CINTA SEORANG PANGERAN

Serangan Maya



Serangan Maya

0" Karena Yang Mulia Nizam sudah campur tangan, tidak ada masalah yang tidak tuntas ketika Yang Mulia Nizam sudah turun tangan " Kata Maya dengan penuh kepercayaan.     

"Bukannya tadi Kau bilang kalau Ide Kakakku aneh ? Kau bilang kalau Kakakku seperti mengira kalau ini zaman renaissance ? Lagipula apaan sih zaman Renaissance. Perasaan Aku baru dengar." Pangeran Husen malah bertanya keheranan kepada Maya.     

"Ya Alloh.. Yang Mulia makanya kalau pas pembelajaran itu, guru perhatikan bukannya kau beri obat tidur lalu kau tinggal kabur " Kata Maya dengan gemas kepada Pangeran Husen yang memang paling payah dalam segala hal. Pangeran Husen satu – satunya anak dari para Ratu yang sering kali kabur pada saat pembelajaran dan sering memberikan obat tidur kepada gurunya agar Ia bisa kabur.     

Pangeran Husen satu – satunya pangeran yang makanan sehari – harinya cambuk dari ibunya atau Ratu Sabrina. Ia bahkan sudah tidak mempan di cambuk. Hingga bosan yang mencambuk. Pangeran Husen yang sering menganggap kalau acara keluarga adalah acara membosankan dan lebih memilih kabur untuk berpesta dengan teman – temannya.     

Pangeran Husen yang ketika kecil pernah melempar petasan dari menara istana ke arah sekumpulan merak Ratu Sabrina hingga mereka kabur kocar kacir dan Ratu Sabrina sampai murka. Pangeran Husen dihukum kerja sosial membersihkan halaman mesjid Agung yang terletak di tengah – tengah kota Alamanda. Ibu Kota kerajaan Azura.     

Ia berbanding terbalik dengan Kakaknya. Kalau Nizam sangat suka belajar tetapi Pangeran Husen sangat suka bermain. Itulah sebabnya dia tidak tahu apa zaman Renaissanse     

"Zaman Renaissance adalah zaman kembalinya seni dan pengaruh budaya Romawi dan Yunani dalam kehidupan manusia. Zaman itu munculnya pelukis (Michaelangelo dan Leonardo da Vinci), Sastrawan (William Shakespeare) dan gravir (Johanes Guttenberg).     

Tapi apapun yang ada dalam pikiran Yang Mulia Pangeran Nizam, Aku yakin itu bukanlah pemikiran omong kosong. Tidak ada salahnya untuk di coba. Sekarang Aku akan pergi dan Yang Mulia jangan lupa untuk beristirahat agar besok pagi sudah dalam keadaan bugar untuk melukis Nona Amrita"     

Mata Pangeran Husen jadi berbinar – binar, Ia langsung bangkit dan hendak memeluk Maya. Tetapi Maya langsung melotot. " Simpan pelukanmu untuk istri Yang Mulia. Aku tidak suka dipeluk laki – laki ataupun wanita " Kata Maya sambil menjauh ke belakang.     

Tangan Pangeran Husen jadi mengambang di udara, " Pelukan sedikit tidak apa – apa. Mari sini, Aku peluk. Kau sebenarnya sangat cantik dan menawan. Kalau kau mau Aku bersedia menjadikanmu istri ke tiga " kata Pangeran Husen sambil maju dengan posisi tetap ingin memeluk Maya.     

Inilah bedanya Arani dengan Maya, Arani sangat menyanjung Nizam dan rela melakukan apa saja untuk Nizam. Bahkan jika Nizam ingin menjadikan dia istri atau selir maka Arani tidak akan pernah membantah satu katapun. Tetapi Maya tidak seperti itu. Dia akan marah jika tingkah Pangeran Husen keterlaluan walaupun itu sekedar bercanda.     

"Awas Kau yah..Aku akan mematahkan kedua tangan Yang Mulia jika Yang Mulia berani menyentuhku " Kata maya dengan galak.     

Pangeran Husen malah tertawa terkikik – kikik. Ia sambil memegang perutnya melihat wajah Maya yang begitu panik karena takut dipeluk olehnya.     

"Hanya Kau pelayan asisten yang menolak dinikahi pangerannya. Mana ada asisten yang lain seperti itu"     

"Aku bukan asisten sembarangan" Kata Maya sambil melangkah maju setelah mendorong tubuh Pangeran Husen yang menghalangi langkahnya. Pangeran Husen terdorong ke dinding sambil tetap tertawa – tawa.     

"Kalau kau marah – marah terus maka Kau akan cepat tua dan kau akan jadi perawan tua sebelum waktunya" Kata Pangeran Husen sambil terus tertawa. Maya semakin merengut sehingga dia menutup pintu kamar Pangeran Husen semakin keras. Dua orang pengawal pribadi Pangeran Husen refleks menatap Maya dan Maya langsung balik menatap dengan judes.     

"Apa kamu lihat – lihat ? Mau Aku gampar kalian ?" Katanya membuat dua orang pengawal itu langsung menundukkan wajahnya. Cantik – cantik galak dan judes pantas saja tidak ada satupun laki – laki yang berani melamarnya. Para pengawal itu berkata dalam hatinya. Padahal Maya sangat cantik dan menawan.     

 "Mengapa Pangeran Husen dan Pangeran Nizam ga ada mirip – miripnya. Jangan – jangan Pangeran Husen anak pungut Ratu Aurora." Kata Maya sambil bersungut – sungut. Ia mencibirkan bibirnya yang sedikit tebal itu. Kalau bukan Pangeran Husen yang mau memeluknya pasti Ia sudah menghajarnya habis – habisan. Laki – laki di dunia ini adalah racun dunia.     

Ia sama sekali tidak ingin mengenal laki – laki manapun. Laki – laki adalah mahkluk yang paling egois sedunia. Mereka boleh beristri banyak tetapi wanita hanya boleh bersuami satu. Mereka suka menyiksa wanita dan meniggalkan wanita untuk pergi dengan wanita lain. Ia tidak ingin menikah seumur hidupnya. Ia akan tinggal bersama Pangeran Husen selamanya. Pangeran itu masih lumayan baik dibandingkan yang lain.     

Setelah Ia mendapatkan semua peralatan melukis untuk pangeran Husen. Maya kemudian pergi ke kamar Amrita. Tampak ada dua orang penjaga di depan kamar Amrita. Maya menganggukan kepala ketika mereka membungkuk pada Amrita. Asisten seorang pangeran sama terhormatnya seperti pangeran itu sehingga mereka memberikan hormat kepada Amrita seperti mereka memberikan hormat kepada Pangeran itu sendiri.     

Amrita sendiri baru selesai mandi dan badannya terasa lebih segar walaupun kepalanya masih sangat pusing ketika pelayan datang memberitahukan bahwa asisten Pangeran Husen datang. Amrita langsung cemberut.     

"Aku tidak mau menerimanya. Suruh dia kembali " Kata Amrita sambil cemberut tetapi dia kaget ketika tiba – tiba pintu di tendang dari luar. Para pengawal itu sangat kaget melihat Maya menendang pintu dengan tiba – tiba hingga mereka terlambat untuk mencegahnya.     

Bahkan ketika dengan refleks seorang penjaga memegang bahu Maya untuk mencegah Maya masuk malah terpental ke belakang karena Maya mencekal tangan yang memegang bahunya itu lalu memelintirnya dan langsung menendang perut penjaga itu hingga penjaga itu langsung terpental.     

Amrita ternganga melihat seseorang yang tidak dikenalnya menerobos masuk ke kamarnya. Ia baru akan menerjang Maya ketika Maya bergerak lebih cepat menghindari tendangan Amrita.     

'Berhenti !! Aku tidak ingin berkelahi denganmu. Aku hanya ingin melihat wajah orang pengecut seperti kamu " Kata Maya membuat Amrita langsung murka. Berani benar ada orang yang mengatakan pengecut kepadanya.     

"Siapa Kau ? Berani benar kau mengatakan itu kepadaku" Kata Amrita sambil hendak memukul Maya tetapi Maya bukanlah wanita sembarangan. Sebagai asisten Pangeran syaratnya adalah Ia harus memiliki kemampuan berkelahi setara dengan jendral makanya setiap asisten Pangeran memiliki pangkat yang dapat disetarakan dengan jendral atau memang dia seorang prajurit berpangkat jendral.     

Amrita sedang emosi dan kondisi fisiknya sedang tidak stabil. Ia seharusnya tidak kalah dengan maya apalagi dia adalah seorang petarung yang diciptakan oleh pangeran Abbash. Tetapi kini Ia tidak berdaya melawan Maya. Hanya beberapa gerakan Ia langsung kalah terduduk di sofa dengan kaki Maya mengarah ke lehernya.     

"Aku akan membunuhmu dengan sekali gerakan " Kata Maya     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.