Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 118



Bab 118

0Chu Qiao dan Zhuge Yue memulai hobi kesukaan mereka—berdebat—sampai ketika mereka tiba-tiba mendengar suara langkah dari luar. Terkejut, mereka berdiri dan menggenggam belati mereka masing-masing.     

Saat mereka mau keluar dari tenda untuk memeriksa, tiba-tiba mereka mendengar suara benturan, dan dua bayangan kecil melompat ke dalam tenda, dan saat melakukan itu, mereka hampir merobek tirai pintu masuk!     

Terkejut, Chu Qiao dan Zhuge Yue saling menatap. Setelah itu, Chu Qiao membuka mulutnya, dan bertanya, "Nak, apa yang kamu lakukan?"     

Wajah Xing Xing berwarna hitam, dan matanya sangat merah. Dia memegang seorang anak yang lebih kecil darinya. Mendengar suara Chu Qiao, air mata mulai mengalir turun di pipinya.     

Terlihat sangat marah, Zhuge Yue dengan tidak sabar memelototi anak-anak yang seperti baru berguling-guling di arang. Dengan muram, dia memarahi mereka, "Siapa yang mengizinkan kalian masuk? Keluar!"     

"Uwuuuu …." Anak yang satunya, kelihatan baru berusia empat atau lima tahun, mendongak. Wajahnya hitam, dan matanya besar dan bundar. Sambil cemberut, dia melihat Zhuge Yue dengan polos. Bagaikan binatang kecil yang meratap, dia merangkak ke arah Zhuge Yue dengan tangannya yang montok.     

Zhuge Yue sudah melihat begitu banyak peperangan dan pertempuran dan tidak pernah merasa takut. Namun pada saat ini, dia tiba-tiba panik, dan menunjuk ke anak kecil itu sambil berteriak, "Kamu … kamu! Jangan mendekat. Aku suruh kalian keluar!"     

"Wah!!" Suara tangisan anak itu pecah saat dia melompat ke arah Zhuge Yue, lalu memeluk pria itu. Sambil membasahi pakaian Zhuge Yue dengan air mata dan ingusnya, anak itu tiba-tiba berteriak, "Ayah!"     

Saat itu juga, wajah Zhuge Yue langsung merah padam. Ekspresinya sangat berlebihan dan bisa dibilang dia "benar-benar kebingungan". Dengan mulut menganga, dia menoleh ke Chu Qiao, lalu buru-buru berkata, "Siapa ayahmu? Lepaskan! Kalau tidak, aku akan memberi kamu pelajaran!"     

"Ayah!" Anak itu bahkan belum sampai panggul Zhuge Yue, namun dia memeluk paha Zhuge Yue sekuat tenaga sambil menangis kencang, "Ayah! Ayah!"     

Anak kecil itu bisa terluka parah jika Zhuge Yue mau menendangnya. Takut anak itu akan terluka, Zhuge Yue tidak bisa memukulnya, tetapi karena anak itu melekat erat padanya, Zhuge Yue juga tidak bisa mendorongnya. Pada akhirnya, dengan polos pria itu berbalik dan meminta tolong pada Chu Qiao. "Aku benar-benar bukan ayah anak ini."     

Dia sendiri tidak mengerti mengapa dia merasa perlu menjelaskan ini kepada Chu Qiao, tetapi saat dia melihat ada sedikit rasa geli di wajah terkejut Chu Qiao, pria itu dengan cepat menjadi marah.     

Walaupun Chu Qiao merasa hal ini sangat lucu, tetapi dia memikirkan kejadian yang aneh ini. Sadar kalau dia tidak akan mendapat jawaban dari anak yang sedang menangis sambil menempel pada Zhuge Yue, gadis itu berbalik badan. Dia menatap Xing Xing dan bertanya, "Xing Xing, siapa dia? Ada apa ini?"     

Sebelum Xing Xing menjawab, bocah kecil itu tiba-tiba berbalik badan, seakan-akan dia baru menyadari kalau Chu Qiao juga ada di dalam ruangan itu. Sambil mengulurkan tangannya, dia terisak, "Ibu!"     

"Kamu anak dari keluarga Ouyang?" Zhuge Yue bertanya setelah menyadari pakaian mewah yang dikenakan anak itu. Di dalam tenda kecil itu, mereka berempat duduk melingkar untuk meluruskan masalah ini.     

Bocah itu tampaknya sangat ketakutan, seperti kelinci yang terkejut. Sambil meringkuk, dia mencuri pandang ke arah Zhuge Yue, lalu mengulurkan tangannya dan menarik lengan baju Zhuge Yue. Dia terisak-isak, "Ayah …."     

"Aku bukan ayahmu!"     

Zhuge Yue menepis tangan anak itu. Mulut anak itu langsung merengut, seperti akan mulai menangis lagi, namun dia menahannya dan berusaha agar tidak menangis.     

Sambil mengerutkan alisnya, Chu Qiao berbalik ke anak yang satu lagi, dan bertanya dengan sedih, "Xing Xing, apakah kamu yang membawa dia kemari?"     

Walaupun anak itu masih muda, Xing Xing sangat pandai. Mendengar pertanyaan Chu Qiao, dia menundukkan kepalanya dan tetap diam.     

"Kalau kamu tidak mau mengaku, aku akan melemparkan kalian berdua keluar sekarang juga."     

Xing Xing segera mengangkat kepalanya. Sambil mengedipkan matanya yang besar, dia menjawab dengan suara anak-anak, "Kalau begitu, kalau saya memberitahukan yang sebenarnya, bisakah anda hanya mengusir saya?"     

Saat mendengar itu, Chu Qiao tercengang, dan kerutan alisnya memudar. Chu Qiao dengan cepat menenangkan dirinya, dan bertanya, "Xing Xing, apakah kamu tidak tahu kalau membawanya kemari akan membuat masalah bagi kami?"     

"Aku … tahu." Sambil cemberut, anak itu merengut dan menjelaskan, "Aku tidak bisa membawanya ke tendaku sendiri. Ayah akan mengabari Tuan Lim …."     

"Jadi, kamu membawanya kepada kami?"     

Sambil mendesah, anak itu mengangguk.     

"Apakah kalian saling mengenal?"     

"Kami adalah teman baik!" Xing Xing menengadah, dan wajahnya tampak lebih serius dari sebelumnya. Dia membusungkan dadanya, seakan-akan dia mau membacakan pidato penting, lalu berkata dengan yakin, "Kami bermain bersama selama perjalanan!"     

"Ayah …." Anak kecil di samping itu berusaha menarik lengan baju Zhuge Yue lagi. Sambil merengut, dia terus terisak, "Mo Er lapar."     

Setelah dipelototi oleh Zhuge Yue, anak itu menoleh ke Xing Xing. Di dalam pandangannya, terlihat ketidakberdayaan karena kelaparan dan karena diganggu, dan tidak ada sedikit pun tanda bahwa dia mengerti arti menjadi seorang "teman".     

"Tunggu sebentar lagi!" Sambil menepuk bahu anak itu, Xing Xing menenangkannya.     

Baik Zhuge Yue maupun Chu Qiao terkejut melihat ini. Anak gadis itu sudah mengambil begitu banyak risiko untuk menyelamatkan seseorang yang dia temui saat bermain selama perjalanan. Kata "teman" terdengar begitu tegas dari mulutnya sampai-sampai Zhuge Yue dan Chu Qiao mulai merasa kagum pada gadis kecil ini.     

Persahabatan seperti itu mungkin sudah punah di dunia orang dewasa.     

Wajah Chu Qiao melembut, dan dia lanjut bertanya, "Bagaimana kamu menemukan dia? Di mana kamu bersembunyi beberapa hari ini?"     

Melihat wajah Chu Qiao sudah melunak, Xing Xing tidak lagi takut untuk berbicara. Dengan bangga, dia mulai menjelaskan yang dia alami, "Semalam, banyak prajurit yang datang. Saya ketakutan, jadi saya bersembunyi di tumpukan rumput di belakang. Lalu, saya melihat seorang paman yang saya kenali. Dia dari keluarga Mo Er. Di punggungnya ada seekor burung besar, seluruh tubuhnya berlumuran darah. Dia memeluk Mo Er dengan erat, namun dia sendiri sudah meninggal. Mo Er ketakutan sampai kaku, dia bahkan tidak berani menangis, dan wajahnya sepucat kertas. Saya menarik Mo Er keluar dari pelukan paman itu. Saat para prajurit pergi, saya membawanya pulang."     

"Membawanya pulang?"     

"Iya, tapi Ibu menolak untuk membiarkan kami masuk. Saat melihat Mo Er, Ayah panik dan ingin melaporkannya. Saya tahu kalau sampai para prajurit itu tahu, Mo Er akan dibunuh seperti paman itu. Jadi saya menyeretnya keluar dan kabur. Sepanjang hari, saya bersembunyi di tumpukan rumput."     

Mo Er duduk membungkuk di lantai, sama sekali tak bertenaga, seakan-akan dia tidak menyadari kalau ketiga orang lainnya sedang membicarakan dirinya. Dia benar-benar kelelahan. Setelah bersembunyi begitu lama, dan dikejar-kejar oleh orang yang ingin membunuhnya, dia kelaparan dan kehausan. Ditambah lagi, "ayah" baru ini sangat galak. Anak itu sama sekali tidak tertarik dengan percakapan mereka, dan dia sudah hampir tertidur.     

"Lalu kenapa kamu bawa dia kemari?"     

"Aku-aku …." Sambil merengut, Xing Xing mengumpulkan keberaniannya, lalu berbisik, "Kakak, anda sangat bersahabat, dan … paman ini sangat galak dan kuat."     

"Paman?" Mata Zhuge Yue membelalak, dia menjitak kepala Xing Xing perlahan. "Bocah, jangan sembarangan panggil!"     

Malam sebelumnya, keluarga Wang, Jia dan Ouyang telah dibantai sepenuhnya, dan mungkin Mo Er adalah satu-satunya yang selamat. Tentu wajar kalau keluarga Ouyang mempertaruhkan segalanya untuk menolong dia keluar dari kepungan itu namun mereka dicegat dan dia terbunuh setelah itu. Kebetulan sekali anak gadis itu menemukannya, dan menyembunyikannya. Keluarga Liu pasti mengira Mo Er telah diselamatkan, dan karena itu, mereka akan mulai mencari ke luar. Mereka tidak akan menyangka kalau Mo Er selama ini berada di dalam perkemahan. Mungkin, karena orang tua Xing Xing tahu anak itu diselamatkan oleh putri mereka, mereka tidak berani melaporkan hal ini.     

Sambil menghela napas, Chu Qiao melihat ke Xing Xing dan berkata, "Xing Xing, apakah kamu tahu apa yang kamu lakukan ini sangat berbahaya?"     

"Iya, saya tahu," Wajah gadis itu terlihat sedih. Dia masih tidak mengerti kenapa temannya yang kaya itu tiba-tiba menjadi seperti ini dalam satu malam. Sambil menggaruk kepalanya, dia melanjutkan, "Tetapi apa lagi yang bisa saya lakukan?"     

Memang, apa lagi yang bisa dia lakukan? Mengkhianati temannya?     

"Jadi inilah alasan kamu membawanya kepada kami, dan mengajarinya untuk memanggil kami 'Ayah' dan 'Ibu', untuk mendapatkan simpati dari kami, betul?"     

Kepala anak gadis itu semakin menunduk, karena dia tahu apa yang telah dia lakukan bukanlah hal yang terhormat. Setelah menarik napas dalam-dalam, Chu Qiao menarik Xing Xing ke dalam pelukannya, dan mendesah, "Anak yang baik."     

Di saat ini, dengan suara kecil, bocah itu merosot ke dada Zhuge Yue, dan tertidur. Dengan menggunakan kaki Zhuge Yue sebagai bantalan, air liurnya menetes saat dia mendengkur.     

"Bangun! Siapa yang mengizinkanmu tidur di sini? Bangun!"     

Dengan polosnya, anak itu membuka matanya, dan melihat wajah Zhuge Yue yang marah. Sambil menggosok matanya, dia berbisik perlahan, "Aku sangat lapar …."     

Di saat itu, terdengar suara banyak langkah kaki dari luar tenda. Bagaikan kelinci yang ketakutan, kedua anak kecil itu melompat. Bagai induk ayam yang melindungi anak-anaknya, Xing Xing menarik lengan Mo Er, dan saat dia tidak menemukan tempat untuk bersembunyi, dia menunduk di belakang Chu Qiao.     

Dari tangan kecil mereka yang menarik pakaiannya, Chu Qiao bisa merasakan kegelisahan mereka. Suara langkah kaki itu melewati tenda tanpa berhenti, dan langsung berlalu. Jelas kalau orang-orang itu bukan mencari mereka.     

"Kakak, saya akan pulang," Xing Xing berkata, wajahnya masih pucat. "Saya takut orang tua saya akan menyebarkan berita ini. Saya akan pulang untuk melihat keadaan."     

Setelah melihat ke Xing Xing, Chu Qiao berbalik dan menatap keturunan muda dari Ouyang itu. Dia sudah menetapkan pikirannya. Sambil melihat ke arah Mo Er, dia berkata, "Kalau kamu mau makan, pergi dan minta pada pria itu."     

Tercengang, bocah itu melihat ke arah Zhuge Yue. Terintimidasi oleh wajah tidak senang Zhuge Yue, dia meringkuk ke depan, lalu tiba-tiba berlutut di lantai. Sambil bergumam, dia mulai bersujud memberi hormat. Dengan suara benturan yang kencang, dahinya membentur lantai, kata-katanya menjadi mulai jelas saat dia meratap, "Saya mohon pada anda, saya mohon pada anda."     

Bahkan untuk anak berusia empat tahun, dia mungkin sudah tahu keadaan apa yang menunggunya. Dengan hancurnya keluarga dia, bahkan dengan usianya yang masih muda, mungkin dia mengerti kalau masa depannya tidak cerah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.