Nirwana Monster

Xue Luo Muncul Kembali



Xue Luo Muncul Kembali

1

Pintu kayu hijau dihancurkan oleh hantaman sinar gelap. Yi Yeyu mulai meludah darah karena terluka oleh serangan itu.

Piton Hitam mendesis kencang dari puncak Gunung Salju. Suara itu terdengar seperti serangan spiritual.

Lin Huang dan sisanya yang berada 10 kilometer jauhnya, merasakan sakit kepala setelah mendengar suara gemuruh. Tiba-tiba, sinar gelap itu ditembak lagi. Semua orang panik, sementara itu sinar telah menembus punggung dan menghujam perut Yi Yeyu. Sebuah lubang sebesar kepalan orang dewasa muncul di perut Yi Yeyu. Tembus pandang.

Yi Yeyu lagi-lagi meludah darah, kemudian jatuh ke tanah. Lin Huang buru-buru membawanya. Yi Zheng tidak percaya melihat kejadian itu. Ia tidak tahu bagaimana harus bereaksi, hanya bisa menggenggam tangannya.

"Yeyu!" Melihat adik perempuannya yang sedang sekarat, tangan Yi Zheng gemetar.

"Maaf...Ini semua salahku..." Yi Yeyu tidak memiliki kekuatan untuk berbicara lagi, tapi ia berhasil mengatakan, "Jika bukan untukku...kalian semua tidak akan ada di sini..."

"Gadis bodoh, kau adalah adikku. Sampai nanti kau menikah, aku akan mengikutimu ke mana pun kau pergi. Ini adalah tanggung jawab saudara laki-laki. Aku minta maaf karena tidak bisa melindungimu," ujar Yi Zheng, air matanya mengalir tak tertahankan.

Mata Lin Huang juga terasa berair.

"Aku belum pernah melihatmu menangis sejak aku berumur lima tahun," Yi Yeyu mengangkat satu jari dan menghapus air mata dari wajah Yi Zheng. "Apakah kau masih ingat...saat itu ketika aku diganggu oleh sekelompok orang, anak-anak yang lebih tua, kau berdiri membelaku melawan mereka dan ketika mereka memukul dan menendangmu, kau tidak mengatakan apa-apa atau bahkan melawan...dan setelah kubertanya mengapa kau tidak menangis. Kau berkata,kau adalah seorang pria dan bahkan jika kau mati, kau tidak akan pernah menangis di depan adikmu. Kau baru tujuh tahun pada saat itu."

"Maafkan aku, aku melanggar janjiku..." Yi Zheng mencoba tertawa.

Yi Yeyu kemudian memutar kepalanya perlahan ke Lin Huang, "Aku ingin kau tahu bahwa kau adalah laki-laki yang paling luar biasa yang pernah kutemui dan aku tidak ingin kau mati di sini...jika kau selamat dan tetap hidup, kau bisa menjadi laki-laki sebaik kakakku." Lin Huang mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Kau ingin melihatnya tumbuh dewasa?" Piton Hitam berkata dengan licik.

"Aku akan memastikan itu tidak pernah terjadi!"

Sejumlah tali tipis berwarna hitam muncul dari udara dan mengikat simpul di sekitar pinggang Lin Huang. Lin Huang ditarik ke arah mulut Piton Hitam. "Oh tidak, aku akan mati. Memang benar bahwa kemungkinan seorang pemain mati sangat mungkin," pikiran Lin Huang seketika buyar, digantikan oleh perasaan terlepas.

Ia bingung dan menyadari bahwa ia mengambang di depan mulut Piton Hitam dan tali hitam di pinggangnya hilang.

Yi Zheng dan yang lainnya melihat dengan jelas saat tubuh Lin Huang mengambang di udara, ada rasa takut dan panik terpancar dari mata Piton Hitam.

"Mati!"

Sebuah kristal raksasa jatuh dari langit dan telapak raksasa menghantam Piton Hitam.

Tubuh Pitan Hitam tampak sekecil semut di bawah telapak raksasa. Sebelum kristal raksasa mendarat di tanah, tubuh Piton telah rata di tanah, matanya tak berdaya. Gunung Salju yang megah menjulang bergetar karena serangan itu. Seolah-olah Dewa telah menghukum Bumi. Lin Huang menatap kosong ketika telapak raksasa yang tampak seperti tangan Buddha mendarat satu meter di depannya. Gunung Salju runtuh luluh lantak rata setelah serangan. Tubuh Piton Hitam tertimbun oleh Gunung Salju dengan kepala hancur.

"Itu menakutkan..." Lin Huang berseru bukan karena ia menyaksikan bagaimana ular Piton Hitam tersebut mati terbunuh, tetapi karena ia berdiri sangat dekat dengan Piton Hitam, tapi tidak merasakan dampak apapun. Bahkan bangunan dan penduduk di Kota Gunung Salju tidak hancur oleh runtuhnya gunung. Jelas bahwa orang yang menyelamatkan Lin Huang jauh lebih kuat daripada Piton Hitam. "Bagaimana kabarmu, Tuan?" Suara keras namun hangat datang tidak jauh.

Lin Huang melihat ke arah cakrawala, Xue Luo berjalan ke arahnya di udara dengan tanpa alas kaki. Ada seorang lelaki tua dengan jenggot putih di belakangnya. "Nyonya Xue Luo?!" Lin Huang terkejut, ia pikir ia tidak akan pernah melihatnya lagi. Ia memandang lelaki tua itu dengan kebingungan, "Bolehkah kutahu kau bersama siapa?"

"Tuan Lin, ini aku Bing Wang. Aku tidak menyalahkanmu karena tidak mengenaliku, karena aku terlihat berbeda." Orang tua itu tertawa.

"Tuan Bing Wang..."

"Apakah Xue Luo yang telah menyelamatkanku?" Lin Huang mencoba menerka-nerka, menjawab tanda tanya yang muncul di kepalanya.

"Bukan, itu bukan aku," Xue Luo tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Tuan Lin, sudah lebih dari 700 tahun lalu kemunculanku. Aku yang telah menyelamatkanmu," Bing Wang menjelaskan.

"Oh, terima kasih banyak, Tuan Bing Wang dan kau juga Nyonya Xue Luo," Lin Huang tidak tahu bahwa Bing Wang sangat kuat sehingga ia bisa membunuh monster Tingkat Sakti hanya dengan satu tangan.

"Biarkan aku mengambil jiwanya untukmu. Ketika kau sudah menjadi pemburu Tingkat Sakti, kau bisa melatihnya ke dalam jiwa bertarungmu." Xue Luo kemudian menghilang, meninggalkan Bing Wang dan Lin Huang.

"Ular ini bodoh. Ia melihat tindakan Tuan Lin tadi dan ia mengira itu adalah sihir. Ia mengira kau keturunan dewa," Bing Wang menggelengkan kepalanya dan tertawa.

"Jika ular itu tidak menargetkanmu, Nyonya Xue Luo tidak akan membiarkanku untuk mengganggu."

Lin Huang tidak memperhatikan apa yang dikatakan Bing Wang dan malah bertanya, "Tuan Bing Wang, bisakah kau membantu temanku?"

Bing Wang memandang Yi Yeyu dan tahu bahwa ia sedang sekarat. Ia menggelengkan kepalanya, "Roda Kehidupan wanita itu telah runtuh dan Cahaya Kehidupannya hampir hilang, tidak ada yang bisa kulakukan."

Lin Huang kesal atas jawabannya, tetapi Bing Wang berbicara lagi, "Namun, jika Tuanku mau mencoba, mungkin ada harapan."

" Nyonya Xue Luo!" Mata Lin Huang menjadi cerah. Ia ingat bahwa Xue Luo adalah bagian dari para dewa. Mungkin ia bisa menyelamatkan Yi Yeyu.

Mendengar teriakan Lin Huang, Xue Luo berjalan ke arah mereka dengan ular kecil hitam di tangannya. Ular itu semi-transparan, tampak ajaib.

Ia kemudian menyerahkan ular itu ke Lin Huang, "Aku telah mengambil kesadaran Piton Hitam ini. Sekarang kau dapat menyimpannya di Roda Kehidupanmu dan merawatnya. Kau dapat melatihnya ketika kekuatanmu telah mencapai Tingkat Sakti, ini akan menjadi jiwa pertempuranmu yang kuat. Meskipun telah bermutasi satu kali, ada sejumlah kecil darah naga di tubuh Piton Hitam. Jika kau merawatnya dengan benar, ada kemungkinan monster ini bermutasi untuk kedua kalinya dan kemampuannya akan berubah."

Lin Huang langsung memotong kalimat Xue Lo ketika selesai berbicara "Nyonya Xue Luo, aku tahu bahwa kau belum terlibat dalam apa yang terjadi di dunia ini selama lebih dari 700 tahun, tetapi aku harus meminta bantuanmu."

"Apakah kau menginginkanku membantu wanita di sana?" Xue Luo melihat ke arah Yi Yeyu dan melihat ular di tangannya. "Untuk menyatukan Roda Kehidupannya menjadi utuh kembali, akan membutuhkan jiwa yang sakti. Apakah kau bersedia menyerahkan jiwa monster yang berisi darah naga ini sebagai ganti nyawanya?"

"Tentu saja, ini lebih penting!" suara Lin Huang meninggi.

"Baiklah kalau begitu..." Xue Luo menyerahkan ular tersebut ke Lin Huang. "Simpan ini. Kupikir kau perlu ini untuk menyelamatkannya?" Lin Huang mendorong ular itu pergi.

"Aku hanya ingin bermain-main denganmu, aku masih punya jiwa monster lain untuk memperbaiki Roda Kehidupannya," Xue Luo tersenyum simpul.

"Sekarang, jika kau tidak mau menyimpan monster ini, aku tidak akan menyelamatkannya," Lin Huang merebut ular itu darinya. Xue Luo membawa mereka berdua dan turun dari langit di depan semua orang.

Meskipun mereka telah melihat telapak tangan raksasa itu sebelumnya, mereka bersikeras untuk berdiri di depan Yi Yeyu untuk melindunginya.

"Lin Huang, siapa orang-orang ini?" seseorang bertanya pada Lin Huang.

"Aku tidak punya waktu untuk menjelaskan, wanita ini bisa menyelamatkan Yi Yeyu, tolong minggir!" Sisanya bergerak tanpa bertanya lebih lanjut.

Xue Luo berjalan ke Yi Yeyu dan menggendongnya, ia menghirup nafas terakhirnya. Yi Zheng mendengar apa yang dikatakan oleh Lin Huang dan menatap Xue Luo dengan harapan. "Taruh ia di tanah berbaring menghadap ke atas, kalian semua tolong minggir," Xue Luo menginginkan ruang yang lebih luas. Setelah menempatkan Yi Yeyu di tanah, Yi Zheng melangkah ke sampingnya dengan tenang. Xue Luo meletakkan telapak tangannya di dada Yi Yeyu dan ada lapisan es yang mengalir ke tubuh Yi Yeyu.

Sesaat kemudian, Xue Luo tersenyum dan bergumam pada dirinya sendiri, "Fisik yang menarik, aku punya jiwa monster untukmu."

Seekor burung merah semi-transparan muncul di telapak tangan Xue Luo. Ia mengetuk burung merah dan burung itu terbang di antara alis Yi Yeyu.

Lapisan setipis es menyebar di seluruh tubuhnya dan segera seluruh tubuhnya tertutup es.

Terlihat jelas perut Yi Yeyu yang tadinya bolong, sudah tertutup lukanya. Semua orang mulai berbisik-bisik. Roda Kehidupan baru sedang disatukan. Ini berbeda dari Roda Kehidupan yang biasa. Sekarang, ada pola merah aneh di tengah Roda Kehidupan yang tampak seperti burung besar, merah dengan sayap lebar.

"Apakah aku mati?" Yi Yeyu merasa ia ditempatkan dalam kegelapan.

1

Ia mengingat sebuah deskripsi tentang kematian yang ditulis oleh seorang penulis yang disukainya, 'Kematian adalah kesepian dari kesadaran umat manusia di dalam kegelapan. Tidak bisa dilihat, tidak ada yang bisa didengar dan tidak ada yang bisa disentuh. Tidak ada yang mati. Itu adalah tempat tertinggi di mana semua manusia ditakdirkan tinggal.'

"Sekarang aku berpikir tentang itu, deskripsi mirip dengan apa yang aku rasakan saat ini..." Yi Yeyu mendengus. Ia tidak yakin berapa lama telah berlalu, berabad-abad atau mungkin hanya detik. Dalam kegelapan, Yi Yeyu telah kehilangan pemahamannya tentang waktu.

Cahaya menerpa dirinya. Rasanya seperti selubung hitam robek dan tangan berukir kristal mengulur ke arahnya di tengah-tengah kegelapan.

Sungguh tangan yang indah..." Yi Yeyu memegangnya, tangan itu terasa dingin. Tangan itu menariknya keluar dari kegelapan dengan tenaga yang kuat. Ia merasakan getaran dan ketika membuka matanya, ia melihat sekelompok orang mengelilinginya.

Lalu, ada sorak-sorai berseru, "Ia hidup!"


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.