Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 144



Bab 144

0Li Ce sangat jarang berbicara mengenai hal serius seperti itu. Melanjutkan percakapan ini, Chu Qiao bertanya, "Hal penting seperti apa?"     

Menghitung dengan jarinya, Li Ce mulai memberi daftar, "Contohnya, cuci mata, membeli pakaian, mencoba riasan wajah, dan mungkin mendengarkan lagu, memakai pakaian yang indah. Mungkin kamu bisa mencari hiburan untuk malam yang panjang, dan mungkin melahirkan keturunan untuk memperkaya kehidupanmu saat ini …. Tunggu, apa yang kamu lakukan? Aku sangat serius dengan yang sedang aku katakan ini!"     

"Kenapa aku berharap kamu bisa mengatakan sesuatu yang masuk akal!" Chu Qiao membalasnya.     

Li Ce tertawa. "Bukannya ini salahmu? Kita sudah berpamitan berkali-kali, tetapi kamu masih tetap di sini mendengarkan aku mengoceh. Kenapa? Kamu tidak tega berpisah denganku?"     

"Omong kosong! Aku … aku hanya ingin berdiri di sini sebentar lagi, untuk mengamati pegunungan di Kekaisaran Tang. Apa salahnya?"     

"Baik, tidak ada yang salah dengan itu. Kamu boleh tetap di sini dan perlahan melihat sampai kamu puas. Silakan saja." Li Ce menyeringai bahagia, seakan-akan mencoba untuk mengejek Chu Qiao. Setelah itu, pria itu berhenti berbicara.     

Chu Qiao menggigit bibir bawahnya, dan kerutan di dahinya justru menjadi semakin mendalam bukannya berkurang.     

"Udara di Kekaisaran Tang sangat bersih."     

"Benarkah? Aku dengar di Yan Bei, dengan salju di semua musim, udaranya lebih bersih dari pada di sini."     

"Apakah kamu sudah memutuskan untuk menikahi Tuan Putri Xia itu?"     

"Aku terserah saja. Kedua negara masih berdiskusi. Aku menyerahkan masalah ini kepada para pelayanku. Melihat ada begitu banyak kejadian yang berakar dari pernikahan ini, aku menyewa dua orang ahli Feng Shui terkenal untuk memeriksa tata letak bangunannya, dan meramal masa depan dari kedua negara. Mulai dari para leluhur Tuan Putri Xia itu, sampai ke semua kerabat yang masih hidup di antara kedua keluarga kekaisaran, setelah itu kami akan memutuskan dengan pemilihan suara dari semua pejabat di dalam Kekaisaran Tang. Aku perkirakan kita akan butuh waktu sekitar tiga sampai lima tahun agar semua itu bisa diselesaikan. Pada saat semua ini sudah selesai, sang tuan putri tampaknya sudah melewati usia prima untuk menikah."     

"Rencana kamu jahat sekali. Kamu menunda pernikahan sang tuan putri."     

"Kenapa kamu bilang begitu? Aku mempertimbangkan kemakmuran kedua negara."     

"Ke mana Zhao Chun Er pergi?"     

"Aku tidak tahu. Utusan dari Xia menjemputnya pergi, tetapi dia tidak dikirimkan kembali ke Zhen Huang. Mungkin saja dia dikirim untuk mengawasi provinsi lain."     

"Bagaimana dengan luka-lukamu? Apakah kamu sudah pulih?"     

"Tidak apa-apa. Kalau baru saja kamu tidak memukuli aku, aku akan pulih lebih cepat."     

"Tentu saja. Gaya rambut kamu hari ini bagus."     

"Benarkah? Ini sudah berantakan karena angin. Kurasa sudah tidak tersisa gaya apa pun."     

"Pakaian kamu juga terlihat bagus. Dari bahan apa itu?"     

"Sutra Shen Nan. Seharusnya kamu pernah pakai juga sebelumnya."     

"Sebenarnya, sabuk kamu juga terlihat bagus. Apakah giok itu sejenis dari giok He Luo?"     

"Tidak, kamu salah lihat. Ini bahkan bukan giok, aku memungutnya dari pinggir sungai. Aku kalah taruhan dengan Tie You, dan tidak punya uang untuk membayarnya. Dia mengambil giok di sabuk aku sebagai gantinya."     

"Bagaimana dengan parfum kamu? Apakah itu minyak wangi yang khusus?"     

"Tidak, sejujurnya, sebelum aku kemari, aku sedang minum-minum bersama yang lain. Sun Di minum terlalu banyak dan muntah di badanku, dan aku tidak sempat berganti pakaian sebelum datang kemari."     

"Oh, ternyata begitu. Apakah kamu berencana pulang ke Tang Jing nanti?"     

"Aku tidak berencana untuk mengikuti kamu pulang ke Yan Bei."     

"Bagaimana dia sekarang?"     

"Dia baik-baik saja. Kurasa dia sudah pulang."     

Angin tiba-tiba menjadi kencang, dan ekspresi Chu Qiao meredup. Duduk diam di atas kudanya, gadis itu berhenti berbicara. Li Ce menatapnya, dan tetap tersenyum lembut, seakan-akan sejak awal mereka hanya membahas tentang pakaian, perhiasan, dan berbagai hal tidak penting lainnya.     

"Li Ce, apakah menurutmu aku ini tidak tahu malu?" Tiba-tiba Chu Qiao memecahkan keheningan.     

Li Ce tersenyum santai. "Aku memiliki lebih dari 3.000 wanita cantik di dalam haremku, dan sudah tidur dengan wanita sampai tak terhitung jumlahnya. Kalau kamu tidak tahu malu, bukankah aku lebih parah?"     

Chu Qiao menggelengkan kepalanya, "Ini tidak sama."     

"Qiao Qiao, jangan berpikir terlalu banyak." Li Ce mengulurkan tangannya, dan perlahan menepuk bahu gadis itu, "Kamu tidak perlu merasa bersalah. Dia orang yang pandai, dia akan baik-baik saja."     

"Aku juga berharap demikian." Chu Qiao tersenyum pahit. "Kapan dia pergi?"     

"Semalam, dia pergi bersama orang-orangnya sesaat setelah kamu pergi. Dia bahkan tidak mengabari aku."     

"Apakah kalian berdua akrab satu sama lain?"     

"Kami tidak terlalu akrab. Kami sudah saling mengenal sejak lama, tetapi kami baru benar-benar saling berinteraksi kali ini."     

Chu Qiao menundukkan kepalanya, dan menghentikan percakapan. Li Ce, sebaliknya, mulai bertanya, "Qiao Qiao, apakah kamu tersentuh oleh tindakannya?"     

Chu Qiao mengangkat kepalanya, dengan senyum tipis di wajahnya, dia berkata, "Kalau aku bilang aku tidak tersentuh, apakah kamu akan percaya?"     

"Aku percaya." Tanpa ragu, Li Ce mengangguk.     

Suara Chu Qiao mengecil dan dia menjelaskan dengan serius, "Aku sudah berutang terlalu banyak padanya. Mungkin aku tidak akan memiliki kesempatan untuk membayarnya kembali dalam kehidupan ini. Aku takut keluarganya akan mempersulit dia. Aku tidak suka berutang budi kepada orang lain."     

"Kalau kamu memang tidak mau berutang padanya, sebaiknya jangan bertemu lagi dengannya, bahkan jika kamu tahu dia sedang dalam kesulitan. Aku yakin bahkan tanpa bantuan darimu, dia akan bisa mengatasi semua persoalan tanpa kesulitan. Beberapa utang tidak mungkin dilunasi, dan semakin kamu mencoba membalas budi, keadaan menjadi semakin berantakan."     

Sedikit terpana oleh analisis mendalam ini, Chu Qiao mendongak, dan melihat senyuman lembut Li Ce yang tampak seperti cahaya yang bersinar menembus kabut. Gadis itu mengangguk dan berkata, "Kamu benar."     

"Qiao Qiao, keadaan di Yan Bei menjadi semakin rumit. Berhati-hatilah di sana."     

Chu Qiao tersenyum dengan anggun. "Terima kasih banyak. Jangan khawatir. Aku tidak akan sendirian. Yan Xun bersamaku juga.     

Li Ce sedikit terkejut, dan setelah itu dia tersenyum. "Aku benar-benar bodoh. Kamu sudah mau menikah, mengapa aku masih terus mengoceh?" Menggelengkan kepalanya, dia berkata dengan serius, "Baiklah, saat kamu mau menikah nanti, kabari aku. Aku akan memastikan untuk membawakan hadiah untukmu."     

"Haha! Tentu saja! Karena kamu begitu kaya, aku mengharapkan angpao[1] yang besar darimu! Jangan mencari alasan untuk tidak memberikannya!"     

"Oi! Jangan seperti itu. Aku orang miskin. Uang jajan yang ayah berikan padaku setiap bulan bahkan tidak cukup bagi aku untuk menghabiskan satu malam di rumah bordil."     

Chu Qiao kehabisan kata-kata.     

Angin mulai bertiup lagi, dan matahari perlahan terbit dari kaki langit. Embun di rumput-rumput di dalam padang tersebut mulai lenyap, saat Li Ce menunjuk ke pasukan Yan Bei, dan berseru, "Sebaiknya kamu segera pergi. Kalau Pangeran Yan mulai tidak sabar, dia akan mengejar aku."     

Cahaya matahari pagi menyinari Chu Qiao, membuat wajahnya memantulkan cahaya lembut. Ia menjilat perlahan bibirnya, lalu dia tersenyum dengan tulus, "Li Ce, terima kasih. Aku pergi sekarang."     

Chu Qiao baru saja hendak memutar kudanya ketika sebuah tangan tiba-tiba menghalanginya. Wajah pria itu terlihat sedikit berbeda dari biasanya, saat dia menatap gadis itu. Chu Qiao mengangkat sebelah alisnya, dan bertanya, "Ada hal lain yang kamu perlukan?"     

"Oh, bukan apa-apa." Li Ce menggeleng sambil tersenyum. "Kalau tiba hari di mana Yan Xun tiba-tiba mencapai pencerahan, dan mengambil banyak istri dan selir lalu mengabaikan kamu, kamu bisa datang kemari dan cari aku untuk sebuah tempat tinggal."     

Chu Qiao tertawa. "Hari seperti itu tidak akan pernah tiba." Gadis itu mengangkat tangannya, dan melakukan gerakan memotong lehernya, sambil melanjutkan, "Kalau dia berani seperti itu, pertama aku akan mengenyahkan wanita-wanita itu lalu membunuh dia. Lalu aku akan menyatakan diriku sendiri sebagai raja, dan mengambil alih semua miliknya."     

Li Ce mendecak, dan menepuk-nepuk dadanya sambil berpura-pura ketakutan, "Wah, wanita yang sangat menyeramkan."     

"Aku pergi dahulu!"     

"Pergi! Pergi! Kalau kamu masih tidak pergi juga, langit sudah gelap."     

Chu Qiao tertawa, dan dengan satu sentakan pada kudanya, dia menunggang pergi.     

"Qiao Qiao! Ingatlah untuk selalu berhati-hati! Jangan terlalu mudah percaya!"     

Chu Qiao melambaikan tangannya ke belakang, dan berteriak, "Iya iya! Kamu tidak perlu mengoceh terus!"     

"Bocah ini! Makan lebih banyak daging! Tubuh kamu terlalu rata. Membuat hilang selera saja!"     

Di Padang Rumput Nan Qiu, angin semakin kencang saat burung-burung melayang di angkasa, menyambut hari yang baru. Matahari sudah sepenuhnya muncul dari kaki langit. Melihat ke kerumunan hitam di kejauhan, gadis muda itu bergegas maju.     

Pasukan Yan Bei berbaris diam di dalam barisan mereka masing-masing dan menunggu perintah dari tuan mereka. Seorang pria berpakaian hitam duduk tegak di atas kudanya. Walaupun dia masih jauh, bisa terasa auranya yang dingin, seakan-akan dia adalah perwujudan dari sebuah pedang tajam.     

"Wanita-wanita zaman sekarang memiliki selera yang sangat buruk. Mengapa dia mengejar seseorang yang begitu sok hebat dan selalu terlihat begitu serius? Di lain pihak, seseorang yang setampan aku tidak ada yang kejar. Logika macam apa itu?" seorang pria bergumam, lalu berbalik. Dengan angin yang meniup rambutnya ke belakang,jubahnya pun berkibar di tengah angin. "Aku harap kamu bisa menemukan jalan yang sesuai untukmu!" Setelah berkata demikian, Li Ce mencambuk kudanya, dan segera menghilang di kejauhan.     

Sun Di dan teman-temannya terkejut karena Putra Mahkota mereka tiba-tiba pergi. Dengan terburu-buru, mereka memungut uang perak yang berserakan dan mengejar pria tersebut.     

"Yang Mulia! Tunggu kami!"     

"Mengapa yang mulia lari sendirian? Dan dia lari cepat sekali!"     

Lu Yun Xi menegur, "Bodoh! Apakah kamu tidak mendengar ucapan yang mulia tadi? Kalau kita tidak lari, kita akan dicabik-cabik oleh pasukan Yan Bei!"     

"Apa? Benar! Semuanya, selamatkan diri kalian!"     

"Lebih cepat lagi!"     

….     

Bergegas ke sisi Yan Xun, gadis itu menghentikan kudanya. Memakai jubah hitam, wajahnya tidak berubah sama sekali, dengan alis tajamnya yang selalu mengerut. Namun, ekspresinya, sangat rumit, dari sudut matanya, dia terus menatap sosok Li Ce yang perlahan menghilang. Dengan muram, dia bertanya, "Apa yang dia teriakkan terakhir tadi?"     

Chu Qiao langsung kehilangan kata-kata, dan wajahnya merona merah. Berusaha untuk berpura-pura, dia menjawab, "Apa? Aku tidak ingat. Aku tidak mendengarnya dengan jelas."     

Tahu kalau gadis itu sedang menghindari pertanyaan tersebut, Yan Xun melanjutkan, "Mengapa kalian berbicara begitu lama? Apakah kamu sangat dekat dengannya?"     

Setelah terus bersama seseorang begitu lama, Chu Qiao tentunya belajar sedikit tentang cara mengelak, dan dia menjawab, "Kami tidak terlalu dekat. Kami hanya sedang mendiskusikan kerja sama kedua negara kita di masa depan, dan membayangkan rencananya untuk hari esok."     

Sayangnya, Yan Xun tidak semudah itu dibohongi, dia mendengus dan berjalan pergi. Dia melambai kepada sekelompok prajurit itu, dan pasukan tersebut mulai bergerak. Setelah itu, dia berbalik dan memberi tahu Chu Qiao, "Ceritakan padaku semua yang terjadi dalam perjalanan kali ini. Semuanya. Jangan menyembunyikan apa pun dariku."     

"Apa?" Perasaan bersalah Chu Qiao mulai menyerang, dan dia dengan cepat menjawab, "Tetapi ada begitu banyak yang harus diceritakan!"     

"Tidak apa-apa, kita masih ada banyak waktu karena perjalanan kembali dari sini ke Yan Bei sangat panjang." Yan Xun berbalik badan dan tersenyum dengan lembut. Namun senyum itu bukan lagi senyuman polos yang dia perlihatkan ketika masih di Kota Zhen Huang. Justru, sekarang ada jejak kelicikan dan misteri yang tersembunyi di wajahnya.     

"Yan Xun," Chu Qiao kehilangan kepercayaan dirinya untuk berbohong, dan dia bertanya, "mengapa aku merasa kamu sudah berubah?"     

"Benarkah?" Yan Xun menjawab dengan santai, "Itu karena aku menyadari ada orang-orang yang berusaha merebut sesuatu dariku. Dan tampaknya, hal itu cukup popular. Kalau aku tidak mengawasinya, besar kemungkinan aku akan kehilangan segala hal."     

[1] Amplop merah, biasa berisi uang sebagai hadiah pada saat pernikahan, ulang tahun, hari raya imlek, dsb     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.