Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 202



Bab 202

0Kedua pasukan itu segera berpapasan. Pasukan Huo Yun yang sudah dialihkan segera dikelilingi oleh Pasukan Xiuli. Bahkan dari kejauhan Chu Qiao langsung bisa mengenali kuda perang merah milik Huan Huan. Dengan cepat, Chu Qiao bergegas ke sana dengan kudanya, dan benar-benar terperangah dengan apa yang telah dilihatnya. Pakaian Huan Huan sudah compang-camping, dan mantel merah tuanya berlumuran darah. Ada sebuah anak panah yang bersarang di dadanya, terlihat jelas telah menusuk paru-parunya, bersama dengan banyak luka di tubuhnya. Dengan nafas yang lemah, gadis itu dibawa oleh seorang jenderal perempuan yang tampaknya berusia tiga puluhan.     

"Apa yang terjadi?" Chu Qiao melompat turun dari kudanya dan berlutut di lumpur. Sambil mengerutkan kening, dia menatap luka parah yang dialami Huan Huan, sebelum berteriak, "Petugas medis! Di mana petugas medisnya?"     

"Nona Chu!" Setelah melihat gadis itu, jenderal perempuan itu mulai menangis dan menjelaskan, "Yang Mulia ingin membunuh Tuan Putri kami. Jenderal Xiao He sudah terbunuh dalam pertempuran, dan tuan putri kami juga disergap …."     

"Xiao He …." terdengar sebuah suara lemah. Mengikuti pergerakan paru-parunya, seteguk darah dimuntahkan dari mulut Huan Huan. Melihat itu, jenderal perempuan itu kehilangan ketenangannya dan dengan cepat mencoba menekan luka Huan Huan untuk menghentikan pendarahan. Namun, darahnya tidak bisa lagi dihentikan.     

"Xiao He …." Huan Huan mengerutkan kening kesakitan, wajahnya tampak sangat pucat. Dia tampaknya sudah dalam keadaan bingung. Gadis itu sepertinya telah memasuki mimpi. Tawa riang Xiao He melintas di depan mata gadis itu, dan dia sekali lagi teringat akan hari ketika dia digendong oleh Xiao He di dataran salju yang luas. Bahkan dalam situasi itu, Xiao He tidak berhenti menceritakan leluconnya, dan terus menghibur gadis itu, "Huan Huan, kamu tidak akan mati, kamu tidak akan mati. Aku akan menggigit siapa pun yang berani mencoba untuk membunuhmu."     

"Xiao He, Xiao He …." Air mata mengalir dari mata Huan Huan yang berdarah. Seiring dengan napasnya yang berat, darah mengalir keluar seperti air mancur. Bahkan dalam keadaan setengah sadar, gadis itu menangis. Xiao He sudah mati; dia telah dibunuh oleh pria itu!     

"Tuan putri! Tuan putri!" Jenderal perempuan itu memegang Huan Huan di dalam pelukannya dan menangis, seolah-olah dia adalah seekor anak anjing yang baru saja kehilangan ibunya.     

"Huan Huan, apa yang harus kita lakukan setelah perang berakhir?"     

"Setelah perang berakhir? Pada saat itu, kakakku akan menjadi Kaisar, maka aku akan menjadi Tuan Putri! Aku bisa memilih suamiku dari seluruh dunia! Aku akan menemukan pria paling berbakat untuk menjadi suamiku! Haha!"     

"Bodoh sekali! Baik, dasar kamu gadis yang tidak tahu berterima kasih, pergi sana cari suami kamu!"     

Rasa sakit yang tajam menyerang gadis itu , seolah-olah hatinya digenggam erat oleh seseorang. Karena darah menghalangi jalur pernapasannya; gadis itu hanya akan memuntahkan lebih banyak darah ketika dia membuka mulutnya. Dengan linglung, dia membuka matanya dan melihat sekeliling dengan bingung. Melihat langit yang luas, bunga-bunga merah tua, dan elang putih yang bersih terbang di langit.     

Yan Bei, Yan Bei …. Aku memberikan seluruh hidupku untukmu, tapi mengapa kau meninggalkanku begitu saja?     

Dalam kebingungannya, gadis muda itu mengerutkan kening dan perlahan berbalik badan sebelum akhirnya dia menyadari Chu Qiao di sana. Wajahnya berubah, dan dengan seluruh kekuatannya, gadis itu mengulurkan tangannya seolah-olah dia ingin meraih sesuatu. Sambil mencoba menahan air matanya, Chu Qiao dengan cepat meraih tangan gadis itu, dan sambil menahan air matanya, Chu Qiao menghiburnya, "Huan Huan, bertahanlah. Tabib akan menyelamatkanmu."     

Huan Huan menggenggam tangan Chu Qiao dengan sekuat tenaga, dan tiba-tiba, gadis itu menurunkan kepalanya, dan menggigit tangan Chu Qiao. Darah langsung mulai mengalir dari tangan Chu Qiao, sementara para bawahan yang melihatnya menjerit ngeri. Chu Qiao terus memandangnya, dan hanya melihat rasa kebencian yang luar biasa di mata Huan Huan.     

"Mengapa? Mengapa?" Huan Huan berteriak dengan putus asa kepada Chu Qiao, mulutnya masih penuh dengan darah dan matanya merah. "Mengapa kalian harus membunuh kami? Kenapa kalian harus membunuh kami?"     

"Tuan Putri! Tuan Putri! Itu Nona Chu!" Jenderal perempuan itu memeluk Huan Huan dan mencoba menenangkan gadis itu, tetapi Huan Huan tidak bisa mendengar apa pun lagi. Dalam keadaan menggila, Huan Huan terus berteriak, "Apa yang telah kami salah perbuat? Mengapa kalian harus membunuh kami? Kalian sangat tidak berterima kasih! Kalian sangat hina!"     

Tertegun, Chi Qiao terus memandang. Rasa sakit yang nyeri dari tangannya tiba-tiba membawa kembali kenangan ketika mereka pertama kali bertemu. Berdiri di hadapannya, Huan Huan dengan murah hati memberinya kuda yang menakjubkan, dan sambil mengayunkan tinjunya, Huan Huan bersikeras bahwa setelah perang usai, Chu Qiao harus membawanya ke Kekaisaran Tang. Dia bahkan menunjuk si kuda AhTu untuk menjadi saksi. Gadis sangat menggemaskan dan naif, seperti angin sepoi-sepoi yang menyegarkan yang selalu bisa ditemukan di Yan Bei.     

"Aku membencimu!" Seteguk darah menyembur lagi. Huan Huan menangis dengan keras, lalu suaranya berubah semakin halus, "Xiao He, Xiao He …."     

Xiao He, Huan Huan ingin menikah denganmu, tapi ke mana kamu pergi?     

Xiaohe, aku sudah datang untuk menemuimu. Kamu harus pelan sedikit, kakiku terluka. Kamu harus menggendong aku.     

Xiaohe, aku belum makan sarapan, bisakah kamu memanggang kaki domba untukku?     

Xiao He, Xiao He, Xiao He ….     

Suara Huan Huan akhirnya menghilang. Terbaring di tanah yang dingin, roknya yang berwarna merah tampak seperti bunga yang mekar. Gadis itu begitu muda, baru berusia 20 tahun, dan matanya tampak sangat jernih, kulitnya tampak begitu putih, namun dia tertidur selamanya di atas tanah, kepada siapa dia telah persembahkan seluruh hidupnya.     

Hati Chu Qiao benar-benar hancur. Gelombang demi gelombang kejutan telah mencabik-cabiknya. Sambil menggigit bibirnya, gadis tersebut berdiri di sana dan dengan diam menatap tubuh Huan Huan. Seolah-olah dirinya baru saja dilempar ke dalam jurang tanpa dasar.     

Yan Xun, apa yang sudah kamu lakukan?     

"Nona!" He Xiao berjalan mendekat dengan tegas, dan tanpa emosi dia mengabari Chu Qiao, "Pria itu sudah tiba."     

He Xiao sudah tidak mau menyebut pria itu sebagai 'Yang Mulia'. Chu Qiao perlahan berbalik, hanya untuk melihat bagaimana tentara terbelah seperti laut di hadapan Musa. Sinar matahari fajar menyinari pasukan agung yang tampak seperti lautan hitam. Kaisar muda itu dikelilingi oleh para prajurit, dan dengan jubah hitam yang dihiasi naga emas, rambutnya yang hitam pekat diikat. Dengan tatapan yang sangat dingin, pria itu menyipitkan matanya, dan perlahan memandang kemari. Sudah dua tahun, dan Chu Qiao akhirnya bertemu lagi dengannya. Namun, Chu Qiao merasa seolah-olah dia belum pernah bertemu dengan pria itu sebelumnya. Pria di hadapannya ini tampak sangat asing. Penampilannya, identitasnya, perilakunya, auranya, tidak ada yang terasa akrab bagi gadis itu. Pada saat itu, tiba-tiba Chu Qiao mengerti bahwa pria di hadapannya adalah Kaisar Yan Bei, dan bukan lagi pemuda yang tidak memiliki apa-apa, yang bergantung pada dirinya di Kota Zhen Huang.     

"AhChu," sebuah suara yang dalam bergema di dataran yang tenang disertai dengan angin dingin dan memasuki telinga Chu Qiao.     

Melihat gadis itu dari kejauhan, orang tidak bisa lagi menebak emosi yang dimiliki Yan Xun di dalam matanya. Dua tahun telah berlalu di antara mereka berdua, dan akhirnya, mereka bertemu dalam keadaan seperti itu. Mungkin, ini tidak ada hubungannya dengan takdir. Sikap yang mereka miliki terhadap kehidupan, dan keyakinan yang mereka miliki, telah sejak lama menetapkan hasil ini. Hati Yan Xun tampak seperti dataran tandus yang luas, dengan angin menderu. Saat melihat Chu Qiao, pria tersebut sepertinya ingin mengatakan sesuatu, tetapi pada akhirnya, pria itu menelan kata-katanya. Dengan aura seorang kaisar, dia bertanya, "Apakah kamu akan menjadi musuhku karena orang-orang yang tidak ada hubungannya?"     

Chu Q aku menyeringai.     

Tanpa Tuan Wu, bagaimana kamu bisa mengakses seluruh kekayaan Yan Bei saat kamu masih ditahan di Kota Zhen Huang, dan mengembangkan pasukanmu sendiri?     

Tanpa Nyonya Yu, bagaimana kamu bisa lolos dari Kota Zhen Huang dan menjadi Raja Yan Bei, serta akhirnya menguasai sebagian besar dari dunia?     

Dan Huan Huan adalah kerabat terakhirmu di dunia ini. Gadis itu telah memercayaimu selama ini, dan mengikutimu dengan setia, dan merupakan satu-satunya saudara perempuanmu.     

Apakah suatu hari nanti, aku akan berdiri di hadapanmu sebagai orang yang tidak ada hubungannya?     

Selain seringai dingin itu, gadis itu tidak tahu reaksi apa yang bisa dia berikan. Chu Qiao merasa seperti berubah menjadi boneka yang hatinya telah tercabik-cabik, dan dengan dingin menatap pria ini yang telah dicintai dan dilindungi gadis itu dengan sekuat tenaga. Chu Qiao hanya merasa bahwa semua kenangan masa lalu tampak seperti sebuah mimpi, ilusi, isapan jempol dari imajinasinya yang fantastis.     

Gadis itu telah menukar kesetiaan dan cintanya dengan situasi seperti hari ini. Pria yang telah bersumpah pada gadis itu bahwa dia akan mencintai gadis itu, melindungi gadis itu sepanjang hidupnya, kini menghunuskan pedang terhadap gadis itu. Pengintaian, keraguan, memanfaatkan gadis itu, mengucilkan gadis itu—itu adalah bayaran pria itu terhadap gadis tersebut. Pria itu telah melemparkan apa yang disebut kekayaan dan kemewahan pada Chu Qiao, memancingnya seperti bagaimana seseorang akan mengumpan seekor anjing, tetapi pria itu tidak tahu bahwa semua kekayaan materi itu tidak lebih berharga daripada kotoran hewan atau rumput liar di sebuah peternakan. Keyakinan yang dipegang gadis itu hanyalah ilusi bagi pria itu, dan menjadi kebohongan yang telah pria itu sampaikan kepada semua warga sipil. Memangnya kenapa kalau pria itu seorang Kaisar? Memangnya kenapa kalau pria itu dihormati oleh semua orang? Di mata gadis itu, dia akan selamanya menjadi pria yang begitu dekat dengannya sehingga dirinya seperti perpanjangan dari pria itu, tetapi pada akhirnya pria itu tetap mengkhianati dirinya.     

Pria itu menyalahkan Chu Qiao karena jatuh cinta kepada pria lain, tetapi jika pria itu tidak memaksanya dan berulang kali memanfaatkannya, Chu Qiao akan mencintai pria itu selamanya. Dialah yang mendorong gadis itu pergi dan memaksa gadis itu untuk mengenali watak asli pria tersebut. Kenapa menjadi kesalahan gadis itu kalau dia mengkhianati pria itu?     

Yan Xun, butuh sepuluh tahun bagiku untuk akhirnya melihat dirimu yang sebenarnya, dan juga perasaanku yang sebenarnya. Kenangan sebelumnya tidak lebih dari sekadar kenangan, dan aku tidak lagi memiliki rasa kerinduan padamu. Hanya ada kesedihan dan penyesalan yang tak berkesudahan.     

"AhChu, apakah kamu sudah lupa dengan janji-janjimu dulu?" Suara dingin Yan Xun terdengar di telinganya. Chu Qiao dengan dingin menyeringai, sambil mengangkat alis dengan jijik dan dengan santai menjawab, "Karena kamu sudah meninggalkan impian kita, mengapa aku harus terus mematuhi janji kita?"     

Kata-kata itu menusuk ke dalam hati Yan Xun seperti panah berduri, menyebabkan rasa sakit yang mendalam.     

Akhirnya, gadis itu mengucapkan kata-kata itu. Di masa lalu, bahkan jika gadis itu terluka, atau merasa dendam, dia selalu menguncinya di dalam hatinya, dan diam-diam menghadapi segalanya. Namun, di bawah langit ini, dia mengatakannya pada pria itu, akhirnya.     

"Yan Xun, mulai hari ini, kita akan berpisah, dan tidak akan lagi memiliki hubungan. Terlepas dari apa yang terjadi pada kamu, apakah kamu berhasil dalam pertempuranmu dan menjadi seorang Kaisar, atau dikalahkan dan disingkirkan dari kekuasaan, tidak akan ada sangkut pautnya dengan aku. Dan pada saat yang sama, masalahku tidak akan memerlukan persetujuan darimu." Saat angin terus berkecamuk, pakaian Chu Qiao berkibar. Dengan wajah dingin, gadis itu benar-benar tanpa emosi saat mengatakan hal itu. Tatapannya sedingin ujung gunung yang tertutup salju, dengan dingin menolak segala emosi di dunia ini, dan telah mengusir semua perasaan itu dari dalam hatinya.     

Pada saat itu, Yan Xun tiba-tiba menyadari, mungkin dia akan kehilangan gadis itu selamanya. Memikirkan hal itu membuatnya panik, namun pria itu tetap tenang, dan dengan suara yang dalam, dia bertanya, "AhChu, bagaimana kamu bisa melupakan hubungan kita di masa lalu?"     

"Yan Xun, jangan pernah menyebut kata 'hubungan' lagi." Dengan tidak peduli, Chu Qiao menatap pria itu, dan dengan tenang melanjutkan, "Kamu tidak pantas membicarakannya."     

Dalam perjalanan waktu yang begitu cepat, tatapan mereka berdua menciptakan percikan takdir. Dalam 11 tahun, sebuah benih dapat tumbuh menjadi besar, dan suatu era dapat berlalu, memungkinkan munculnya kekaisaran yang baru. Waktu begitu tidak peduli dengan emosi, dan seperti sebuah pisau panas, waktu memotong semua ikatan mereka seolah itu adalah mentega, membuat masa lalu mereka menjadi hanya sebagian dari ingatan mereka saja.     

Pada saat ini, elang perang yang terbang di langit menutupi matahari, untuk sesaat membuat dunia menjadi gelap. Bersamaan dengan itu, 20.000 pasukan kekaisaran menghunuskan pedang mereka. Pasukan Xiuli yang berjumlah 9.000 orang berdiri dalam formasi yang rapi, dan menatap mereka tanpa emosi. Angin mulai melolong, seolah menyanyikan sebuah lagu ritual kuno. Dengan rasa haus darah yang menggantung di udara, bahkan para burung pun tidak bisa lagi bertahan di suasana itu dan mulai meninggalkan tempat itu. Hanya burung nasar yang mengintip dengan gembira, menunggu pesta makan-makan setelah pembantaian itu selesai.     

Yan Bei, pada akhirnya kamu tidak ditakdirkan untuk menjadi rumah saya. Saya telah berjuang untukmu semampu saya, tapi saya hanya menyelamatkanmu dari bencana dengan membawa bencana lain.     

Saat angin meniup gadis itu, rasanya seolah-olah segala hal berubah menjadi kabur. Dunia begitu luas, mengapa gadis itu harus memusatkan perhatiannya hanya pada satu tempat? Ketika hatinya sudah membeku, siapa lagi yang bisa menyakitinya?     

AhChu, aku akan melindungimu ….     

Dahulu kala, ada seseorang yang akan berbisik di telinga gadis itu.     

AhChu, percayalah padaku ….     

Gadis itu menutup matanya, dan menahan tetes air matanya yang terakhir. Pada saat dia membuka matanya kembali, penglihatannya telah menjadi jernih. Di bawah langit luas ini di mana elang melayang, satu dekade telah berlalu dengan begitu cepat. Saat ini, siapa yang berjuang keras? Dan siapa yang hanya menonton?     

Yan Xun, selamat tinggal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.