CINTA SEORANG PANGERAN

Todongan Senjata di Kepala Nizam



Todongan Senjata di Kepala Nizam

0Hati Nizam kini merasa mantap, Imran sudah mati dan dendam Amar sudah terbalas walaupun belum seluruhnya karena walau bagaimanapun Imran hanyalah seorang kacung dan otak utamanya adalah Pangeran Barry.      

Pangeran Barry sedang mencari sekutu untuk bisa bangkit kembali dan kembali menjadi putra Mahkota. Tetapi kemudian Nizam merubah pikirannya. Pangeran Barry kali ini bukan ingin sebagai putera mahkota tetapi ingin menjadi raja langsung.     

Jabatan Pangeran Putra Mahkota sudah dialihkan kepada Pangeran Abbash. Dan itu pasti membuat Pangeran Barry sangat marah dan akan berusaha keras untuk menjatuhkan adiknya sendiri.  Apalagi sekarang Pangeran Barry dan Pangeran Abbash sudah saling bertolak belakang.     

Pangeran Abbash sudah  terlalu banyak menghianati kakaknya.  Dan Pangeran Abbash tidak merasa bersalah untuk penghianatan yang dia lakukan karena dia melakukannya atas dasar mencintai Alena.     

Nizam terus menyusuri lorong - lorong pesawat sambil mencari para penjaga yang tersisa.     

Ada begitu banyak penjaga di pesawat ini dan Nizam harus membunuhnya semua tanpa menyisakan satu orang pun.     

Nizam kemudian menyiapkan senjatanya dan setiap kali dia bertemu dengan penjaga dia akan menembaknya langsung.  Di pesawat ini ini ada banyak pelayan, penjaga, staf pegawai dan kru pesawat.     

Mereka di bedakan dari pakaiannya. Pakaian mereka berbeda model antara  yang berjenis kelamin laki-laki dan ada wanita tetapi mereka memiliki motif seragam yang sama walaupun berbeda warna.     

Karena warna pakaian akan disesuaikan dengan tingkatan dari jabatan pelayan, pangkat pengawal serta jenjang jabatan untuk staff  pegawai.     

Seragam para penjaga itu     

memakai setelan jas lengkap berwarna hitam dan mengenakan tanda pangkat dibahunya untuk menentukan ketinggian dari pangkat mereka.     

Sedangkan para awak/kru pesawat mengenakan seragam putih dan topi biru langit untuk menunjukkan bahwa mereka adalah pengendali pesawat.     

Para pegawai administrasi mengenakan pakaian bebas yang rapi dan sopan, dengan nama dan jabatan di dada mereka. Para lelakinya mengenakan jas lengkap dengan dasi dengan warna yang berbeda dengan warna para penjaga.     

Nizam melangkah dengan hati-hati dan sesekali ia melihat para penjaganya tetapi kemudian Nizam tidak memberikan ampun. Nizam langsung menembaknya dan dia juga tidak berusaha untuk menginterogasi pra penjaga itu karena tidak ingin kehilangan kewaspadaan.     

Saat Nizam  menginterogasi bisa jadi ia menjadi kehilangan kewaspadaan dan dia yang malah dibunuh oleh penjaga itu. Sehingga Nizam lebih memilih langsung membunuhnya.     

Nizam merasakan pesawat yang biasanya hangat dan menyenangkan menjadi sepi dan mencekam. Nizam berjalan melalui lorong-lorong pesawat. Lorong-lorong itu terasa sangat dingin dan sepi. Para pelayan yang biasanya hilir mudik kesana kemari sekarang tidak ada satupun yang berlalu.     

Agaknya para pelayan sudah disandera di ruangan masing-masing sehingga Nizam sering melihat sebuah ruangan yang dijaga oleh dua orang penjaga.  Ketika Nizam melihat penjaga sedang berjaga di depan ruangan itu, langsung menembaknya.     

Nizam hampir membersihkan seluruh penjaga yang ada di pesawat itu. Jadi tujuan Nizam kemudian adalah ruang kendali pesawat untuk memastikan bahwa para pilot tidak disandera dan membelokkan pesawat ke pulau Jabarri.     

Tetapi ketika  Nizam sedang melangkah hampir mendekati ruang kendali pesawat. Di belakang ada penjaga yang tanpa diketahui kedatangannya menodongkan senjatanya dikepala Nizam.     

" Lepaskan senjata Anda yang mulia!! Atau kami terpaksa akan membunuh yang mulia" Kata penjaga itu. Dinginnya ujung senjata yang menempel di kulit kepala bagian belakang membuat Nizam     

tidak berani berbuat apa-apa.     

Jangan sampai Nizam melakukan kesalahan yang akan mengakibatkan penjaga itu menarik pelatuk senjatanya. Kalau itu terjadi maka  kepalanya akan langsung pecah tertembus peluru.     

Jadi Nizam hanya bbisa mengangkat kedua tangannya.  Dan kemudian dengan hati-hati dia berdiri menunggu perkataan dari sipenjaga itu selanjutnya.     

" Yang mulia tolong untuk tetap memerintahkan pilot agar mendaratkan pesawat ini di pulau Jabari karena kalau sampai pesawat ini mendarat di Azura. kami pasti akan kehilangan nyawa kami"  kata si penjaga itu.     

Nizam terdiam karena yang dikatakan oleh si penjaga itu benar jika sampai pesawat ini mendarat berhasil mendarat di Azura maka seluruh penjaga sudah pasti akan dihukum mati tetapi jika memang pesawat ini dialihkan ke pulau Jabarri ada kemungkinan mereka akan selamat karena mendapat perlindungan dari Pangeran Barry.     

Nizam kemudian berkata untuk mempengaruhi para penjaga itu dan  berharap para penjaga itu belum mengetahui Kalau pemimpinnya pemeran sudah mati.     

"Apa yang sebenarnya kalian inginkan ? Ada apa dan mengapa kalian menghianati aku ? Padahal apa yang di berikan olehku kepada kalian lebih nyata daripada yang akan dijanjikan oleh pangeran Barry" kata Nizam.     

Tetapi penjaga itu kemudian berkata "Diamlah Yang Mulia Mulia ! Karena Jendral Imran berkata kepada kami untuk tidak mendengarkan apapun Yang Mulia katakan karena Yang Mulia sangat pandai berbicara dan mempengaruhi orang lain" kata si penjaga itu sambil menulikan telinganya.      

Nizam   kemudian tidak berkata apapun lagi setelah mendengar dari perkataan si penjaga.. Karena dia tahu, kalau dia berkata lagi mungkin akan mengakibatkan si penjaga menjadi semakin kesal.     

Penjaga itu sudah tidak menganggapnya lagi sebagai putra mahkota selain hanya sebutan yang ada di mulut mereka saja. Para penjaga sekarang hanya memiliki satu misi yaitu mematuhi perintah dari atasan langsung yaitu Imran.     

 Percuma juga NIzam menasehatinya. Jadi Nizam hanya bisa  diam dan berharap akan ada keajaiban yang bisa membuat dia bergerak dan membalik keadaan. Nizam masih mengangkat tangannya dan kemudian berkata, " Baiklah aku tidak akan berkata apapun lagi yang mungkin akan membuatmu kesal tetapi sekarang katakan apa yang harus aku lakukan asal kau tidak membunuhku apapun akan aku berikan "katanya kepada penjaga itu.     

"Aku tidak ingin berbuat apa-apa aku hanya ingin menyanderakan Yang Mulia saja. Aku tidak mengerti mengapa Yang Mulia bisa lepas dari jendral Imran, karena setahuku dalam rencana yang sudah Kami buat. para keluarga Kerajaan akan ditahan di aula utama oleh jendral Imran sendiri sebelum kemudian pesawat akan dibelokkan ke pulau Jabari." kata si penjaga itu tanpa curiga kalau pemimpin mereka Imran sebenarnya sudah mati ditangani Amar.     

kemudian Nizam  berkata, "Bolehkah aku menjawabnya ? karena tadi kau menyuruhku untuk diam." kata Nizam kepada penjaga itu.     

Sehingga sienjaga itu jadi penasaran dan lupa dengan nasehat dari jendral -nya sehingga dia lalu berkata,     

"Memang nya ada apa ? Karena seharusnya yang mulia ditahan oleh jenderal Imran. Tetapi sekarang yang mulia malah berkeliaran di dalam pesawat."  kata si penjaga     

"Kalau kukatakan bahwa pemimpinmu itu sudah mati apakah kau akan mempercayaiku? "Katanya Nizam berkata kepada penjaga itu sambil tetap mengangkat kedua tangannya.     

Dengan lantang si penjaga menjawab," Tentu saja aku tidak percaya Karena jenderal Imran itu ternyata  lebih kuat dan pintar daripada Yang Mulia. Buktinya Yang Mulia tidak tahu kalau jenderal Imran sudah berkhianat," kata si penjaga.     

Nizam sebenarnya sangat geram dengan perkataan si penjaga itu tapi dia berusaha menahan diri.     

"Aku tahu itu kau tidak akan mempercayaiku, tetapi apakah kau tidak merasa heran mengapa  aku sampai bisa berkeliaran disini kalau seharusnya aku sekarang  disandera oleh pemimpinmu itu ?  " Kata Nizam sambil terus berusaha menemukan cara untuk mempengaruhi si penjaga.     

 Karena sampai sekarang si penjaga itu tidak menurunkan senjatanya di kepala Nizam.  Dan hanya dengan menarik pelatuk senjatanya sekali saja  maka kepala Nizam akan pecah terberai.     

Si penjaga itu menggelengkan kepalanya, dia mencoba berpikir  tetapi kemudian dia berkata, "Yang Mulia hamba sama sekali tidak mengerti apa sebenarnya yang terjadi?  tetapi silahkan Yang Mulia berjalan kembali ke aula utama. Hamba akan menyerahkan Yang Mulia kepada jenderal Imran dan dengan begitu semoga Jendral Imran akan memperhatikan karir hamba. " kata si penjaga itu sambil kemudian mendorong tubuh Nizam  agar berjalan.     

Darah Nizam sangat mendidih ketika penjaga itu mendorong tubuhnya karena memang perbuatan itu sangat tidak sopan. Dilarang keras untuk menyentuh tubuh para pangeran terutama Pangeran putra mahkota tanpa seijin Pangeran itu sendirinya.     

Dan sekarang dengan  tidak sopan nya tubuh Nizam didorong-dorong.  Nizam ingin sekali mematahkan kedua tangan si penjaga itu.     

Tetapi karena memang posisi Nizam sedang tidak berdaya maka dia tidak berani berkata apapun selain berjalan di bawah todongan senjata.     

Tetapi baru saja mereka berjalan beberapa langkah tiba-tiba, "Buk...."  ada suara yang cukup keras seperti benturan antara kepala dengan benda seperti besi.     

Nizam kemudian mendengar ada tubuh ambruk di belakangnya. Dan Nizam tidak merasakan lagi ujung senjata yang menempel di kepalanya sehingga Nizam kemudian melihat ke belakang untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.