu Qiao menggeleng, dan menjawab, "Apa saja boleh."     

Zhuge Yue berbalik badan, dan sambil berjalan menjauh, dia berkomentar, "Yah, kita juga bukannya punya pilihan. Di tempat seperti ini, pilihan apa yang kita miliki?"     

Chu Qiao menatap kosong sementara bayangan pria itu menghilang di balik pintu, lalu gadis itu tersenyum lemah.     

Dengan pengaruh dari keluarga Zhuge, dia mungkin bisa menemukan pelayan mereka di bagian mana pun dari Benua Meng Barat. Sebagai salah satu keluarga bangsawan terbesar, tentunya mereka memiliki lebih dari sekadar kekuasaan politik yang hanya di atas kertas. Di dunia ini, sebenarnya seberapa besar pengaruh yang dimiliki masing-masing keluarga besar ini? Tidak ada orang yang tahu pasti jawaban untuk pertanyaan tersebut.     

Chu Qiao tahu bahwa di belakang setiap keluarga bangsawan, ada ratusan tahun kerja keras yang dilakukan oleh leluhur mereka. Bahkan jika Zhao Zhengde tiba-tiba menghabisi seluruh keluarga Muhe, siapa yang bisa yakin kalau keluarga Muhe telah benar-benar dilenyapkan dari seluruh Benua Meng Barat?     

Pengaruh sebenarnya dari keluarga Zhuge tidak akan kalah, bahkan dari Yan Xun sekalipun. Ditambah lagi, sebagai salah satu keluarga penguasa terbesar di Kekaisaran Xia, mereka memiliki kekuasaan politik yang tidak bisa ditandingi Yan Xun. Dilindungi oleh berlapis-lapis pasukan pribadi mereka, mereka memegang kendali atas saudara-saudara mereka, yang sudah menyusupi berbagai posisi kekuasaan di seluruh kekaisaran. Di balik setiap pejabat Zhuge itu, adalah jalan yang dibangun dengan uang dan pengaruh.     

Yan Bei telah memberontak, dan akibatnya, seluruh Yan Bei dan pihak-pihak yang terkait dengan mereka menentang Kekaisaran. Karena itu, bisa dibayangkan kekacauan yang akan dihadapi keluarga kekaisaran Zhao jika suatu hari keluarga Zhuge memutuskan untuk memulai pemberontakan setelah persiapan yang matang! Oleh sebab itu, mengingat pengaruh dari keluarga Zhuge, dan posisi Zhuge Yue di dalam keluarganya, tidak peduli di mana pun, asalkan Zhuge Yue memutuskan untuk meminta bantuan, segerombol anggota keluarga Zhuge akan berkumpul. Namun demikian, Zhuge Yue sudah jelas menolak pilihan itu dan memilih untuk menutupi identitasnya selama perjalanan, merawat gadis itu sendiri dan tidak mengabari keluarganya tentang keberadaannya. Mungkin, dia khawatir bala bantuan yang datang tidak bisa dipercaya untuk menutupi identitas Chu Qiao juga. Kenyataan bahwa Zhuge Yue menolong Chu Qiao bisa dijadikan senjata bagi pihak lain di dalam keluarganya untuk menyerang dirinya.     

Chu Qiao tersenyum mengejek betapa dia telah berusaha membohongi dirinya sendiri. Dia sepenuhnya menyadari penyebab keadaan saat ini, namun dengan keras kepala dia menolak untuk mengakui dan menghadapi kebenaran. Dengan begitu, dia memilih untuk melarikan diri dari kenyataan dengan memejamkan matanya dan menunggu dengan diam.     

Mungkin, Zhuge Yue hanya ingin pergi denganku tanpa banyak gangguan, di mana dia bukan Tuan dari keluarga Zhuge, dan aku tidak harus bertindak demi kepentingan Yan Bei juga. Seperti orang biasa, berinteraksi tanpa kebencian, tanpa perselisihan yang tak bisa diperbaiki, tanpa memedulikan persekutuan, dan tentunya tanpa tanggung jawab mereka masing-masing.     

Kesempatan ini mungkin satu-satunya kesempatan bagi mereka.     

Chu Qiao perlahan menutup matanya, berharap dirinya bisa tertidur dengan cepat dan melupakan semua pikiran itu. Dia bisa memahami semuanya, namun dia tidak bisa menemukan sikap yang pantas untuk segala hal yang telah diperbuat Zhuge Yue bagi dirinya. Sejak awal, mereka adalah dua kubu yang berbeda di perselisihan ini. Setelah delapan tahun itu, mereka semakin menjauh. Seharusnya mereka tidak kehilangan ketenangan mereka.     

Chu Qiao bersantai, dan setelah sejenak, dia mulai tertidur lelap. Tepat sebelum terlelap, dia mengejek dirinya sekali lagi. Apa gunanya berpikir terlalu banyak kalau dia sendiri tidak sanggup untuk berjalan sendiri saat ini?     

Saat Zhuge Yue kembali, Chu Qiao telah tertidur lelap. Sambil memegang nampan besar, Zhuge Yue kembali dengan membawa makanan, dan sebotol arak. Setelah menyusun makanan dan peralatan makan, dia duduk di samping meja dan menuangkan secangkir arak untuk dirinya sendiri. Penginapan ini tidak besar, namun makanannya sangat enak. Walaupun hidangannya ditutupi, namun aroma yang menggiurkan tetap meresap keluar dan memasuki lubang hidungnya. Arak ini terbuat dengan baik dan sangat kaya rasa. Hanya dengan meminumnya sedikit, Zhuge Yue bisa merasakan seluruh tubuhnya mulai hangat.     

Matahari yang terbenam bersinar merah menyala, membuat bayangan panjang dari Zhuge Yue di atas lantai. Zhuge Yue terus duduk dengan diam, menikmati arak saat matahari terbenam di kaki langit. Saat lampu jalan mulai menyala, jalanan mulai ramai dengan berbagai kegiatan, namun tak lama kemudian, kerumunan sudah bubar, dan kota itu tenggelam dalam kesunyian. Seluruh kota sudah terlelap, kecuali pria itu, yang masih duduk diam di dalam kegelapan bagaikan patung, dan hanya tangannya yang bergerak maju mundur antara botol arak dengan cangkirnya.     

Chu Qiao terbangun tengah malam dengan sakit kepala yang parah. Masih mengantuk, dia merasa haus dan ingin mencari air, tapi dia menyadari sosok bayangan di dalam kegelapan. Reaksi pertamanya adalah meraih belati di pahanya, dan bahkan dalam keadaannya yang lemah, dia melompat keluar dari kasur bagaikan binatang yang lincah.     

Namun dia segera menyadari kekeliruannya, dan dia dengan kikuk menyimpan belatinya dan melihat ke arah pria yang berada di dalam kegelapan itu. Dengan bingung, dia bertanya, "Zhuge Yue?"     

"Iya." Dia mendapat jawaban singkat. Pria itu tampaknya sudah minum banyak sekali, karena seluruh ruangan dipenuhi bau alkohol. "Haus?"     

Chu Qiao mengangguk dan tersadar kalau di dalam kegelapan, bahkan jika dia mengangguk, tidak akan terdengar, maka dia membuka mulutnya, namun di saat itu secangkir air putih telah disodorkan padanya. Dia menerima cangkir itu. Air itu hangat, dan sebagian orang mungkin merasa itu panas. Cangkir itu kecil, namun Chu Qiao memegangnya dengan kedua tangan. Setelah meminum seteguk, dia menjilat bibirnya yang kering. Masih terdengar serak karena dia baru bangun, gadis itu berbisik, "Mengapa kamu tidak menyalakan lampu?"     

Ruangan itu begitu sunyi sampai-sampai bisa terdengar suara pria itu meneguk. Setelah cukup lama, sebuah suara yang tenang menjawab, "Gelap lebih baik."     

Chu Qiao bertanya dengan serius, "Zhuge Yue, kapan kamu akan mulai memanggilku Chu Qiao?"     

Pria itu mendengus dingin. "Terus saja bermimpi."     

"Kamu terlalu keras kepala." Namun saat gadis itu berkata demikian, dia menertawakan dirinya sendiri, dan menambahkan, "Sebenarnya, aku juga seperti itu. Kalau aku sudah memutuskan sesuatu, aku tidak akan mengubah pikiranku dengan mudah."     

Zhuge Yue tidak menjawab. Tampaknya suasana hati Chu Qiao sedang bagus malam ini, dan dia melanjutkan monolognya. "Sebenarnya, kamu bukan orang yang sangat jahat. Walaupun kamu sedikit penyendiri, sedikit kejam, sedikit kurang berperasaan, dan, hmm, ketika kamu bermuka masam kamu sedikit menyebalkan, selain itu, kamu cukup lumayan. Dan lagi, di dunia ini, siapa yang tidak kejam? Tangan siapa yang bersih dari darah? Dunia memang seperti itu, hanya yang layak yang akan bertahan. Aku bahkan tidak bisa menghitung berapa orang yang sudah aku bunuh. Zhuge Yue bagaimana dengan kamu?" Setelah berhenti sejenak, Chu Qiao lanjut mengoceh, "Kamu harusnya jelas mengenai siapa saja yang pernah kamu bunuh, karena kamu hanya perlu turun tangan sendiri untuk membunuh pelayan yang sudah menyinggungmu. Tetapi aku tidak bisa mengingat sudah berapa orang yang aku bunuh. Jumlah orang yang sudah aku bantai mungkin melebihi jumlah orang yang pernah berbicara denganku. Setiap kali aku mengayunkan pedangku, sebuah kepala akan menggelinding. Ketika darah mereka yang amat panas menciprat di wajahku, rasanya sepanas arang yang membara merah."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.