CINTA SEORANG PANGERAN

Rasa Iri Imran



Rasa Iri Imran

0Semua mata memandang nanar pada kejadian itu dengan mulut terbuka lebar dan yang pertama bereaksi adalah Cynthia. Tubuhnya langsung melorot melihat darah berhamburan dari kepala Zarina. Imran kemudian melepaskan tubuh Zarina hingga tubuh Zarina perlahan jatuh ke bawah dan sebelum jatuh ke bawah Amar sudah menangkapnya dan mendekapnya sambil meraung seperti harimau terluka.     

Air mata Amar bercucuran sambil mendekap istrinya. Bagaimana ini semua bisa terjadi. Ia begitu mencintai Zarina dan baru saja menikahinya. Ia belum puas mereguk indahnya kebersamaan mereka tetapi maut telah memisahkan mereka. Alangkah menyakitkan rasanya melihat istri yang sangat Ia cintai berbaring tidak bernyawa dipangkuannya.     

"Zarina.. Zarina.. mengapa kau tinggalkan Aku begitu cepat. Bukankah kau berjanji akan memberikan aku anak yang banyak. Masih banyak mimpi kita tetapi mengapa kau mengingkari janji kita.     

Ya.. Tuhan.. Aku menerima takdir-Mu tetapi izinkan Aku menangis.." Kata Amar sambil mendekapkan tubuh Zarina ke dadanya. Ia sudah lupa dengan rasa malunya sebagai seorang jendral. Ia masih tidak percaya kalau istrinya yang kemarin malam masih dalam dekapannya kini berbaring tidak bernyawa.     

Kebodohan apa yang sudah Ia lakukan sehingga memicu Imran untuk menarik senjatanya. Ini kesalahan yang fatal. Harusnya Ia tidak terpancing emosi saat Imran hendak mencium pipi istrinya. Ia harusnya bersabar dan membiarkannya. Ia salah telah terpancing tindakan provokatif dari Imran. Ia yang bersalah. Ia yang menyebabkan kematian istrinya sendiri.     

"Maafkan Aku Zarina, maafkan Aku. Seharusnya Aku tidak menikahimu. Kau seharusnya kembali ke India dan jangan ikut denganku. Apa yang harus Aku katakan kepada orang tuamu. Aku berjanji akan menjagamu dengan baik. Tetapi kau malah pergi meninggalkanku sebelum kakimu menginjak tanah Azura." Amar menangis sambil meratap.     

Jendral besar itu tidak dapat menahan hancurnya perasaan ditinggalkan istri yang baru dinikahinya. Dan semua sepert kehilangan kata – kata. Pesawat terus mengudara dan pilot di depan sudah mengarahkan pesawat ke Azura. Tinggal beberapa jam lagi maka pesawat akan mendarat di bandara internasional Azura.     

Amar sudah membayangkan kalau Ia akan segera membawa Zarina kepada orang tuanya dan membawanya ke rumah dia yang begitu indah dan besar. Amar sudah berharap akan mendapatkan banyak pujian karena Ia memiliki istri yang begitu cantik dan pandai memasak. Ia juga berencana akan membuka restoran India di kerajaan Azura agar istrinya menjadi betah dan senang tinggal di Azura.     

Tetapi impiannya semua terbakar ketika senjata Imran meletus di kepala istrinya yang cantik. Ini adalah tragedi yang paling memilukan dalam hidupnya. Dan yang paling menyedihkan adalah nyawa istrinya direnggut bukan oleh musuhnya tetapi oleh sahabatnya sendiri. Sahabat yang sudah bertahun – tahun bersamanya baik di medan pertempuran ataupun di kehidupan sehari – hari. Teman tempat berbagi suka dan duka serta cerita kehidupan. Teman tempat Ia berlatih ilmu bela diri. Mengapa hidup baru kali ini terasa kejam di hati Amar.     

Ali sendiri tampak jatuh berlutut di sisi Fuad. Matanya begitu redup melihat gadis yang dicintainya tewas bersimbah darah. Ia merasa hatinya begitu sakit dan tercabik – cabik. Melihat Zarina terbujur kaku rasanya jauh lebih sakit daripada melihat dia tersenyum saat bersama Amar.     

Ia ikhlas Zarina menikah dengan amar walaupun itu sangat menyakitkan asalkan Zarina berbahagia. Ia akan ridho dengan kebahagiaan Zarina. Ia tidak ingin melihat Zarina mati kenapa bukan dia saja yang mati dan biarlah Zarina berbahagia bersama Amar. Kedua tangan Ali mengepal dipangkuannya. Matanya menyala – nyala karena amarah kepada Imran.     

Imran menggeser tubuhnya ke samping dengan wajah terlihat sangat puas melihat hasil perbuatannya. Nizam terpaku dengan tangan terkepal melihat kejadian di depan matanya. Bagaimana bisa Imran yang selama ini begitu dekat dengan Amar dan Arani bisa tega berbuat itu. Amar, Imran dan Arani adalah orang luar yang terdekat dengan Nizam. Mereka sudah seperti saudara sendiri. Bagaimana bisa Imran berubah haluan sedrastis ini.     

"Imran.. teganya Kau !! Zarina istri Amar. Ia sudah seperti saudaramu sendiri. Wanita itu sangat baik dan Ia tidak berdosa " Kata Nizam dengan hati yang hancur. Bagaimana bisa ini semua terjadi di depan matanya dan Ia tidak berdaya melakukan apapun hanya karena anak – anaknya disandera.     

"Itulah Yang Mulia, semakin baik wanita itu hamba semakin tidak suka. Mengapa wanita itu bukan menjadi milik hamba. Hamba menyukainya sejak pandangan pertama. Hamba menyukai rasa masakannya yang sangat enak. Tetapi hamba tahu diri kalau hamba tidak akan pernah memilikinya jadi hamba membunuhnya agar tidak ada satupun dari kami memiliki wanita sebaik Zarina.." Kata Imran dengan dingin.     

Imran sedikit melayangkan pikirannya ketika Ia bertemu dengan Zarina di Amerika saat itu Zarina mengenakan pakaian merah yang sangat menawan. Dan Ia begitu mengagumi paras wajah Zarina yang khas India. Terlebih setelah Ia mencicipi berbagai macam makanan hasil masakan Zarina, Imran menjadi semakin jatuh cinta. Ketika tahu Zarina adalah istri Amar ada perasaan iri yang meledak dalam dirinya hasil dari akumulasi rasa iri selama bertahun – tahun saat mereka ada di sisi Nizam.     

Imran merasa paling berjuang untuk Nizam tetapi Nizam ternyata lebih dekat dengan Amar. Apalagi dibandingkan Arani, Imran merasa semakin tersisihkan. Dan puncaknya adalah Zarina. Ia menjadi sangat iri kepada Amar karena Nizam menikahkan dia dengan gadis secantik itu. Sehingga rasa cinta menjadi benci dan Imran begitu pandai menyembunyikan rasa bencinya. Ia sungguh bermuka dua.     

Amar kembali berteriak – teriak memanggil Zarina yang sudah tidak bernafas lagi. Wajah cantiknya bersimbah darah. Dan semua masih menatap dengan pandangan tidak percaya. Tetapi mereka tidak berdaya karena memang mereka berada di posisi yang lemah. Ini seperti mimpi buruk yang sedang terjadi. Dan mereka berharap kalau besok akan bangun dan kembali seperti semula.     

Alena seakan tidak mempercayai matanya sendiri. Ia tidak menangis dan tidak pingsan seperti Cynthia. Ia menatap Imran dengan pandangan tidak mengerti. Mengapa ada orang yang begitu tega menyakiti hati sahabatnya sendiri hanya karena iri.     

Apakah persahabatan Amar dan Imran seperti persahabatannya dengan Sisca. Di saat Ia merasa bahwa Sisca adalah sahabatnya tetapi Sisca malah menganggapnya sebagai musuhnya karena perasaan iri.     

Mengapa harua ada perasaan iri di dunia ini yang merusak arti sebuah persahabatan. Mengapa kita tidak saling menerimakan takdir bahwa kebagiaan itu sesungguhnya berdasarkan pada diri sendiri dan bukan kepada orang lain.     

Mengapa Kita begitu menderita melihat kebahagiaan orang lain tetapi bahagia melihat penderitaan orang lain. Iri dan dengki akan merusak semua kebaikan dalam hidup kita. Iri dan dengki akan melahap habis semua kebahagiaan kita. Umpama ulat yang melahap habis dedaunan yang hijau.     

Imran berkhianat kepada Nizam karena iri dengan kedudukan Pangeran Thalal. Imran membunuh Zarina karena ia iri dengan kebahagiaan temannya sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.