CINTA SEORANG PANGERAN

Keyakinan Maya



Keyakinan Maya

0Amrita meringkuk di atas tempat tidurnya, Ia tertidur di dalam kesedihannya dan Ibunya sendiri merasa tidak berdaya hingga membiarkannya. Perdana Menteri Amir menatap istrinya dengan sedih.     

"Bagaimana dia ?" Kata Perdana Menteri Amir. Istrinya hanya menggelengkan kepalanya. Ia lalu berlari dan memeluk suaminya. Tangis yang ditahan sedari tadi akhirnya pecah di dada suaminya.     

"Kita adalah orang tua yang gagal. Aku sudah tidak setuju dari awal ketika Anak kita sekolah ke luar negeri. Aku menyesal membiarkan Pangeran Abbash mendekatinya. Aku juga menyesal ketika membiarkan Amrita menolak lamaran Ratu Sabrina untuk Nizam.     

Seandainya waktu itu Aku bersikeras menerima lamarannya mungkin nasib dia tidak akan seburuk ini" Kata Istrinya terisak – isak. Tetapi suaminya malah menggelengkan kepalanya.     

'Nasibnya bisa jadi akan lebih menderita dibandingkan sekarang. Kau pikir bagaimana dengan keadaan para gadis yang mendiami harem Yang Mulia Pangeran Nizam. Sudah bukan rahasia lagi kalau para gadis itu diabaikan oleh Yang Mulia Nizam " Kata Perdana Mentri Amir.     

"Aku tahu.. tetapi setidaknya mereka hidup terhormat walaupun menderita dan tidak dijadikan cemoohan seperti anak kita. Mengapa Anak kita menyukai Pangeran Abbash dan bukannya Pangeran Barry ?" Kata Istrinya sambil terus berkeluh kesah. Suaminya malah melotot,     

"Kau gila apa ? Bagaimana bisa Kau berkata seperti itu? Pangeran Barry lebih mengerikan dari Pangeran Abbash. Dia itu pangeran terjahat yang pernah Aku kenal. Dia bahkan akan tega membunuh ayah.. ups" Perdana Mentri langsung terdiam, sepertinya Ia kelepasan berbicara. Dan istrinya jelas bukan orang bodoh.     

Tangisan istrinya langsung berhenti, Istrinya memegang bahu suaminya.     

"Suamiku, hati – hati dengan mulutmu. Apa yang sedang kau bicarakan itu?" Istrinya berkata dengan wajah pucat pasi. Ia bahkan melihat ke kiri dan ke kanan untuk memastikan bahwa hanya ada mereka di ruangan itu.     

Perdana mentri Amir malah balas memegang bahu istrinya.     

" Suasana kerajaan sedang tidak baik bahkan Aku tidak tahu apakah kita akan selamat atau tidak. Mengamankian Amrita ke kekerjaan Azura adalah langkah yang terbaik."     

Istrinya langsung memundurkan tubuhnya dengan mata terbelalak,     

"Apa maksudmu ? Kau berkata seperti itu ? Kau ingin menyelamatkan Amrita ? Hanya Amrita ? Lalu bagaimana dengan anak – anak yang lain ?"     

"Anak – anak yang lain mungkin akan selamat tetapi Amrita adalah orang yang dianggap dekat dengan kekuasaan Zamron. Walaupun Pangeran Abbash tidak mencintai anak kita tetapi Aku yakin dia sangat menyayangi Amrita. Dan orang yang menyakiti Amrita pasti akan berurusan dengan Pangeran Abbash. Pangeran itu tidak akan membiarkan Amrita di sakiti oleh yang lain.     

Dan Pangeran Barry tahu jelas tentang hal itu " Kata Perdana Menteri Amir     

"Kalau begitu mengapa dia tidak melamar anak kita " Kata istrinya masih dengan geram. Ia sama sekali tidak ingin memikirkan gonjang ganjing kerajaannya. Ia hanya ingin anaknya Amrita menikah dan Ia dapat melanjutkan hidupnya dengan tenang. Kalaupun Ia harus mati maka Ia akan mati dengan tenang juga setelah melihat anak gadis tertuanya itu menikah.     

Perdana Menteri Amir menghela nafasnya, begitulah jalan pemikiran perempuan pada umumnya. Anak – anak mereka menjadi perhatian yang utama. Tidak perduli kerajaan hancur lebur jadi debu yang penting anak – anaknya selamat.     

"Mengapa Amrita tidak mengerti kalau menikah dengan Pangeran Husen dapat menyelamatkan nyawanya. Bukankah dia sangat pintar" Kata Ibunya lagli.     

"Kalau hati sudah dibutakan oleh cinta, sepintar apapun orang maka Ia akan jatuh kedalam suatu kebodohan. "     

"Aku dulu tidak mencintaimu dan Aku menikah tanpa paksaan denganmu walaupun kita dijodohkan. Mengapa dia tidak seperti itu ? mengapa dia tidak menjadi anak yang seperti Aku ? "     

Perdana Menteri Amir tersenyum mendengar kata – kata istrinya. Banyak orang tua lupa kalau anak – anak itu bukanlah fotocopy dari orang tuanya. Mereka hanya dilahirkan dari keduanya, mereka terkadang memiliki pemikiran sendiri. Jadi jangan heran kalau ada anak – anak yang sifat dan karakternya tidak seperti orang tuanya. Ketika orang tua mereka menyukai music bisa jadi anaknya malah menyukai matematika. Tidak ada salah karena semua sudah ada yang mengaturnya.     

"Jangan menyamakan dirimu dengannya. Amrita memiliki karakter yang kuat dan dia sangat setia"     

"Apa maksudmu dengan mengatakan Dia setia ? Apakah Aku tidak setia kepadamu ?" Istrinya tiba – tiba jadi berang terhadap Perdana Mentri Amir. Ia jadi merasa tersindir oleh suaminya sendiri.     

Tapi Perdana Mentri Amir tidak mau memperpanjang masalah, " Sudahlah.. anggap kata – kataku angin lalu" Kata Perdana Menteri Amir sambil pergi keluar. Ia harus pergi menghadap Sultan Mahmud untuk membicarakan hal yang sangat penting tentang Pangeran Abbash.     

Dan Perdana Menteri sudah tahu kalau Sultan Mahmud pasti akan membicarakan tentang penobatan Pangeran Abbash sebagai putra mahkota. Dan sebentar lagi pasti akan ada huru hara yang diciptakan oleh Pangeran Barry. Ini tinggal menunggu hitungan hari.     

Pangeran Husen sudah mandi dan sedang duduk menikmati hidangan dari kediaman perdana menteri ditemani oleh Maya.     

"Bagaimana hasil perbincangan dengan Kakak Yang Mulia ?" kata Maya bertanya kepada Pangeran Husen.     

"Aku disuruh melukis wajahnya dan menyanyi.. " Kata pangeran Husen.     

'Hah.. Apa Yang Mulia Pangeran Nizam sedang berbicara tentang cinta seorang pangeran pada zaman Renaissance ? Apa Yang Mulia Nizam berpikir bahwa Yang Mulia bisa melukis seperti Leonardo da Vinci yang bisa melukis Monalisa dengan sempurna ? " Kata Maya sambil mencibir.     

Pangeran Husen mendelik kepada Maya yang mulutnya sepedas mulut cabai.     

"Mengapa kau mengatakan hal yang menyakitkan. Mengapa Kau tidak memberikan Aku semangat. Aku tidak mau tahu. Kau carikan Aku alat lukis sekarang. Aku akan melukis besok di dekat kolam itu. Aku akan melukis dia sebelum pulang ke Azura"     

Maya mengangkat alisnya yang cantik dan Ia lalu berkata sambil menggelengkan kepalanya,     

"Baiklah Yang Mulia, Aku akan mencarikannya sekarang juga. Aku harap lukisanmu itu akan indah seindah wajah cantik Nona Amrita. Dan Semoga hati Amrita akan terketuk. Biarkanlah Aku yang akan menghadapnya dan meminta kesediannya untuk Yang Mulia lukis "     

"Kau jangan main – main, mulutmu sangat pedas jangan – jangan dia malah stres begitu melihat wajahmu yang judes itu" Kata Pangeran Husen.     

"Siapa yang judes ? Siapa yang mulutnya pedas ? Berani benar Yang Mulia berkata itu" Maya melotot kepada Pangeran Husen. Pangeran Husen jadi tertawa geli melihat mata cantik itu hampir meloncat keluar.     

Gadis secantik Maya harusnya sudah menikah dan punya banyak anak tetapi Maya sangat galak dan Judes melebihi kegalakan Arani. Kalau Arani itu dingin dan kejam sedangkan maya galak dan judes. Ia akan dengan mudang memasang wajah kecut kepada siapapun yang tidak Ia sukai. Bahkan terhadap dirinya juga dia berani memasang wajah judes.     

"Pokoknya Yang Mulia lihat, kalau Aku pasti akan berhasil membuat Nona Amrita bersedia di lukis, Kalau aku gagal Yang Mulia boleh menendangku ke dalam kolam ikan itu"     

'Aku sangat setuju. Aku akan sangat senang bisa menendangmu masuk ke dalam kolam ikan itu" Kata Pangeran Husen dengan mata berbinar.     

"Ya dan kalau Aku berhasil aku ingin yang Mulia memberikan Aku sesuatu.. " Kata Maya meminta sesuatu kepada Pangeran Husen.     

"Kau ingin apa ? Kalau kau ingin menikah maka Aku akan carikan kau jodoh sekarang juga. Masih banyak para jendral yang belum menikah. Atau kalau kau ingin menikah dengan para pangeran kau tinggal tunjuk adik atau adik sepupuku. Aku akan seret mereka untuk menikahimu "     

Maya menghembuskan nafas panjang, "Hhhh... cukup Yang Mulia. Aku tidak ingin seorang laki – laki. Aku ingin kau mengizinkan Aku untuk berlibur selama satu bulan ke Jepang setelah Yang Mulia menikah dengan Nona Amrita "     

"Jepang ?? Memangnya ada apa di Jepang ?" Kata Pangeran Husen tampak mengerutkan keningnya.     

"Aku ada teman lama di sana. Aku janji akan mengunjunginya tetapi masih belum sempat juga. Jadi Aku harap ketika Nanti Yang Mulia berbulan madu dengan Nona Amrita maka Aku akan punya waktu luang untuk pergi ke sana" Kata Maya.     

"Mengapa Kau begitu yakin kalau Aku akan menikah dengan Amrita ?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.