CINTA SEORANG PANGERAN

Jangan Kunci Aku, Arani



Jangan Kunci Aku, Arani

0Arani memaksa Jonathan untuk memegang senjata itu," Aku percaya kau mampu menggunakannya jadi cepatlah masuk ke dalam kamar mandi. Kau bisa keluar melalui jendela ventilasi udara yang ada di atas sana jika terjadi sesuatu " Kata Arani sambil mendorong Jonathan untuk masuk ke dalam kamar mandi.     

Jonathan bukannya menurut masuk ke dalam kamar mandi, Ia malah murka kepada Arani dan balas menepis tangan Arani yang sedang mendorong tubuhnya.     

"Berani benar kamu mendorong Aku masuk dalam kamar mandi dengan sebuah senjata. Ada apa ? Kau mau menyembunyikan Aku ?"Jonathan meradang kepada istrinya.     

"Ada pemberontakan di atas pesawat. Para penjaga berkhianat. Kau tahu masih ada sekitar sepuluh orang penjaga yang tinggal di sini untuk menjaga kita. Kalau yang di atas pesawat berkhianat maka 80% kemungkinan yang dibawah juga berkhianat. Para penjaga Pangeran Nizam adalah para prajurit terpilih dibawah pelatihan Aku, Amar dan Imran. Sementara komandonya terbesar ada di bawah pengendalian.     

Setaaan.. Imran, teganya dia mengkhianati Yang Mulia Nizam. Aku akan membunuhnya dengan kedua tanganku sendiri kalau seandainya dia belum dibunuh oleh Yang Mulia Nizam" kata Arani sambil kembali mendorong Jonathan masuk ke dalam kamar mandi. Tapi Jonathan mendorong balik istrinya.     

"Aku bukan anak kecil. Aku tidak mau masuk kamar mandi dan menunggu kau menyelamatkan Aku. Aku bukan putrimu dan kau bukan pangeranku. Aku suami yang harus melindungimu. Aku tidak akan diam saja melihat kau dalam bahaya.     

Kau jangan meremehkan Aku. Aku sudah kalah di atas tempat tidur masa dipertempuran juga aku harus kalah" Kata Jonathan dengan muka merah padam karena marah.     

Tetapi Arani malah berkaca - kaca melihat kemarahan Jonathan. Ia memeluk suaminya dengan erat.     

"Terima kasih sudah menjadi suamiku. Demi nyawa kita yang ada dalam genggaman Alloh SWT. Aku sama sekali tidak meremehkanmu tetapi Aku takut kehilanganmu. Aku tidak bisa hidup tanpamu, suamiku" Kata Arani sambil memeluk Suaminya dengan erat dan air matanya menetes. Betapa cinta ini begitu merasukinya sampai ke dalam hatinya.     

Jonathan balas memeluk Arani dengan erat, "Kau pikir Aku tidak takut kehilanganmu? Aku mencintaimu. Teramat mencintaimu. Tolong untuk tetap di sisiku. Aku tidak ingin kau mengunciku di dalam kamar mandi. Arani Aku mohon.." Jonathan tiba - tiba berlutut di depan Arani dan memeluk pahanya Arani persis seperrti anak kecil yang memeluk lutut ibunya karena takut ditingglkan.     

Jonathan tahu ilmu istrinya sangat tinggi kalau sampai Arani menyeretnya ke dalam kamar mandi dengan kekuatannya maka Ia pasti tidak akan berdaya. Jadi jalan satu - satunya adalah berlutut dan memohon. Ia sudah kehilangan harga diri. Tetapi Ia lebih baik kehilangan harga diri daripada harus kehilangan Arani.     

Tubuh Arani menjadi tegak kaku karena merasa ternyuh dengan tingkah suaminya. Ini benar - benar sangat mengharukan. Ia mencintai Jonathan dengan begitu besar. Di awal pernikahannya terkadang Arani merasa bahwa Jonathan menikahinya hanya karena ingin dekat dengan Alena. Ia merasa hanya sebagai batu loncatan Jonathan.     

Tetapi semakin ke sini Ia semakin merasakan bahwa cinta Jonathan membuatnya semakin yakin kalau Jonathan memang mencintainya dengan setulus hati. Arani kemudian memegang bahu Jonathan dan berkata dengan suara yang bergetar.     

"Suamiku, jangan bertingkah seperti ini. Kau seharusnya ada diatas kepalaku bukannya ada dibawah kakiku. Bangunlah.. Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu di dalam kamar mandi. Ayo kita hadapi para pengkhianat itu bersama - sama dan kalaupun kita mati. Kita akan mati bersama - sama" Kata Arani sambil mengangkat tubuh Jonathan.     

"Tapi Aku tidak mau mati bersama - sama. Aku mau hidup bersama - sama. Ayo kita lawan mereka" kata Jonathan dengan penuh semangat sambil melangkah ke arah pintu tapi kemudian langkahnya terhenti karena Arani menarik kerah bajunya yang bagian belakang. Arani lalu menarik tubuh suaminya ke belakang tubuhnya.      

"Ikut bukan berarti kau bisa semaunya. Yang memegang kendali harus tetap Aku. Ingat dia adalah para pengawal yang terlatih dan bukannya para pemain basket" Kata Arani sambil melotot. Jonathan nyengir memerlihatkan senyum malunya. Ia paham sekali dengan perkataan Arani.     

"Ok..siap darling. Aku akan ada di belakang tubuhmu dan siap menembak " Kata Jonathan sambil kemudian menarik pelatuk senjatanya dan "Dor !! " Suara letusan senjata langsung menggetarkan ruangan kamar Arani. sebuah pot bunga berisi sekumpulan batang mawar merah langsung pecah dan menghamburkan isinya. Yaitu air dan batang - batang mawar yang langsung berjatuhan ke lantai.     

Jonathan sampai melonjak saking kagetnya. Wajahnya pucat pasi sambil memegang senjatanya yang berbau mesiu. Ia tidak mengira kalau letusannya begitu keras dan Ia juga tidak menyangka kalau senjata itu akan meletus padahal Ia cuma main - main menarik pelatuknya.     

Arani tidak kalah kagetnya mendengar suara letusan senjata yang dipegang suaminya, Ia berbalik dan menatap suaminya dengan tajam. Jonathan mengangkat kedua tangannya sambil ketakutan.     

"Honey..please don't going mad.. I am just kidding ( Sayang, tolong jangan marah. saya hanya bercanda )" kata Jonathan. Kalau saja yang dibelakang itu bukan suaminya tetapi orang lain. Mungkin Arani sudah menendangnya sampai jauh. Tetapi kepada suaminya sendiri mana Ia berani. Jadi tingkah konyol suaminya yang main - main dengan senjatanya, Ia tanggapi dengan senyum manis tetapi dalam hatinya luka. Jadilah senyum membawa luka.     

Bagaimana Arani tidak terluka, tingkah konyol suaminya menunjukkan kalau Jonathan sama sekali tidak memiliki keterampilan menembak. Dan Ia tidak tahu cara menggunakan senjata api. Jangan - jangan nanti dia malah akan menembak jempol kakinya sendiri. Sehingga kemudian Arani lalu mengambil lagi senjata itu di tangan Jonathan.     

Senjata ditangan orang yang salah bisa jadi sangat berbahaya. Ini persis seperti memberikan pisau ke tangan anak usia dua tahu. Alih - alih berguna itu pisau malah bisa melukai tubuh si anak itu. Jadi memang keputusan yang tepat untuk Arani mengambil kembali senjata api di tangan Jonathan. Daripada senjata itu nanti mencelakakan Jonathan sendiri. Karena senjata api itu sekali meletus maka pelurunya tidak akan bisa balik kembali.     

"Biar Aku yang pegang " kata Arani sambil menyelipkan senjata itu di punggungnya. Jonathan cemberut tetapi Ia tidak berani menolak karena memang sebenarnya Ia tidak tahu apa - apa tentang senjata api. Walaupun di Amerika, masyarakat sipil diperbolehkan untuk menyimpan senjata api tetapi tidak semua orang bisa menggunakannya. Termasuk Jonathan. Jonathan adalah seorang atlit basket dan Ia tidak pernah memiliki musuh jadi untuk apa Ia memegang senjata api. Tetapi Jonathan kemudian bertanya kepada istrinya.     

"Terus Aku harus memegang apa sebagai senjata? " Kata Jonathan bertanya kepada Arani.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.