CINTA SEORANG PANGERAN

Kemana Ali dan Fuad ?



Kemana Ali dan Fuad ?

0 Co-pilot tampak kaget dan Ia segera menjatuhkna tubuhnya berlutut dihadapan Nizam.      

"Bu.. bukan hamba yang membunuhnya. Hamba hanya senang Ia sudah mati. Dari tadi orang ini menodongkan pistol ke kepala pilot agar merubah arah pesawat ke pulau Jabari " Kata si co-pilot sambil ketakutan tetapi sebenarnya Ia sangat lega karena melihat Nizam selamat. Jadi kemudian si co-pilot lantas tengadah dan menatap Nizam seakan ingin memastikan bahwa yang berdiri di depannya adalah Nizam.     

Nizam mengerutkan kening melihat keberanian si co-pilot memandang wajahnya. Ini adalah termasuk tindakan yang kurang ajar. Tetapi kemudian Nizam mengerti ketika si co-pilot itu kemudian berkata,     

"Maafkan hamba karena lancang menatap wajah Yang Mulia. Hamba hanya ingin memastikan kalau yang ada dihadapan hamba adalah benar – benar Yang Mulia. Hamba sedari tadi berdoa agar Alloh memberikan keselamatan kepada Yang Mulia bersama keluarga karena pengkhianatan ini" Kata si co-pilot dengan tulus.      

Nizam kemudian menepuk bahu si co-pilot, Ia kini merasa sangat yakin kalau si co-pilot ternyata masih setia kepadanya.     

"Aku tahu kau orang yang jujur. Aku senang kau ada di pihakku. Dan kaupun tidak berbohong dengan mengatakan kalau penjaga yang sudah mati ini Kau yang membunuhnya, karena sebenarnya Aku yang membunuhnya" Kata Nizam tampak sangat puas dengan kejujuran kru pesawatnya. Nizam kemudian membaca nama yang tertera di seragam putihnya. Ia memastikan untuk mengingat nama co-pilot itu untuk memberikan penghargaan lebih kepadanya.     

Si co – pilot tampak senang karena Nizam menepuk bahunya. Ia merasa sangat bangga sudah mengatakan kejujuran di hadapan Nizam. Andaikan Ia termasuk orang yang serakah sehingga kemudian Ia berbohong kepada Nizam dengan mengatakan kalau yang membunuh penjaga itu dirinya maka mungkin sekarang Nizam akan mengenalnya sebagai pembohong. Syukur Alhamdulillah Alloh masih melindunginya dari perbuatan yang tidak terpuji.     

Nizam kemudian masuk ke dalam ruang kokpit setelah si co pilot membukakan pintu. Begitu pintu dibuka maka semua orang yang sedang tegang itu refleks menoleh dan mereka seketika langsung berlutut ketika melihat yang datang adalah Nizam.     

Nizam memberikan isyarat kepada mereka agar tidak usah berlutut dan segera duduk kembali di tempat masing – masing. Beberapa kru pesawat sampai menetes air mata saking leganya dan pilot segera mengubah kembali arah pesawat ke Azura.     

"Kapan kita akan sampai ke Azura ?" Nizam bertanya sambil melihat ke arah layar kendali.     

"Karena tadi arah pesawat bergeser akan ada penambahan waktu sekitar dua jam Yang Mulia" Kata Pilot sambil menarik nafas lega dan bahagia. Ia seperti kancil yang terlepas dari perangkap si pemburu.     

"Baiklah.. kau lanjutkan saja tugasmu. Aku hanya memastikan ruangan ini baik – baik saja. Dan kalian tidak usah khawatir semua akan baik – baik saja. Dan ingat jangan ada yang memberitahukan dulu ke istana tentang kejadian hari ini karena Aku tidak ingin membuat Ayahanda khawatir mengingat kesehatannya yang semakin memburuk " Kata Nizam sambil kembali menepuk bahu pilot. Semua menganggukan kepala dengan hormat.     

Kemudian Nizam keluar dari ruang kokpit dan menuju tempat para bayi berada. Nizam akan menunggui para bayi sementara para wanita dan Amar mengurus jenazah Zarina. Dan Nizam kemudian memutuskan akan menyolatkan Zarina di Istana karena pesawat akan segera mendarat di bendara internasional kerajaan Azura.     

Nizam juga akan mengurus luka Pangeran Thalal yang terkena tembakan dua kali. Jadi ketika Nizam menuju ruangan bayi Ia melihat sekarang yang berjaga adalah para pelayan dan para pelayan itu segera membungkukkan badannya memberikan hormat. Nizam hanya mengangguk kecil. Hatinya sangat masygul dengan kejadian seluruh penjaganya berkhianat. Jadi sepulang dari Azura Ia harus berkonsultasi dengan sepupunya Pangeran Rasyid untuk menyisir semua anggota tentara yang mungkin terlibat pengkhianatan juga.     

Makanya Nizam tidak ingin dari kerajaan Azura tahu telah terjadi pembajakan agar para tentara yang berkhianat tetap tenang dan tidak melarikan diri.\     

Di dalam ternyata ada Cynthia yang sedang menangis sambil melihat para perawat merawat suaminya. Melihat Nizam datang, Cynthia langsung berdiri dan memeluk Nizam sambil tersedu - sedu.Nizam mengelus kepala Cynthia dengan lembut. Sebenarnya Cynthia bukanlah muhrimnya dan Ia tidak boleh menyentuhnya tetapi entahlah terkadang sebagai orang Amerika Cynthia belum bisa melepaskan kebiasaannya untuk menjaga batasan. Termasuk istrinya juga. Alena sendiri terkadang ikutan sahabatnya tidak terlalu bisa menjaga hijab. Tetapi memang Nizam tidak sekeras adiknya Pangeran Thalal yang benar – benar taat aturan untuk menjaga sentuhan kepada yang bukan muhrim. Nizam masih agak longgar, mungkin karena Ia lama tinggal di Amerika.     

"Aku sungguh tidak berguna. Disaat orang lain berjuang Aku malah pingsan dan suamiku terluka. Nizam, sungguh Aku jadi tidak berani pulang ke Azura. Aku mungkin akan menjadi pengacau di istana" kata Cynthia sambil menghapus air matanya.     

"Alena jauh lebih cerdas dibandingkan Aku. Ia memobilisasi para pelayan untuk membantu melawan para penjaga sedangkan aku malah tergeletak pingsan. Untuk apa aku ikut kalian ke istana kalau nyatanya aku tidak bisa melakukan apa - apa" Kata Cynthia sambil tersedu - sedu.     

"Semua orang memiliki kelebihan masing - masing. Kau kan tahu kalau Alena orangnya seperti itu. Disaat serius maka kecerdasannya akan muncul tetapi disaat biasa Ia tidak akan pernah memikirkan hal - hal yang ringan sekalipun. Alena orangnya tidak mengenal takut karena pola pikirnya yang pendek.      

Cynthia, Kau adalah sahabat Alena, Aku juga membutuhkan pemikiranmu jadi tetaplah seperti pada rencana semula. Ada banyak yang harus Aku perbaiki setelah menjadi Raja dan aku sangat membutuhkan pemikiranmu" Kata Nizam membesarkan hati Cynhtia "     

"Tetapi Aku sekarang sangat terguncang dan serasa ingin kembali ke Amerika "Kata Cynthia dengan wajah mendung.     

Nizam merenggangkan pelukan Cynthia dan memegang kedua bahunya. "Jangan berpikiran yang bukan – bukan. Tidak hanya kau yang sedang terguncang di sini. Kita semua sangat terguncang. Aku sendiri yang sejak kecil sudah dipersiapkan untuk menghadapi peristiwa seperti ini tetap tidak bisa menahan diri untuk tidak emosional menyaksikan Zarina meninggal dengan mengenaskan " Nizam menghela nafas dengan mata berkabut ada setetes air mata seumpama permata yang hampir menetes kalau seandainya Nizam tidak menahannya sekuat tenaga.     

"Zarina meninggal.. Aku merasa ini semua karena salahku. Seandainya Aku tidak ada mungkin semua ini tidak akan terjadi. Aku menjadi sumber pengkhianatan Imran " Kata Cynthia sambil tersedu sedan tetapi Nizam langsung melotot kearahnya dan berdesis.     

"Tutup mulutmu !! "Kata Nizam sambil menempelkan telunjuknya di bibirnya. Matanya menoleh ke arah Pangeran Thalal yang sedang dioprasi kecil untuk mengeluarkan peluru dari kaki dan bahunya. Nizam sama sekali tidak ingin adiknya tahu kalau Ia memang menjadikan pangeran Thalal sebagai calon perdana menterinya karena Cynthia. Walaupun seandainya Pangeran Thalal sudah merasa seperti itu tetapi biarlah asalkan jangan dari mulutnya langsung.     

Cynthia langsung terdiam mendengar peringatan Nizam. Ia mengerti maksud dari Nizam sehingga Ia kemudian diam sambil menghapus air matanya dengan sedih. Andaikan Ia tidak masuk ke kehidupan Nizam dan Alena mungkin pangeran Thalal tidak akan menjadi perdana mentri dan mungkin memang benar Imran yang akan menjadi perdana menteri. Dan kejadian ini tidak mungkin terjadi.     

Cynthia akhirnya duduk sambil menopang kedua dagunya, Ia bahkan belum menyusui Pangeran Atha. Untungnya Pangeran Atha tidak keberatan meminum ASI dari dot. Nizam ikut duduk sambil merasakan perasaannya yang bagai di remas – remas.     

Nizam juga tidak kuasa membayangkan perasaan Amar yang pasti lebih terluka dibandingkan semuanya. Usia pernikahan mereka belum genap dua bulan. Mereka sedang indah – indahnya mengecap kebersamaan diantara mereka. Mereka sedang mereguk manisnya madu pernikahan tetapi maut malah memisahkan mereka. Dan ini lebih menyakitkan dibandingkan dengan nasib Ali yang tidak berhasil mendapatkan Zarina.     

Ali dan Fuad, Nizam mengerutkan keningnya karena Ia baru menyadari kalau kedua penjaganya itu tidak ada disampingnya. Wajah Nizam jadi berkerut – kerut dan berpikiran buruk – buruk. Kedua penjaganya itu adalah orang yang selalu mengikutinya kemanapun Ia pergi dan di saat genting Ia tidak melihat mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.