CINTA SEORANG PANGERAN

Pura - Pura Tidak Perduli



Pura - Pura Tidak Perduli

0"Aku sangat mengerti apa yang kau rasakan terlebih kemarin aku mendengar betapa tangisanmu menunjukkan bahwa engkau benar-benar sangat terluka "kata Pangeran Hussein sambil tersenyum. Wajah Amrita yang sangat putih itu langsung berubah menjadi merah wajahnya bersemu merah dadu.     

Amrita tidak mengira bahwa tangisannya kemarin terdengar oleh pangeran Hussein dan itu sangat kekanak-kanakan. Tetapi Amrita berusaha untuk mengontrol dirinya sendiri. Dia tidak ingin terlihat salah tingkah dihadapan Pangeran Hussein.     

" Aku tidak mengelak dari apapun yang mulia katakan kepadaku. Tetapi aku harap yang mulia tidak pernah memandang rendah kepada diriku hanya karena aku mencintai orang lain " kata Amrita sambil tetap bersikap dengan anggun di hadapan Pangeran Hussein.     

"Oh tentu saja, Aku sama sekali tidak pernah menganggap rendah terhadap wanita yang mencintai seseorang, karena cinta itu adalah perasaan yang paling hakiki yang kita miliki. Aku juga sama sekali tidak ingin memaksamu.     

Walaupun orang tua kita sudah menjodohkan kita. Karena aku tetap beranggapan bahwa setiap wanita berhak untuk mendapatkan kebahagiaan nya sendiri. Jadi kalau memang kau tidak berbahagia atas perjodohan ini aku sama sekali tidak keberatan untuk mundur." kata Pangeran Hussein.     

Pangeran Hussein masih ingat ketika Maya berkata tadi pagi bahwa dia tidak boleh terlalu memperlihatkan rasa cintanya kepada Amrita. Pangeran Hussein harus terlihat seakan-akan Pangeran Hussein sudah ikhlas melepaskan Amrita.     

Amrita sedikit mengerutkan keningnya mendengar perkataan Pangeran Hussein.     

Entah mengapa hatinya menjadi sedikit kecewa ketika mendengar bahwa Pangeran Hussein sudah seperti putus asa untuk mendapatkan dirinya.     

Padahal dari lubuk hatinya yang terdalam Amrita berharap bahwa Pangeran Hussein memperlihatkan rasa cintanya yang begitu kuat terhadap nya.     

Pangeran Hussein kemudian masih memperlihatkan sikap yang tidak terlalu peduli lagi. Dia malah mengambil pensil dan membuat sketsa wajah dari Amrita. Hal itu membuat Amrita menjadi sedikit kesal sehingga dia kemudian berkata sambil menatap sedikit tajam kepada Pangeran Hussein,     

"Aku pikir kalau seorang laki-laki sejati jatuh cinta kepada wanita, maka dia akan mengejar wanita itu dengan sungguh-sungguh dan tidak mudah untuk berputus asa. Aku pikir kau sangat mencintaiku dan menginginkan aku untuk menjadi istrimu Tetapi kalau aku perhatikan ternyata tekadmu tidak sekuat yang aku perkirakan. Kau hendak mundur begitu saja? "Kata Amrita sambil mengangkat bahunya     

Maya yang berada di belakang Pangeran Hussein sangat jelas mendengar perkataan dari Amrita dan diam-diam dia sangat memuji kecerdikan dari pangeran Nizam. Nizam berkali-kali berkata kepadanya bahwa dia harus membujuk Pangeran Hussein agar tidak terlalu memperlihatkan rasa cintanya kepada Amrita dan jangan sekali-kali mengeluarkan kata-kata rayuan yang berlebihan yang membuat Amrita malah menjadi muak.     

Dan ternyata itu benar Amrita terlihat sangat gelisah ketika Pangeran Hussein seperti acuh kepada dirinya nya. Amrita merasa hatinya sedikit kosong.     

Sedangkan Pangeran Hussein sendiri ketika mendengar kata-kata Amrita entah kenapa dia menjadi sangat berbahagia. karena seandainya Amrita tahu bahwa dia sangat mencintai Amrita dan ingin melakukan apa saja untuknya. Bahkan jika seandainya Amerika menyuruhnya untuk merangkak di kakinya dia akan melakukannya.     

Seumur hidupnya Pangeran Hussein belum pernah jatuh cinta dan ini adalah cinta pertamanya. Dia sangat ingin menikahi Amrita dia sudah sangat ingin menghamburkan banyak kata pujian dan rayuan untuk Amrita. Tetapi dia berusaha untuk menahan nya dia harus bersikap seakan-akan dia tidak terlalu mencintai Amrita.     

Walaupun Pangeran Hussein sangat senang tetapi wajahnya dia pasang sedikit tidak terlalu peduli. Dia tetap kelihatan asik membuat sketsa wajah Amrita. Dan setelah selesai membuat sketsa nya Pangeran Hussein mulai menuangkan cat minyak itu ke dalam bulatan-bulatan palet.     

Pangeran Husein mengambil kuasnya dan mencampurkannya dengan hati-hati lalu dia mulai membubuhkan cat minyak tersebut ke dalam kain kanvas nya. Pangeran Husein tampak melukis dengan sangat teliti.     

Sebenarnya tanpa Amrita ada di depannya dia pasti bisa menggambar Amrita dengan sempurna saking dia hafal raut wajah wanita yang sangat dicintainya itu. Mulai dari keningnya halusnya, bulu matanya, hidungnya, bibirnya dan dagunya yang begitu itu indah seperti telur yang dibelah menjadi dua.     

Amrita memandang Pangeran Hussein Yang begitu terampil mengoleskan kuas ke atas kain kanvas. Sekali-kali tangannya meraih tube cat minyak nya lalu memijatnya perlahan hingga isinya keluar dan mencampurnya dengan warna yang lain. Kemudian dengan kuasnya dia mengambil cat tersebut lalu kembali mengoleskannya.      

Amrita Tentu saja tidak bisa melihat hasil dari lukisan tersebut karena dia harus duduk di depan Pangeran Hussein seharusnya Amrita memasang wajah manis agar terlihat sangat cantik di foto tetapi dia malah sedikit murung karena Pangeran Hussein seperti tidak peduli kepadanya, dia sibuk untuk melukis dirinya.     

Amrita melihat Pangeran Hussein Yang asyik melukis dirinya Amrita tadinya berharap bahwa Pangeran Hussein akan memperlihatkan rasa cintanya yang begitu mendalam kepada Amrita tetapi sekarang dia tidak melihat itu dari mata Pangeran Hussein.     

Pangeran Hussein terus menggerakkan tangannya untuk membuat lukisan Amrita dan entah kenapa Amrita menjadi kesepian. Tiba-tiba tanpa bisa ditahan air mata Amrita menetes.     

Maya melihat hal itu kemudian dengan sangat tahu diri Maya meminta para pengawalnya untuk sedikit menjauh dari Amrita dan Pangeran Hussein agar Amrita tidak terlalu malu karena menangis di depan mereka.     

Pangeran Hussein sendiri langsung menyimpan kuasnya ketika melihat Amrita menangis. Dia sangat terkejut dan langsung berkata,     

" Nona Amrita apakah yang terjadi apakah aku telah menyakitimu ? apakah aku telah melakukan suatu kesalahan? apakah kau memang tidak ingin dilukis ? kau tidak ingin bertemu denganku ? apakah kau merasa terpaksa karena aku melukismu ? kalau memang semua itu yang menyebabkan engkau menangis maka aku akan segera menghentikan melukis dirimu dan aku akan pamit untuk pulang sekarang juga" kata Pangeran Hussein kepada Amrita.     

Amrita menggelengkan kepalanya dia sangat ingin berterus terang bahwa dia sebenarnya sangat kecewa terhadap Pangeran Hussein yang sudah tidak memperdulikan dirinya lagi. Tetapi dia sangat malu untuk mengakuinya sehingga alih-alih dia berkata jujur kepada Pangeran Hussein Amrita malah berkata seperti ini,     

"Entahlah aku tidak tahu mengapa aku selalu bersedih mungkin karena aku masih mengingat Pangeran Abbas di dalam hatiku" kata Amrita sambil menghapus air matanya Pangeran Hussein sendiri sebenarnya sangat ingin memeluk Amrita dan membenamkan muka Amrita ke dadanya tetapi Tentu saja itu sangat tidak beretika untuk dilakukan.     

Mengingat bahwa Amrita ini bukanlah siapa-siapanya. mendengar kata-kata dari Amrita Pangeran Hussein menjadi sedikit kecewa. Dia berpikir bahwa Amerika menangis karena Pangeran Hussein tidak memperdulikannya hingga akhirnya Pangeran Hussein lalu berkata lagi,     

"Kalau memang kau masih mengingat Pangeran Abbas dan merasa terganggu dengan kehadiranku. Aku akan segera membereskan peralatan melukisnya dan mungkin aku juga tidak akan jadi melukis dirimu "kata Pangeran Hussein sambil terlihat berdiri seakan-akan hendak membereskan peralatan melukisnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.