CINTA SEORANG PANGERAN

Tidak Mungkin Arani Berkhianat.



Tidak Mungkin Arani Berkhianat.

0"Jangan tanyakan itu kepada hamba Yang Mulia. Kalau Yang Mulia sudah hilang kepercayaan terhadap orang lain maka Hamba kehilangan kepercayaan diri sendiri. Selama ini hamba begitu bangga dengan ilmu tentang mata - mata hamba. Tetapi dengan peristiwa ini malah hamba tidak yakin lagi apakah sebenarnya hamba adalah seorang mata - mata yang baik.     

Hamba beberapa hari ini bersama Imran, tidak sedikitpun hamba merasa kalau Imran bertingkah laku di luar kebiasaan. Ini sangat menyakitkan bagi hamba. Berbincang bersama, tertawa bersama, makan bersama dalam satu alas tetapi hamba sungguh tidak bisa membaca sedikit saja tingkahnya yang mencurigakan hamba. Mungkin Hamba akan resign saja sebagai jendral di pasukan Yang Mulia" Kata Amar akhrinya.     

Amar kehilangan kepercayaan dirinya dan dia merasa bahwa dia sudah tidak layak menjadi jendral Nizam. Nizam mengela nafas panjang mendengar kata - kata Amar.     

"Sungguh Aku tidak tahu lagi harus berbuat apa ? Seandainya Arani sampai berkhianat dan kau malah mengundurkan diri. Bagaimana Aku mampu menghadapi para tetua dan semua permasalahan yang terjadi. Di dalam pasukan ketentaraan ada banyak prajurit bawahan Imran. Bahkan diantara mereka Aku tidak tahu mana yang menjadi pengkhianat dan mana yang setia.     

Kau adalah andalanku untuk mencari tahu. Aku tidak bisa meminta tolong pada Jendral Rasyid karena tugas pokok Jendral Rasyid adalah mengatasi pemberontakan dari dalam kerajaan atau kaum sparatis.      

Jika Aku meminta dia untuk melibatkan dalam permasalahan ini, Aku takut ini akan semakin membebani pemikirannya dan Ia menjadi tidak fokus di dalam menghadapi pemberontakan." Kata Nizam kepada Amar.     

"Apakah Yang Mulia masih mempercayai Hamba ? " Kata Amar kepada Nizam.     

"Aku mempercayaimu bukan saja sebagai pengawalku tetapi juga mempercayai kemampuanmu. Bukan salahmu sampai tidak mengenali pengkhianatan Amar karena jangankan Kau, Aku sendiri kalau saja tidak mengalami hal ini sendiri Aku tidak akan pernah mempercayainya" Kata Nizam kepada Amar.     

"Baiklah Kalau begitu, Hamba akan mencoba menganalisa tentang Arani sebagai bantahan dari analisa yang Mulia. Mohon maaf sebelumnya Jika hamba salah. Tetapi sebelum hamba mengemukakan analisa hamba, Dapatkah hamba mengetahui mengapa Yang Mulia sampai berpikiran seperti itu ?" kata Amar bertanya dengan hati - hati kepada Nizam.     

"Arani sangat dekat dengan Imran. Dia memang orang yang selalu ada di sisiku tetapi terkadang Arani suka bertindak sendiri walaupun selama ini Aku dapat menerima segala macam alasannya. Aku juga pernah menghukumnya ketika Ia tidak melakukan hal yang tidak aku sukai.     

Aku takut ketika Pangeran Barry berhasil mempengaruhi Imran, saat itu juga Imran berhasil mempengaruhi Arani " Kata Nizam     

"Hamba sendiri sudah berpikir ke arah sana. Sepanjang hamba menangisi kematian istri hamba sebenarnya hamba juga sibuk memikirkan Arani tetapi hamba terus menepis prasangka itu. Mengingat karakter Arani yang begitu kuat.     

Arani adalah wanita pemberani yang pernah hamba kenal di dalam hidup hamba. Kesetiannya kepada Yang Mulia menurut hamba tidak bisa disangsikan lagi. Dia pernah berkata kepada hamba bahwa sebelum dia memiliki suami dia tidak akan pernah menikah kecuali atas seizin Yang Mulia.     

Selama ini di dalam hidup Arani, Yang Mulia adalah prioritas utamanya. Setelah memiliki suami maka bisa saja prioritas itu bergeser karena buktinya hari ini, Arani lebih memilih tinggal bersama suaminya dibandingkan dengan ikut pulang ke Azura. Tetapi sebelum hamba naik ke atas pesawat Arani berbisik kepadaku untuk selalu waspada dan menjaga Yang Mulia.     

Hamba hanya berharap bahwa itu adalah penunjang dari kebenaran analisa hamba walaupun curiga itu sebenarnya tetap ada" Kata Amar sambil masih ragu. Ali dan Fuad hanya menatap mereka berdua. Walaupun dua penjaga itu selalu ada disisi Nizam tetapi mereka terkadang masih tidak mengerti kalau mendengarkan pembicaraan tingkat tinggi.     

Hanya saja dugaan pengkhianatan terhadap Arani sungguh tidak masuk diakal menurut mereka sama tidak masuk diakalnya dengan pengkhiantan Imran kepada Nizam.     

Nizam menganggukan kepalanya walaupun masih terbersit keraguan dalam lubuk hatinya yang terdalam. Nizam sedikit lega karena Amar mengatakan hal yang menguatkan hatinya. Biarlah semuanya waktu yang akan menjawabnya. Nizam sangat tidak sabar ingin segera mendarat di Azura. Ia tidak sabar bukan karena ingin pulang kampung. Ia ingin segera menghubungi Arani sesampainya di Azura.     

***     

Pangeran Abbash baru saja selesai dipijat oleh istrinya. Tubuh putihnya bahkan masih berlumuran minyak zaitun ketika Ia membalikkan tubuhnya membuat Lila menjadi tersipu - sipu. Lila masih tidak dapat menahan debar hatinya setiap kali menatap ketampanan Pangeran Abbash.     

Lila selalu berpikir kalau ini adalah mimpi indah yang tidak akan pernah berakhir dan Ia akan selalu memimpikan suaminya. Ia selalu berharap akan selalu ada disisi suaminya hingga maut memisahkan mereka.     

Telunjuk ramping Pangeran Abbash menelusuri pipi Lila yang sekarang sedikit chubby karena makan terus. Pangeran Abbash terus menerus menyuruhnya makan agar persediaan ASI-nya cukup untuk anaknya. Pangeran Abbash tidak main - main ketika dia mengatakan bahwa Ia akan mencintai anak tirinya itu.     

"Kau sangat terampil memijat, apakah keahlianmu itu diperoleh saat bekerja di club malam ?" kata Pangeran Abbash membuat Lila terkejut.     

"Da..darimana Yang Mulia tahu, kalau aku pernah bekerja diclub malam?" Lila tiba - tiba merasa khawatir kalau Pangeran Abbash akan membenci dirinya kalau sampai tahu Ia pernah bekerja di club malam.     

"Aku tidak ingin membeli kucing dalam karung, ketika Aku dulu dijodohkan dengan Zarina oleh kakakku maka Aku menelusuri semua informasi tentang Zarina " Kata Pangeran Abbash sambil menarik tangan Lila sehingga Lila kemudian terjerembab di atas pelukannya.     

"Bukannya waktu itu Yang Mulia bersedia menikahi Zarina karena Yang Mulia ingin mendekati Putri Alena " Kata Lila sambil mencibir. Pangeran Abbash tertawa dan kemudian mengecup bibir merah yang mencibir itu.     

"Walaupun niat utamaku memang seperti itu tetapi tetap saja Aku menginginkan wanita baik - baik untuk menjadi istriku walaupun istri pura - pura" Kata Pangeran Abbash sambil tersenyum kecil.     

"Aku bersyukur Zarina menikahi Amar dan bukan menikahi dirimu. Amar sangat mencintai Zarina dan sekarang mereka akan hidup berbahagia di Azura. Coba kalau jadi menikah dengan Yang Mulia, Zarina pasti menderita lahir dan batin" Kata Lila sambil mengelus lengan mulus Pangeran Abbash. Tidak ada sehelai bulupun yang ada disana yang terlihat jelas.      

Bulu ditangan Pangeran Abbash begitu halus sehingga hampir tidak terlihat. Karena itulah lengan Pangeran Abbash mejadi terlihat sangat putih. Putih alami dari sananya.     

"Mengapa Kau berkata seperti itu. Walaupun pura - pura, Aku sudah bertekad tidak akan membiarkan wanita secantik itu. Secara fisik Aku akan tetap menganggapnya sebagai istriku dan akan menyentuhnya " Kata Pangeran Abbash sungguh tidak tahu malu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.