Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 137



Bab 137

0Sun Di mengamuk, "Apakah Kamp Utara sudah gila? Menyerang rekan mereka sendiri demi putri dari negara lain?"     

Orang itu berlutut di lantai dan berkata dengan keras, "Yang Mulia, Kamp Utara tidak menyerang pengawal kekaisaran dari ibu kota. Namun, mereka mengepung kereta kuda Jenderal Tie You. 30.000 pasukan dari Kamp Utara sudah mengamuk. Menurut pejabat dari Xia, orang di dalam kereta itu, seorang pemberontak dari Yan Bei, adalah dalang dari rencana jahat itu. Kita sudah kehilangan lebih dari 20 saudara di garis depan karena pasukan Xia. Para pasukan dari Kamp Utara, karena sudah melihat darah, menjadi semakin sulit dikendalikan."     

Li Ce bertampang serius dan marah. Matanya menyipit bagai rubah. Dengan dingin, dia menjawab, "Zhao Chun Er tidak bisa melakukan semua ini sendirian. Ada yang aneh di balik semua ini."     

Kabut pagi sudah mulai menghilang, membuat sinar matahari muncul kembali dan menyinari Alun-alun Mawar. Baju perang perak pasukan tersebut memantulkan cahaya matahari, tampak megah. 30.000 pasukan dari Kamp Utara berdiri di tangga batu alun-alun. Mereka semua masih muda, wajah-wajah mereka membawa rasa tidak takut yang berasal dari ketidaktahuan dan kurangnya pengalaman. Para prajurit bangsawan ini, yang tumbuh besar di Tang Jing yang damai, menatap kereta kuda yang sudah dipojokkan ke atas panggung. Cara mereka memegang senjata-senjata di tangan mereka membuat suara-suara berdentang.     

Berdiri di atas Alun-alun Mawar yang tinggi, melihat Tang Jing yang menakjubkan …. Tembok-tembok yang megah, istana-istana yang menyolok, baris demi baris rumah-rumah dan toko-toko … para prajurit yang membawa senjata dan para warga sipil yang menonton dari kaki alun-alun … Chu Qiao tiba-tiba merasa damai. Angin sangat kencang, dan meniup mantelnya. Bagian bawah pakaiannya berkibar di udara, seperti burung yang merentangkan sayapnya. Dia mengulurkan tangannya dan melepaskan topi dari kepalanya, memperlihatkan wajah yang cantik dan tegar serta sepasang mata yang terlihat damai!     

Saat itu juga, suara orang-orang berdiskusi keras datang dari semua arah. Satu bulan lalu, lukisan wajah Chu Qiao tersebar di wilayah Tang dari Xia, ditempelkan di semua jalan. Para murid dari Aula Shang Wu telah berulang kali mempelajari taktik perangnya yang bagaikan ninja. Namun, pada saat ini, mereka tercengang ketika mereka melihat gadis muda yang bahkan belum berusia 18 tahun tersebut.     

Inikah pemberontak dari Yan Bei yang menyelinap masuk ke ibu kota Xia sendirian untuk menyelamatkan Garnisun Utusan Barat Daya?     

Inikah jenderal ternama yang memimpin 4.000 pasukan menempuh perjalanan panjang, tanpa kalah satu pertempuran pun?     

Inikah pemimpin dari Yan Bei yang melarikan diri dari cengkeraman Kekaisaran Xia lebih dari sepuluh kali selama perjalanan panjang itu?     

Inikah dalang yang menyusupi Tang secara diam-diam untuk membuat rencana yang begitu jahat?     

"Saya adalah pengawal Putra Mahkota, Tie You! Suruh kapten kalian untuk keluar dan menemui saya!" Tie You telah terluka parah namun berdiri tegap di depan Chu Qiao. Pria muda itu bagaikan gunung yang megah, dengan pandangannya yang penuh tekad, alis yang tebal, dan sikap tubuh yang tegap. Dia mengarahkan pedangnya ke arah pasukan dari Kamp Utara, dan membentak, "Suruh Lu Fang Shan untuk keluar dan menemui saya!"     

Dia tidak tahu kalau para petinggi dari Kamp Utara telah memasuki Istana Jin Wu untuk meminta sang kaisar menyerang Yan Bei. Pasukan ini ditinggalkan di tangan beberapa orang komandan muda.     

Pedangnya tajam dan berat, memancarkan aura haus darah. Sekelompok prajurit sekitar sepuluh orang berusaha menyerbunya. Mereka memakai seragam dari Kamp Utara, namun serangan mereka menyerupai serangan dari prajurit Xia. Namun, sudah terlambat. Tie You berteriak dengan marah, "Apa kalian sedang mau memberontak dengan berkumpul di sini?"     

200 pasukan melindungi Chu Qiao. Sebagian besar dari mereka telah terluka. Salah satu dari mereka memiliki panah yang menembus dadanya namun tidak roboh. Dia memegang tombaknya dan berdiri tegak, menggunakan tubuhnya untuk melindungi Chu Qiao dari panah tersebut.     

"Putra Mahkota telah ditipu oleh iblis jahat ini, membuatnya melindungi dan menjaga Yan Bei. Kita adalah prajurit dari Tang, pasukan petarung negara ini! Kita tidak bisa duduk diam dan melihat negara kita menerima penghinaan seperti ini sambil membiarkan iblis ini berjalan bebas!"     

Sebuah suara tak dikenal meledak dari tengah kerumunan. Para prajurit itu, yang sudah mulai tenang, kembali merasakan dorongan adrenalin. Mereka berteriak, "Betul! Kita tidak bisa membiarkan dia pergi!"     

"Pangeran dipenuhi nafsu. Dia pasti telah dibohongi oleh iblis wanita ini!"     

"Pemberontak dari Yan Bei! Kamu berani menghina Kekaisaran Tang! Kamu harus mati!"     

"Bunuh dia!"     

Saat angin berembus lalu, tatapan di mata orang-orang ini terlihat jahat. Chu Qiao tahu kalau pada saat ini, apa pun yang dia katakan tidak akan berguna. Kemarahan para prajurit ini cukup untuk membakar apa pun yang ada di jalan mereka. Dia sudah melihatnya sendiri dalam pertempuran di Barat Laut dan Kota Zhen Huang. Dia memanggil Tie You dengan keras, namun pria itu tidak menoleh. Suaranya sudah sangat kencang tetapi terlihat lemah di antara sorakan riuh itu.     

"Pergi sekarang! Cari Li Ce, hanya dia yang bisa mengendalikan keadaan ini!" Tie You tidak menoleh, namun suaranya membawa keyakinan seorang prajurit. Pada saat ini, dia bukan lagi seorang ayah muda yang tersenyum saat membicarakan putrinya—dia adalah seorang prajurit penuh tekad. Kata demi kata, dia menjawab, "Putra Mahkota memerintahkan kepada saya untuk melindungi anda."     

"Saudaraku, serang! Kita bukan pemberontak! Kita sedang melindungi kehormatan negara kita! Sejarah akan mengingat kita! Keturunan kita akan menilai kita dengan adil. Tindakan kita hari ini sangat bersejarah! Kita akan menggunakan darah kita untuk membuktikan kesetiaan seorang prajurit!"     

Sebuah kibasan tajam menggema, bersama dengan raungan yang memekakkan telinga di udara. Rambut Tie You berdiri, dan dia mengeluarkan raungan seperti singa! Dia mengayunkan pedangnya, menjadi sebuah bayangan hitam dengan gerakannya yang cepat. Dalam sekejap, dia melompat ke dalam kerumunan prajurit dari Kamp Utara dan mulai menebas mereka, membuat darah memercik dan membentuk setengah lingkaran. Bagaikan binatang buas yang melolong di tengah hujan, Tie You memegang pedangnya di satu tangan dan mengangkat seorang prajurit muda dari Kamp Utara di tangannya yang lain sampai lebih tinggi dari kepalanya sendiri!     

"Kalau kamu mau berbicara, mengapa tidak berbicara dengan terang-terangan? Mengapa kamu bersembunyi di balik orang lain!"     

Dengan bunyi berdebum, Tie You melemparkan orang itu ke lantai, membuat debu beterbangan. Tie You maju beberapa langkah, menatap mata takut pria itu dengan tatapan yang mematikan. "Siapa kamu? Apakah kamu prajurit dari Kamp Utara? Saya dari Kamp Utara. Mengapa saya tidak pernah melihat kamu sebelumnya?"     

Pria itu mundur ketakutan, dan menjawab dengan terburu-buru, "Komandan, apa yang ingin anda lakukan? Anda bisa menutup mulut saya, tetapi apakah anda bisa menutup mulut seluruh dunia?"     

"Saya hanya bertanya ini kepadamu. Siapa kamu?"     

"Haha," pria itu tiba-tiba tertawa. "Komandan, anda adalah prajurit dari Tang. Bukannya menangkap pemberontak yang menentang kita, anda malah menanyakan siapa saya. Apakah anda tidak tahu mana yang lebih penting? Saya hanya prajurit biasa. Saya tidak punya penghargaan apa pun, kemampuan sehebat anda, atau pun status seperti anda! Namun, saya memiliki ciri-ciri seorang prajurit, hati yang cinta kepada tanah air!"     

Tie You menarik kerah pria itu dengan marah. "Kamu bukan dari Tang! Kamu dari Xia! Apa tujuan yang kamu sembunyikan, berusaha menabur perselisihan di sini?"     

"Jenderal Tie You!" pria itu meninggikan suaranya dan berkata. Dengan mata merah, dia berteriak, "Dahulu anda menjadi kebanggaan Kamp Utara! Dahulu anda adalah idola kami! Apa yang terjadi pada anda sekarang? Anda mengikuti sang Putra Mahkota, memaafkan kesalahannya, membiarkan dia mengabaikan kepentingan negara ini, mempermalukan seluruh Kekaisaran Tang! Di mana prajurit di dalam anda? Apakah nurani anda sudah dimakan oleh anjing?"     

Angin bertiup kencang, membuat bahkan matahari sekali pun terasa dingin. Kerumunan mulai terhasut, dengan banyak teriakan dan suara yang menggema di sekitar. Mata Tie You merah karena murka. Dia membentak, "Akan kubunuh kamu kalau kamu masih terus mengoceh!"     

"Kalau begitu bunuh saja aku!" Pria itu tidak bergeming. Dia mengangkat tangannya ke arah para prajurit dari Kamp Utara, dan berkata, "Kalau darah saya bisa membuat jiwa-jiwa Tang kembali meluap, saya akan mati tanpa penyesalan! Para leluhur, Kaisar Wu, Orang Suci Xuan, Jenderal Gao Lie, Raja Ling, mereka sedang mengawasi kita! Panjang umur Kekaisaran Tang!" Setelah menyelesaikan kalimatnya, pria itu mencondongkan tubuhnya, menusukkan dirinya ke pedang milik Tie You!     

Saat itu juga, kerumunan tersentak kaget. Pedang yang dingin itu telah memotong tenggorokan pria tersebut. Darah mengalir keluar ke atas tanah. Tie You tersentak, dia mundur beberapa langkah dan membiarkan mayat tersebut jatuh ke tanah di Alun-alun Mawar.     

Tubuh pria itu tidak menyentuh lantai, karena sarung pedangnya menopang tubuhnya. Dia tidak bisa berbicara walaupun dia berusaha. Seteguk besar darah mengalir keluar dari mulutnya, menodai baju perang perak di depan dadanya. Mawar perak itu tampak mekar, memancarkan aura yang jahat!     

Di belakang kerumunan, Chu Qiao perlahan menutup matanya. Dia tahu kalau sekarang sudah terlambat.     

"Bunuh wanita itu!" sebuah suara tak dikenal menggema. Kerumunan yang marah itu, bagaikan air yang mengalir keluar dari bendungan yang runtuh, menyerbu ke arahnya!     

"Tie You! Pergi! Cari Li Ce!"     

Tie You memegang pedangnya dan meludahkan darah di mulutnya. Dia berkata dengan suara rendah, "Putra Mahkota menyuruh saya untuk melindungi anda."     

Dengan sekelebat, Chu Qiao mengambil pedang dari seorang pengawal kekaisaran yang telah gugur dan menatap dingin para prajurit yang sedang mendekati dirinya. Perlahan, dia berkata, "Baiklah kalau begitu. Mari kita bertempur bersama!"     

"Haha! Bisa bertempur di sisi jenderal ternama dari Xia, saya tidak akan menyesal walaupun mati!"     

Suara langkah kaki memekakkan telinga. Para prajurit muda melepaskan pekikan perang yang membahana. Walaupun kekuatan lawan di hadapan mereka hanya sekitar dua ratus, mereka bersikap seakan mereka ada di medan perang di barat laut, atau di Liao Dong. Baju perang perak mereka bagaikan salju longsor, membungkus seluruh Alun-alun Mawar. Mereka mengangkat pedang mereka, perlahan bergerak maju. Tanah berguncang di bawah kaki mereka. Pasukan ini bagaikan gunung yang tinggi, menelan semua yang ada di hadapannya.     

Tie You sangat berotot, dia berdiri tegap. Dia bergabung dengan tentara pada usia empat belas tahun, ikut serta dalam pertempuran untuk mempertahankan Liao Dong dan untuk membasmi pemberontak di Nan Qiu. Dia bertugas sebagai prajurit pengintai, menempuh ribuan kilometer untuk menyampaikan kabar tentang peperangan militer, dikenal sebagai teladan dan idola para prajurit Tang. Pada saat ini, dia berdiri di sana sendirian. Bagaikan pisau tajam, semua orang yakin apa pun yang menghalangi jalannya akan ditumpas.     

"Untuk kejayaan kekaisaran!" Kamp Utara berteriak secara serentak. Para prajurit itu menyerbu ke depan bagaikan air yang mengalir!     

Tiba-tiba, semburan darah terbang di udara! Dengan satu ayunan tangannya, tiga kepala terbang di udara dan jatuh ke lantai seperti kol, lalu hancur terinjak oleh serbuan itu! Kedua pasukan bentrok, bagaikan dua tsunami yang bertabrakan satu sama lain. Gelombang demi gelombang darah terbang di udara. Suara senjata yang saling beradu memekakkan telinga dan menggema di udara. 200 pengawal berdiri dalam satu barisan untuk bertahan, posture mereka tegap.     

Walaupun Kamp Utara menang jumlah, mereka berdiri di tangga batu. Tidak sampai sepuluh persen dari mereka yang ada di atas panggung yang tinggi itu. Mereka bergegas menuju panggung namun tidak berdaya menahan pasukan yang dipimpin oleh Tie You.     

Barisan pertama, barisan kedua, barisan ketiga, barisan keempat …. Para prajurit itu tumbang baris demi baris. Mata muda mereka penuh semangat, bersama dengan darah mereka. Para prajurit Tie You, menghadapi rekan mereka sendiri, mulai merasa putus asa. Beberapa di antara mereka tidak ingin membunuh lagi, beberapa orang bimbang, dan yang lainnya berteriak, "Jangan naik kemari! Sudah jangan naik lagi!" Namun, dalam sedetik kebimbangan mereka, pedang-pedang diayunkan ke leher mereka. Detik berikutnya, leher mereka telah digorok oleh rekan-rekan mereka sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.