Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 154



Bab 154

0Menitipkan nyawa satu juta orang di tangan orang-orang tidak becus seperti ini akan menghancurkan pasukan mereka sendiri. Kenyataan bahwa kualitas prajurit Yan Bei sudah menurun begitu jauh sampai membiarkan sekumpulan jenderal-jenderal tidak berpengalaman untuk memimpin pertempuran sepenting ini, sungguh tidak terbayangkan. Kalau Yan Xun ada di sini, dia bisa menekan kebodohan ini dengan pengaruhnya. Namun hanya dengan Chu Qiao sendiri, bagaimana dia bisa membalikkan keadaan? Apakah Yan Xun tahu mengenai semua masalah ini? Kalau dia tahu, mengapa dia tetap menyerahkan kepemimpinan kepada idiot bernama Cao itu? Namun kalau dia tidak tahu ….     

Chu Qiao merengut tak berdaya. Bagaimana mungkin pria itu tidak tahu? Dia adalah Yan Xun! Tetapi mengapa Yan Xun pergi ke Jalur Mei Lin bahkan tanpa menjelaskan keadaan ini kepadanya? Dan juga, ia memerintahkan kepada Chu Qiao untuk mencari Nyonya Yu. Kalau Chu Qiao meninggalkan Bei Shuo, lebih dari setengah wilayah Yan Bei akan hilang! Yan Bei, apa yang sebenarnya kamu pikirkan?     

Para tetua dari Serikat Da Tong ini lebih ahli daripada siapa pun dalam hal berdebat, memulai masalah, dan membuat keributan, dan mereka juga tidak tertandingi dalam menyemangati orang-orang dan menabur bibit permusuhan antara warga sipil dengan lawan mereka. Tetapi kalau menyuruh mereka memimpin pasukan, membuat strategi, dan melihat rencana lawan yang sebenarnya, itu merupakan hal yang tidak sesuai bagi orang-orang ini!     

Kemarahan di hati Chu Qiao mulai meluap-luap, dan dia tidak bisa lagi menahannya. Dia sudah mengirimkan tujuh kelompok orang untuk mengabari Nyonya Yu, dan tidak ada yang kembali. Kalau tidak ada kehadiran orang yang mampu mengendalikan keadaan ini, Yan Bei akan kalah dalam perang ini, itu sudah pasti!     

Cahaya matahari petang bersinar bagaikan darah, dan suara sorakan para prajurit terdengar dari kejauhan. Di tengah suara sorakan, bisa terdengar suara tawa anak-anak. Chu Qiao tidak tahu berapa lama lagi suara tawa ini bisa bertahan, dan dia juga tidak bisa menebak berapa lama lagi anak-anak itu bisa hidup. Kalau dia punya pasukan, bahkan jika dia hanya punya seratus prajurit, dia bisa mengikat semua jenderal korup itu. Tetapi dia tidak memiliki pasukan sama sekali. Semua pengawal yang diberikan Yan Xun kepadanya sudah dikirim untuk mencari Nyonya Yu. Sekarang dia bahkan tidak punya pembawa pesan untuk mencari Nyonya Yu lagi. Apakah sebaiknya dia menyelinap diam-diam malam ini dan melenyapkan semua orang tua bodoh itu? Pikiran ini sempat melintas di benaknya, namun langsung dia tepis, sambil merengut. Kalau dia punya senapan serbu, rencana itu masih mungkin dilaksanakan.     

Langit semakin gelap dan Chu Qiao perlahan berdiri. Cahaya bulan yang putih bersih menyinari tanah. Di dalam kegelapan, bayangannya terlihat lemah dan sendirian, dan mengeluarkan ketidakberdayaan dan kesepian yang hebat.     

Saat dia meninggalkan kantor wali kota, dia melihat beberapa prajurit berlari ke arahnya dengan ceroboh. Prajurit di paling depan menabraknya, dan begitu melihat kalau Chu Qiao memakai pakaian berkelas tinggi, prajurit itu menyadari kesalahannya, dan dia langsung berlutut memohon maaf. Mereka semua awalnya petani, dan masih belum terbiasa dengan perubahan di Yan Bei. Ketika mereka bertemu dengan para pejabat, secara kebiasaan mereka akan berlutut dan memberi hormat. Chu Qiao menyadari kalau mereka adalah prajurit anak-anak, dan yang tertua di antara mereka paling hanya berusia 14 tahun, dan yang termuda mungkin bahkan belum sampai 10 tahun. Mereka masing-masing memegang sebuah tongkat kayu, dengan sepotong besi yang dipasang di ujungnya sebagai mata tombak. Senjata seperti ini tidak akan bisa bertahan satu ronde saat menghadapi musuh di medan perang. Pedang-pedang Kekaisaran Xia terbuat dari kualitas terbaik dan paling tajam, dan bisa dengan mudah memotong baju pelindung, apalagi kalau hanya untuk mematahkan tongkat yang anak-anak ini sebut sebagai "tombak".     

Daripada menyebut mereka prajurit, lebih pantas menyebut mereka sebagai gembel. Namun, mereka adalah tulang punggung dari pasukan Bei Shuo yang berjumlah satu juta orang. Chu Qiao sekali lagi merasa sangat tidak berdaya, seakan-akan dia baru saja terjatuh ke dalam laut, dan rumput laut melilit kakinya. Tidak peduli bagaimana dia meronta, dia tetap tidak bisa berenang kembali ke tepian.     

Chu Qiao merengut, dia merasa seolah-olah hatinya sedang dicengkeram dengan erat oleh sang iblis. Setelah Yan Xun pergi, Cao Meng Tong telah mengesahkan panggilan wajib militer secara besar-besaran. Dalam jarak seratus kilometer, semua pengungsi telah dikumpulkan. Para wanita dijadikan penghibur, dan para pria dijadikan prajurit. Bahkan para lansia diberi tugas untuk membantu di barisan belakang. Pada saat itu, seluruh Bei Shuo berubah menjadi neraka. Para pejabat dari Da Tong ini bersikap seperti pengemis yang awalnya tidak memiliki apa pun lalu tiba-tiba menjadi kaisar. Ketamakan dan kekejaman mereka bahkan melebihi para bangsawan Xia. Chu Qiao sudah mengirim beberapa permintaan untuk rapat, namun dia terus menerus ditolak dan diabaikan. Setelah membunuh beberapa orang prajurit yang mengganggu warga sipil, mereka yang tidak mau diperbudak akan melarikan diri dari kota atau bersembunyi di Kantor Staf Militer. Saat ini, kantor itu sudah penuh sesak dengan orang. Inilah demokrasi di Yan Bei! Inilah kepemimpinan yang diperjuangkan oleh Yan Bei! Inilah masa depan dan harapan yang diyakini oleh rakyat Yan Bei!     

Chu Qiao menarik napas dalam-dalam. Orang-orang ini sungguh malang. Mereka telah menyambut dan mendukung orang-orang yang akan memimpin mereka sampai ke kematian mereka sendiri! Tinjunya mengepal erat, seperti ingin menghancurkan sesuatu. Kalau Yan Xun kembali … kalau dia kembali, aku harus ….     

"Nona," pimpinan kelompok anak-anak itu bertanya dengan gugup, "apakah anda Nona Chu dari Kantor Staf Militer?"     

Saat dia menunduk, Chu Qiao melihat kalau anak itu baru berusia 11-12 tahun. Lengan anak itu terlihat seperti bisa dipatahkan hanya dengan sedikit dipelintir. Kulitnya pucat, sangat jelas kalau dia kekurangan gizi. Namun matanya yang hitam dan bundar masih bersinar dengan kemilau yang hanya ada pada anak-anak. Anak itu hanya memakai sebuah pakaian rombeng dengan sebuah mantel yang terlalu besar dan sudah mulai hancur.     

"Bagaimana kamu bisa mengenali saya?"     

"Hanya ada satu pejabat wanita di dalam pasukan!" anak itu menjawab dengan riang. "Nona, kami semua sudah mendengar kalau anda adalah orang yang baik hati!"     

Anak-anak lainnya mendekat dan mulai berbicara. "Kakak perempuan saya ada di Kantor Staf Militer. Dia diselamatkan oleh anda, Nona. Apakah anda kenal dengannya?"     

"Ibu saya juga ada di sana!"     

"Nona, kami melihat anda memenggal prajurit besar itu beberapa hari yang lalu. Anda sangat kuat!"     

"Betul, Nona, bisakah anda mengajari kami beberapa gerakan? Kami akan segera terjun di medan perang!"     

"Betul, Nona, ajari kami cara untuk membunuh musuh!"     

Melihat anak-anak ini, Chu Qiao tiba-tiba merasa seperti jantungnya telah berhenti berdetak. Dia mulai mempertanyakan kepercayaannya, nilai-nilainya, dan pembenaran untuk segala hal yang telah dia lakukan. Sempat membersit kembali pikiran untuk melaksanakan rencana konyol yang tadi dia susun. Namun pada akhirnya, logika yang menang, dan dia hanya berdiri diam. Tanpa bergerak, dia terus mengamati cahaya merah dari obor yang menyinari wajah-wajah muda yang polos itu. Dia merendahkan suaranya, dan dengan nada yang sedih, dia menjawab tanpa ragu, "Saat menyerbu, jangan berdiri di barisan depan." Setelah itu, seolah-olah dia tidak betah berbicara dengan mereka, gadis itu langsung berbalik badan dan berjalan menjauh, menyisakan sekelompok anak-anak yang memperhatikan dia pergi, terperangah dengan saran darinya. Anak-anak itu menggaruk kepala mereka karena bingung. Mengapa Nona Chu mengajari mereka hal yang berbeda dengan yang diajarkan oleh pelatih mereka?     

Setelah melewati sebuah sudut, Chu Qiao berhenti melangkah. Dia sudah tidak memiliki keberanian untuk menghadapi tatapan anak-anak lugu yang cerah dan penuh harapan itu, apalagi menyemangati mereka untuk melakukan yang terbaik bagi negara. Dia pikir dirinya sudah menjadi tegar karena perang, namun dia menyadari kalau pengalamannya masih sangat kurang.     

"Tuan Cao akhirnya memenangkan sebuah pertempuran, tetapi anda bilang itu karena Kekaisaran Xia sengaja mengalah untuk menumpulkan perasaan semua orang. Tentu saja, dia tidak akan memercayai anda." Sebuah suara datar terdengar dari sampingnya. Saat berbalik badan, Chu Qiao melihat Xue Zhi Yuan sedang bersandar di sebuah tembok dengan tangannya terlipat di dada, pria itu sedang melirik dirinya dari sudut matanya. Wajahnya terlihat sedikit geli.     

Chu Qiao sudah benar-benar muak dengan para pejabat setempat dari Da Tong. Dengan mendengus dingin, dia berbalik dan ingin pergi.     

"Apakah yang mulia memutuskan untuk meninggalkan kita?" baru berjalan satu langkah, tiba-tiba Xue Zhi Yuan bertanya.     

Pertanyaan tersebut begitu mengejutkan, sampai-sampai Chu Qiao langsung berhenti melangkah. Dengan tatapan tajam, dia membentak, "Apa katamu?"     

"Yang Mulia dan Tuan Wu keduanya orang berbakat di bidang militer yang langka di Yan Bei. Tetapi mereka berdua pergi, memimpin para elite dari Pasukan Pertama untuk menyerang Jalur Mei Lin tanpa menyisakan siapa pun untuk menjaga Bei Shuo. Karena itu, Pasukan Kedua harus berhadapan langsung dengan Pasukan Xia. Nyonya Yu, yang juga ahli taktik, ditugaskan menjaga Kota Lan dan tidak mengirimkan bala bantuan ke Bei Shuo. Begitu juga dengan anda, Nona Chu, anda juga seorang ahli taktik yang handal, namun beliau tidak memberikan anda kekuasaan apa pun. Seluruh Bei Shuo diserahkan kepada sekelompok orang bodoh tidak becus yang tidak mengerti seni berperang. Haha, kalau bukan karena Nona Chu masih belum meninggalkan Bei Shuo, aku sudah sangat yakin dengan kecurigaan ini."     

Pada saat itu, seakan-akan petir menyambar kepala Chu Qiao. Dia bukannya tidak kepikiran hal itu, namun dia memilih untuk tidak memercayainya.     

Apakah Yan Xun benar-benar tidak tahu betapa tidak becusnya Cao Meng Tong, Pasukan Kedua, dan Serikat Da Tong? Apa niat dia sebenarnya memilih saat ini untuk menyerang Jalur Mei Lin? Apakah benar-benar untuk menyerang mereka di saat mereka tidak menyangka akan menerima serangan untuk menghapus kemungkinan bertempur di kedua tempat secara bersamaan, dan untuk menyerang pasukan Xia dari belakang? Atau memang tujuan sebenarnya adalah untuk membiarkan Pasukan Xia dan Pasukan Kedua saling menghabisi? Selain itu apalagi alasan dia menyerahkan kendali kepada Cao Meng Tong? Mengapa dia tidak meninggalkan Tuan Wu untuk menjaga Bei Shuo? Mengapa dia menyuruh Chu Qiao pergi mencari Nyonya Yu di Kota Lan? Mengapa tujuh kelompok prajurit yang Chu Qiao kirim untuk mencari Nyonya Yu tidak kembali? Apa alasan di balik semua itu? Atau memang seperti yang dibilang oleh Xue Zhi Yuan, semuanya adalah pengaturan Yan Xun yang disengaja agar kekuatan Pasukan Kedua melemah, dan agar Yan Xun bisa mengukuhkan posisinya di dalam Yan Bei dengan memanfaatkan Kekaisaran Xia? Tetapi demi tujuan ini, pria itu akan mengorbankan satu juta rakyat sipil dan menempatkan Yan Bei dalam keadaan genting, apakah hal ini setimpal? Apakah dia benar-benar akan melakukan hal seperti itu?     

"Tetapi jika yang mulia memang berniat seperti itu, Tuan Cao juga bukan orang bodoh. Dalam waktu satu bulan, bahkan jika kita menggunakan taktik gelombang manusia, ratusan ribu pasukan wajib militer pasti bisa menahan serangan yang datang. Pada saat Yang Mulia kembali, hanya warga sipil yang akan dikorbankan. Sebagian besar Pasukan Kedua bahkan tidak tersentuh. Yang Mulia tidak akan mendapat keuntungan dari rencana ini."     

"Di kampung halaman kami, mempertanyakan niat dari atasan bisa dihukum mati!" Gadis muda itu menggerakkan alisnya, sambil membentak dengan dingin kepada jenderal muda itu.     

Xue Zhi Yuan terkejut karena jawabannya yang galak. Sebelum dia sempat menjawab, Chu Qiao melanjutkan, "Kamu tidak perlu menebar keraguan di antara kami. Bahkan jika Yan Bei mengalami ketidakstabilan internal, dan perebutan kekuasaan di dalam Da Tong sangat menyedihkan, Yang Mulia tidak serendah itu sampai-sampai dia mempertaruhkan seluruh Kota Bei Shuo! Bahkan jika semuanya seperti yang kamu bilang, aku tetap percaya kalau dia bukanlah orang yang akan menggunakan segala cara demi mendapatkan kekuasaan! Berbicara secara strategi, serangan Yang Mulia ke Jalur Mei Lin pasti menjadi serangan kejutan. Nyonya Yu tidak bisa menjawab kita mungkin karena keadaan yang tidak terduga! Pertempuran ini akan memengaruhi keselamatan Yan Bei, dan hanya orang bodoh yang berpandangan pendek yang masih berebut kekuasaan di dalam situasi seperti ini. Jika Yan Bei dimusnahkan, semuanya akan hilang. Kalau kamu begitu senggang, mengapa tidak pergi dan latih para prajurit baru itu agar mereka tidak mati mengenaskan?"     

Alis Xue Zhi Yuan berkedut, dan dia menjawab gadis itu dengan dingin, "Kalau anda begitu percaya diri, mengapa anda mengirimkan begitu banyak orang untuk mencari Nyonya Yu? Kalau memang seperti yang Nona Chu bilang, tiga hari sudah lebih dari cukup untuk perjalanan ke Kota Lan dan kembali. Mengapa Nyonya Yu masih tidak terlihat? Kalau Nyonya Yu tidak menerima perintah dari atas, menurut anda apakah dia hanya akan diam dan mengamati kekacauan ini?"     

Hati Chu Qiao menciut. Saat dia baru mau membantah, seekor kuda mendekat dengan sangat cepat, menyebabkan kerumunan di jalanan bubar karena menghindari kuda yang melaju itu. Penunggangnya berteriak sekuat tenaga, "Nona Chu! Di mana Nona Chu?"     

"Aku di sini!" Melihat orang itu, wajah Chu Qiao bersinar, dan dia segera berjinjit dan memanggilnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.