CINTA SEORANG PANGERAN

Wanita itu Harus Menjaga Harta Suaminya



Wanita itu Harus Menjaga Harta Suaminya

0Maya segera menghampiri kedua pasangan yang sedang saling berpelukan itu. Ia lalu berdehem dengan cukup keras sampai-sampai Amrita dan Pangeran Hussein segera melepaskan pelukan mereka saking terkejutnya.     

Pangeran Hussein menatap Maya yang sedang menundukkan kepalanya. Walau bagaimanapun Maya tidak bisa memarahimu Pangeran Hussein secara langsung seperti biasanya karena di depannya ada Amrita yang sedang berada di samping Pangeran Hussein.     

"Maafkan hamba yang mulia tetapi Kakak yang mulia, Pangeran Nizam menghubungi hamba. Katanya dia ingin berbicara dengan yang mulia tetapi yang mulia tidak mengangkat handphonenya"kata Maya dengan penuh rasa hormat kepada Pangeran Hussein.     

Ketika Pangeran Hussein memundurkan tubuhnya beberapa langkah dari Amrita kemudian dia berkata "Oh ya aku tahu baiklah aku akan menerima teleponnya," kata Pangeran Hussein sambil pergi menjauh dari Amrita dan Maya.     

Amrita berdiri dengan salah tingkah di depan Maya. Dia tahu kalau dia telah berbuat salah. Dan Amrita tahu persis kalau Pangeran Azura kebanyakan adalah pangeran baik - baik yang penerapan agamanya sangat bagus dalam kehidupan sehari - hari termasuk Pangeran Hussein.     

Walaupun Pangeran Hussein agamanya tidak sebagus pangeran Nizam ataupun Pangeran Thalal tetapi Pangeran Hussein tetap tidak memiliki catatan buruk tentang perilakunya terhadap wanita.     

 Maya terdiam beberapa saat sebelum kemudian Pangeran Hussein kembali Sebenarnya Pangeran Hussein tidaklah menelpon Nizam karena dia tidak berani untuk menelpon duluan. Dia takut kena omelah kakak tertuanya itu.     

Tetapi di depan Amrita Pangeran Hussein hanya bertindak seakan-akan dia sudah menelpon Nizam. Lalu setelah Pangeran Hussein kembali ke tempat Amrita. Mereka kemudian berbincang-bincang kecil sebelum akhirnya Pangeran Hussein dan Amrita pergi untuk menyantap hidangan.     

Ibunya Amrita tampak sangat bahagia melihat Amrita kini bersedia untuk berbincang dengan pangeran Hussein Dan Dia merasa bahwa Amrita sudah menerima Pangeran Hussein untuk menjadi suaminya.      

***     

Amerika      

Sementara itu Alena tampak sedang berbicara dengan Chintya tentang rencananya memberikan kalung kepada Pangeran Hussein untuk diberikan kepada Amrita sebagai mas kawin agar Amrita menjadi luluh hatinya.     

Cynthia tampak membelalakkan matanya mendengar rencana daripada Alena     

"Apa otakmu sudah waras Alena?" Kata Cynthia dengan muka berkerut-kerut.     

Ia sangat tidak menyetujui tindakan dari Alena hendak memberikan kalung yang sangat langka dan mahal itu kepada Amrita walaupun Amrita adalah calon adik iparnya.     

Kemudian Alena berkata, " Kenapa aku masih waras Aku ingin memberikan kalung itu sebagai bukti bahwa Pangeran Hussein bersungguh-sungguh ingin memperistri dari Amrita"     

Cynthia memalingkan wajahnya ke arah lain kemudian dia berkata     

" Kau pasti sangat menyakiti hati Nizam" kata Cynthia dengan pelan.     

Kemudian Alena bertanya "Mengapa aku menyakitinya itu kan hanya sebuah benda dan aku tidak terlalu membutuhkan banyak perhiasan ?"     

Lalu Cynthia berkata lagi "Perhiasan itu sangat mahal dan langka. Tetapi ini bukan tentang nilai uangnya. Aku tahu bahwa Nizam pasti sangat bersusah payah mendapatkan perhiasan itu untukmu. Dan setahuku tidak ada satupun perhiasan di Azura yang mungkin memiliki nilai semahal seperti kalung itu.     

Dan ketika Nizam berhasil mendapatkan kalaung itu dengan susah payah untuk diberikan kepadamu Tetapi kau malah kau akan memberikannya kepada wanita lain. Tentu itu akan menjadi sangat menyakitinya "kata Cynthia kepada Alena     

Alena terdiam dan dia tidak mengira kalau Cynthia akan berkata demikian.     

Alena mencoba membela dirinya sendiri, " Aku hanya kasihan melihat Nizam yang begitu resah. Dia gelisah karena Pangeran Hussein. Makanya Aku usulkan seperti itu. Aku yakin Amrita akan merasa tersanjung dengan pemberian Pangeran Hussein." Kata Alena dengan wajah tanpa dosa.     

Cynthia menepuk keningnya sendiri. Alangkah polosnya sahabatnya itu. Alena terlalu baik. Agaknya jangankan hanya sebuah kalung, nyawanya saja asal bisa menyelamatkan orang lain maka akan dia berikan.     

"Tentu saja dia akan tersanjung. Kalung semahal itu siapa yang tidak akan terpesona" Cynthia masih ngomel-ngomel.     

"Terus Aku harus bagaimana? Apakah harus berkata lagi pada Nizam kalau Aku menarik ucapanku sendiri?" Kata Alena sambil termenung. Ia jadi menyesal dan khawatir telah menyakiti Nizam.     

"Tidak usah, kau akan kehilangan harga diri mu nanti di depan Nizam. Menjadi seorang Ratu kau harus selalu mengingat setiap kata yang akan kau ucapkan. Menarik kembali kata yang sudah kau ucapkan terutama dalam hal kegiatan akan sangat memalukan. Kecuali ucapan keburukan."     

"Tapi Nizamkan suamiku. Apakah Aku harus punya harga diri di depan suamiku sendiri?" Kata Alena sambil mengerutkan keningnya.     

Cynthia tersenyum, " Tentu saja Alena, walaupun terhadap suami sendiri, menurutku kita tetap tidak bisa seenaknya. Ada batasan yang tidak boleh kita lewati. Terutama melakukan hal yang akan dianggap menyakiti hatinya.      

Sebagai wanita kita juga harus memiliki rasa malu, malu melakukan hal yang tidak baik. Wanita yang baik adalah wanita yang bisa menjaga harta suaminya dan menggunakannya untuk hal kebaikan kita dan keluarga " Cynthia tersenyum kepada Alena.     

Alena menganggukkan kepalanya.     

" Lalu bagaimana dengan bercinta? Aku suka memintanya duluan. Apakah itu hal memalukan juga?" Kata Alena.     

"Tergantung suaminya Alena. Dari buku yang pernah Aku baca, ada banyak jenis laki-laki. Ada laki-laki yang suka terhadap wanita yang agresif ada juga yang senang dengan wanita yang pemalu.     

Kamu harus tahu Nizam termasuk pria tipe apa? Kalau dia tidak keberatan kau meminta duluan ya.. tinggal minta."     

"Kalau Pangeran Thalal bagaimana?" Kata Alena kepada Cynthia.     

Cynthia tertawa, "Aku adalah wanita yang dilahirkan di negara Liberal. Dan Aku tidak mempelajari sifat Pangeran Thalal seperti apa. Yang pasti Aku tidak perduli dia suka atau tidak. Kalau Aku kepengen dia harus mau"      

"Kenapa kamu jadi egois? Ke Aku harus punya rasa malu. Kamu sendiri tidak tahu malu"     

"Lha... Siapa yang bilang itu hal memalukan? Aku bilang pelajari dulu sifat suamimu."     

" Kaya dia malah senang kalau Aku minta duluan " Kata Alena sambil senyum - senyum dengan mesum. Tetapi kemudian dia teringat kembali dengan kalungnya.     

"Terus bagaimana dengan kalungku itu. Aku jadi serba salah. Kalau benar aku berikan kepada Pangeran Hussein maka Aku merasa berdosa kepada Nizam. Tetapi Kalau tidak Aku berikan maka Aku seperti orang yang menjilat ludah sendiri" Kata Alena dengan wajah sendu.     

"Sudahlah tidak usah kau pikirkan. Kau ini menikahi orang jenius, Calon Raja Kerajaan Azura bukannya menikahi pria sembarangan. Masalah ini kecil baginya. Kalau memang Ia menghargai cintanya itu kepadamu melalui kalungnya itu maka Ia akan berusaha mempertahankan kalung itu.     

Tetapi jika dia memang menganggap kalung itu tidak penting maka Ia akan membiarkan kalung itu berada di tangan Amrita. Aku tahu betul watak suamimu seperti apa" Kata Cynthia menghibur hati sahabatnya.      

"Terima kasih Cynthia. Hanya Kau yang selalu ada disampingku " Kata Alena sambil memeluk tubuh Cynthia dengan erat.     

"Tapi jika nanti kita sudah kembali ke Azura, Aku tidak akan ada disampingmu " Kata Cynthia dengan wajah sedih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.