Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 240



Bab 240

1Di salah satu ujung jembatan, Zhuge Yue duduk di atas kudanya, mengenakan sebuah jubah.     
0

Fang Chu mengabarinya perlahan, "Tuan, Nona Chu sudah tiba." Tepat ketika dia menyelesaikan kalimatnya, sekelompok orang muncul di cakrawala. Gadis yang memimpin di depan memakai mantel putih, dan memasang senyum yang cerah saat bergegas menuju ke arah Zhuge Yue.     

"Nona!" Mei Xiang awalnya duduk di atas sebuah batu, dan saat melihat Chu Qiao, dia langsung melompat dengan bahagia.     

Chu Qiao dengan cepat mencapai rombongan itu. Saat dia menghentikan kudanya, dia melompat turun dan terkunci dalam pelukan dengan Mei Xiang. Sambil menangis, Mei Xiang merengek, "Nona, saya pikir Anda bohong dan tidak akan datang."     

Jing Jing, Ping An, dan semua yang lainnya dengan gembira bergegas mendekat ketika Chu Qiao bertanya tentang pengalaman mereka. Ping An bahkan menguraikan pertempuran pada waktu itu dengan sangat terperinci, tampaknya dia cukup puas dengan prestasinya sendiri. He Xiao tidak memiliki keluarga, oleh karena itu dia tidak ingin tinggal di Kekaisaran Tang dan memilih untuk mengikuti Chu Qiao. Meskipun dia belum pernah bertemu Yue Qi sebelumnya, mereka berdua telah saling mendengar reputasi masing-masing, dan tak lama kemudian, mereka sudah mulai mengobrol.     

Satu-satunya yang terlihat berbeda dalam pemandangan ini adalah Zhuge Yue. Dengan muka baja, pria itu menatap dingin ke arah Chu Qiao, yang sedang menempel kepada Mei Xiang, sambil mengertakkan giginya sampai mereka tampak seperti akan patah.     

Akhirnya, tatapan membunuh itu mengganggu reuni gembira ini. Sambil tersenyum, Chu Qiao berjalan mendekat. Tepat ketika Zhuge Yue bergerak, gadis itu segera mengangkat tangannya dan berteriak, "Aku menyerah! Ini untuk yang terakhir kalinya! Aku janji!"     

Zhuge Yue ingin memukul gadis itu untuk memastikan Chu Qiao ingat pelajaran ini. Tetapi setelah mengangkat tangannya untuk sementara waktu, pria itu kebingungan mau memukul gadis itu di mana. Melihat bagaimana gadis itu hanya meringkuk dan menunggu pria itu memukulnya, Zhuge Yue merasa agak frustrasi dan berteriak, "Mengapa kamu tidak mencoba untuk menangkis aku?"     

Chu Qiao membuka matanya, dan cemberut, gadis itu tampak agak menyedihkan ketika dia menjelaskan, "Aku benar-benar sedang mencoba untuk meminta maaf."     

"Kamu tahu bahwa kamu harus meminta maaf?" Zhuge Yue melirik gadis itu dari sudut matanya. Mengabaikan tatapan geli dari bawahan di sekitarnya, pria itu mengulurkan tangan dan mencubit wajah kurus Chu Qiao sambil bertanya dengan tegas, "Apakah kamu tiba-tiba menjadi begitu pelupa sehingga kamu tidak membalas semua surat dariku?"     

"Aku tidak sempat!" Chu Qiao merengut sambil berusaha menjelaskan.     

"Kamu tidak sempat membalas, tetapi kamu punya waktu untuk membakar suratku?"     

Chu Qiao terus berusaha mencari alasan. "Kalau aku tidak berpura-pura sudah membulatkan tekad, Sun Di tidak akan pernah memercayaiku. Jika dia tidak percaya padaku, yang lainnya, seperti Raja Jing An, akan semakin tidak memercayaiku."     

Zhuge Yue memelototi gadis itu dan terus bertanya, "Kalau begitu mengapa kamu tidak mengabariku lebih awal, sampai membuat aku jauh-jauh kemari?"     

Chu Qiao meringkuk, dan dia berkedip-kedip, tampaknya gadis itu akhirnya kehabisan alasan.     

"Cepat, mengaku!"     

"Aku hanya mengikuti yang diminta oleh Li Ce. Kalau kamu berani, kamu cari saja dia."     

Zhuge Yue tampak sangat frustrasi, dan akhirnya dia berkata, "Baik. Kalau sampai terjadi sekali lagi, aku akan mengambil alih seluruh wilayah Li Ce. Kalau sudah begitu, kamu bahkan tidak bisa menjadi selir!"     

Masih berpura-pura. Chu Qiao diam-diam tertawa dalam hati, namun dia berpura-pura patuh dan berkata, "Tentu saja, mana mungkin? Aku akan memegang janjiku. Ini untuk yang terakhir kalinya."     

Zhuge Yue dengan angkuh menggelengkan kepalanya, seolah egonya telah terpenuhi.     

"Waaa!" Tangisan keras seorang bayi terdengar dari kereta yang dibawa oleh Chu Qiao. Suara itu mengejutkan semua orang. Chu Qiao dengan cepat mengangkat tirai kereta, hanya untuk melihat dua orang pengasuh yang sedang membawa bayi yang tampaknya baru berusia empat hingga lima bulan. Bayi itu baru saja bangun, dan saat ini sedang berlatih satu-satunya keterampilan yang dia miliki―menangis.     

Chu Qiao dengan cepat menggendong anak itu dan mulai menenangkannya.     

"Apa ini?" Zhuge Yue tampak agak muram saat dia bertanya dengan dingin.     

Chu Qiao menatap pria itu dengan aneh sambil menjawab dengan jujur, "Seorang bayi."     

"Aku tahu!" Zhuge Yue menjadi tidak sabar dan berteriak, "Anak siapa ini?"     

Chu Qiao tiba-tiba teringat bahwa dia belum menjelaskan seluruh keadaan ini. Dia mulai menjelaskan, "Ini adalah putra ketiga Li Ce―Li Qing Rong. Meskipun kita mungkin perlu memberinya nama yang berbeda mulai sekarang. Ibunya bernama Zhan Zi Ming. Sebelum mati, Li Ce menyerahkan anak ini kepada aku dan meminta aku untuk membawa anak ini keluar dari istana karena takut anak kecil ini akan disakiti jika dia tetap berada di dalam istana."     

"Putra Li Ce?" Zhuge Yue mengerutkan kening, dan melihat bibir merah dan gigi putih murni anak itu dengan sepasang mata hitam pekat yang sedang menatap dirinya. Pada saat ini bayi itu sedang bermain dengan hiasan yang tergantung pada pakaian Chu Qiao, matanya melirik ke sana kemari. Sepintas, perilakunya tampak persis seperti seorang teman yang telah meninggal.     

Tiba-tiba hati Zhuge Yue merasakan muram. Tepat ketika pria itu hendak berbicara, anak itu tiba-tiba menoleh padanya. Dengan matanya melirik ke sana kemari, bayi itu mulai menangis dengan sekuat tenaga lagi, tampaknya terganggu oleh sesuatu.     

"Apa yang terjadi? Kenapa dia menangis?" Chu Qiao tampak agak bingung.     

Mei Xiang bergegas mendekat juga, dan bertanya kepada para pengasuh, "Apakah anak itu lapar?"     

Si pengasuh segera menggelengkan kepalanya, dan menjelaskan bahwa bayi itu baru saja minum susu beberapa saat yang lalu. Mei Xiang memeriksa popok anak itu; jelas bahwa bayi itu juga tidak mengompol.     

Chu Qiao tiba-tiba teringat sesuatu dan dia berbalik dan berbicara kepada Zhuge Yue, "Bayi ini mungkin tidak menyukaimu."     

Wajah Zhuge Yue memucat, dan dia membentak, "Mengapa dia tidak menyukai aku?"     

"Cobalah menjauh untuk melihat apakah itu benar."     

Seseorang merasa tidak dapat menerima saran itu dan dia mengerutkan kening lalu membalas, "Mengapa? Aku bahkan tidak memukulnya."     

"Beberapa orang sama sekali tidak cocok dengan orang lain. Mungkin kamu termasuk dalam kelompok ini."     

"Betul, kakak ipar, cobalah berjalan sedikit lebih jauh. Mungkin Rong Er tidak akan begitu takut setelah melihat kamu berjalan menjauh." Jing Jing terus mengompori dari samping.     

"Apa maksud kalian?" Yue Qi dengan lemah membalas dari samping dalam upaya untuk membela tuannya. "Sebenarnya Tuan cukup ramah dan bersahabat …." Dan dengan itu, suara Yue Qi mulai menghilang, berubah menjadi tidak terdengar.     

Akhirnya, Zhuge Yue berjalan menjauh. Li Qing Rong tiba-tiba berhenti menangis. Meskipun sebelumnya dia menangis dengan keras, sepertinya sekarang dia masih sedikit terisak-isak, tetapi sudah bisa terlihat senyuman di pipinya. Tak lama kemudian, semua orang tertawa terbahak-bahak. Sepertinya anak itu tidak sengaja melukai kepalanya saat bermain dengan pedang Yue Qi, dan akhirnya dengan marah menggigit bahu Yue Qi sebagai balasannya.     

Zhuge Yue duduk di atas sebuah batu yang jauh dari sana, dan sambil memandang ke arah kerumunan yang sedang tertawa di kejauhan, dia bergumam dalam hati, "Anak kecil ini benar-benar seperti ayahnya."     

Chu Qiao bergegas ke sana dan duduk di samping Zhuge Yue.     

Bahkan Yue Qi yang tangguh dan juga semua orang yang lainnya bingung bagaimana menangani anak ini. Tidak lama kemudian, mereka menyerahkan anak itu kepada Fang Chu yang kebingungan dan berseru, "Ya ampun! Anak ini tampak sangat terkejut. Ayo, kau yang gendong dia dulu. Oh Tuhan! Aku suruh kamu gendong dia, bawa saja dia!"     

Chu Qiao memeluk lengan Zhuge Yue dan menyandarkan wajahnya di bahu pria itu. Gadis itu memandang pria itu dari samping sambil menghela napas lega dan berkata, "Akhirnya selesai juga."     

"Apakah kamu lelah?"     

"Lumayan." Chu Qiao menutup matanya saat cahaya keemasan dari matahari membasuh wajahnya. "Aku takut kamu akan khawatir, jadi aku berusaha untuk mempercepat segalanya."     

Zhuge Yue masih merasa sedikit kesal, dan lanjut bertanya, "Mengapa kamu tidak membaca surat-suratku?"     

"Aku tidak tahu apakah aku akan berhasil atau tidak." Chu Qiao mendongak dan tersenyum kepada Zhuge Yue. "Aku tidak yakin apakah aku bisa berhasil, atau aku akan mati. Aku khawatir kalau membaca surat-suratmu, aku mungkin tidak memiliki keberanian untuk melanjutkannya."     

Chu Qiao tersenyum bagaikan bunga dengan sikap yang sepertinya belum pernah Zhuge Yue lihat sebelumnya. Gadis itu tersenyum tanpa rasa khawatir. Lalu melanjutkan, "Kamu adalah titik kelemahanku. Kamu membuatku tidak ingin untuk tetap bersikap kuat."     

Saat menatap gadis itu, wajah Zhuge Yue berubah menjadi lembut. Sambil menarik gadis itu mendekat, Zhuge Yue berkata dengan suara yang tenang dan dalam, "Ketika kamu berada di sisiku, kamu tidak perlu menjadi kuat." Selesai berbicara, pria itu mencium dahi gadis tersebut.     

"Ah! Itu sangat memalukan!" Teriak Jing Jing.     

Langit begitu luas, dengan pemandangan yang diwarnai merah oleh daun musim gugur membentang hingga ke cakrawala.     

Chu Qiao belum pernah melihat Zhuge Yue tidur sebanyak ini dalam sekali jalan. Begitu dia naik kapal di Cang Zhou, Zhuge Yue tidur dan tidak membuka matanya sepanjang hari, dan bahkan tidak sadar ketika Chu Qiao memasuki kamarnya. Yue Qi mengatakan bahwa Zhuge Yue belum tidur dengan baik sejak berangkat dari Kota Zhen Huang. Dia mungkin sudah sangat lelah sekarang.     

Kondisi Zhuge Yue sepertinya tidak terlalu baik. Dalam beberapa hari terakhir, Chu Qiao melihat pria itu diam-diam makan obat berwarna hitam. Gadis itu pergi untuk bertanya kepada Yue Qi tentang hal itu, namun pemuda itu mencoba menutupinya dari Chu Qiao. Mei Xiang tahu sedikit tentang obat-obatan, dan kemudian memberi tahu Chu Qiao bahwa Zhuge Yue mungkin terlalu lelah dan masuk angin.     

Terlalu lelah dan masuk angin ….     

Chu Qiao duduk di kursi sambil menyandarkan dagunya di tangan. Perahu berjalan dengan lancar karena tidak ada angin ataupun ombak. Meskipun jendelanya tertutup rapat, masih bisa terlihat bayangan samar dari pemandangan yang semakin jauh.     

Sekali lagi gadis itu diingatkan tentang ketika dirinya terpaksa menjadi pelarian karena Zhao Chun Er. Pada saat itu, Zhan Zi Yu dan Zhan Zi Ming hanyalah bangsawan yang sedang diasingkan, dan Li Ce masih sehat dan hidup sebagai Pangeran Kekaisaran Tang yang bebas. Tuan Wu, Nyonya Yu, dan yang lainnya semuanya masih hidup dan sehat, berjuang untuk impian mereka. Yan Xun―teman terdekatnya dan kekasihnya. Adapun dirinya sendiri, Chu Qiao penuh percaya diri bahwa dia dapat menyumbangkan sesuatu untuk dunia yang hancur ini sendirian, dibantu oleh teman-teman yang memiliki kepercayaan yang sama.     

Namun, pembunuh paling kejam di dunia ini adalah waktu. Sekarang, Li Ce sudah tiada, Tuan Wu telah dibunuh, Nyonya Yu meninggal di dalam pelukannya, Zhan Zi Yu menyeret keluarganya karena ambisinya. Teman-teman terdekatnya ternyata tidak pernah begitu setia pada tujuan mereka, dan sebagian besar telah meninggalkannya. Bahkan Yan Xun akhirnya berubah menjadi orang asing.     

Dengan berlalunya waktu, bahkan prestasi besar pun telah tertutup oleh debu dan impian pun lenyap seperti kabut, dan bagaikan rumput tinggi di akhir musim gugur, bergoyang tertiup angin bersama dedaunan layu, mengejek orang lain dengan menertawakan janji-janji mereka di masa lalu.     

Memang, tidak ada orang yang bisa tidak berubah. Bahkan dirinya sendiri, dapatkah dia mengatakan bahwa dia masih orang yang sama?     

Chu Qiao memalingkan kepalanya perlahan, Zhuge Yue sepertinya masih tertidur. Pria itu selalu menjadi orang yang keras kepala dan canggung. Bahkan saat dia tidur, alis pria itu masih berkerut. Saat matanya yang biasanya dingin saat ini tertutup oleh kelopak matanya, wajah pria itu yang tampan dan tegas tampak lebih jelas dari sebelumnya. Kabarnya, orang-orang dengan ciri-ciri seperti dia itu dingin dan tidak berperasaan. Namun, hanya pria itu yang begitu kuat dalam emosinya, dan berpegang pada perasaannya begitu lama sampai-sampai bahkan Chu Qiao pun merasa kasihan padanya.     

Kekaisaran Tang lebih gelap dari yang diperkirakan karena arus bawah menyapu tanpa peringatan sebelumnya. Ini agak berbeda dari konflik yang ditampilkan oleh Kekaisaran Xia, dan sebagian besar berupa panah yang tidak terlihat. Dibungkus dengan lapisan rumbai-rumbai dan dekorasi, panah-panah yang tersembunyi itu bisa membunuh orang sebelum orang itu bahkan bisa menyadari keberadaan si pembunuh. Pada akhirnya, gadis itu mengetahui bahwa kematian ayah Li Ce disebabkan oleh ibu Li Ce.     

Permaisuri itu telah berulang kali mencoba membunuh sang Kaisar dengan berbagai cara, mulai dari racun hingga pembunuhan gelap. Selama ini, dia sudah beberapa kali hampir berhasil, namun kaisar sebelumnya itu selalu melepaskannya dan tidak memublikasikan insiden-insiden itu. Kaisar sebelumnya itu juga agak geram, dan mengancam akan menyakiti Raja Luo dan keluarga si permaisuri. Pria itu juga mencoba membangkitkan kecemburuan si permaisuri dengan memberikan seluruh perhatiannya kepada wanita lain di harem, dan telah mengurung si permaisuri dengan tahanan rumah berkali-kali. Namun, pria itu tetap tidak bisa mengalahkan hati nuraninya sendiri. Seiring bertambahnya usia, kaisar sebelumnya itu mengabaikan seluruh haremnya dan memberikan semua perhatiannya pada wanita itu seorang. Wanita itu sepertinya telah tersentuh olehnya, dan akhirnya memberi sang kaisar beberapa tahun kedamaian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.