CINTA SEORANG PANGERAN

Persidangan (3)



Persidangan (3)

Sisca memperhatikan guru BK-nya memberikan kesaksian. Sesuai dugaan Ibu Sandra akan berbicara yang sesungguhnya. Tetapi kejadian yang sesungguhnya ini malah semakin memperu kesaksiannya. Ingatan Sisca kembali ke masa 5 tahun lampau dimana dia masih duduk di kelas XII. Ia sudah menjadi sahabat Alena dari kelas X. Alena ya Alena sudah populer sejak Ia menjadi siswa baru. Kepolosan dan kecantikannya langsung merenggut semua perhatian semua laki-laki di SMA swasta yang memang SMA khusus untuk para anak orang kaya.     
0

Sisca memaksakan dirinya masuk sekolah itu hanya untuk bertemu anak orang kaya. Ayahnya hanyalah seorang pembisnis kecil dibandingkan dengan Ayah Alena yang pengusaha tambang batubara. Dari segi kecantikan dan kekayaan Ia jauh dibawah Alena. Ia juga tidak terlalu pintar bahkan kalau seandainya Alena sedikit lebih rajin belajar pasti kepintarannya di kelas ada di bawah Alena.     

Ia adalah bayang-bayang Alena. Dia sebenarnya hanya ingin numpang kepopuleran Alena. Dia menikmati bagaimana para pria berebut mendekatinya hanya agar mereka bisa memiliki Alena. Akhirnya dia juga memanfaatkan para lelaki itu untuk memperoleh apapun yang Ia inginkan agar dapat diberi kesempatan mendekati Alena.     

Dan Alena yang polos itu benar-benar tidak menyadari kalau Sisca memanfaatkan dirinya untuk keuntungan pribadinya. Alena seringkali pura-pura menemani Sisca menemui seseorang yang sebenarnya orang itu ingin bertemu Alena.     

Dan disitulah sebenarnya muncul konflik diantara para Pria. Mereka bersaing untuk mendapatkan Alena melalui Sisca. Karena Alena sendiri sebenarnya tidak memperdulikan mereka. Setiap kali Alena dipanggil ke BK oleh Walikelas atau guru BK. Alena hanya bisa mengelak atau terdiam karena tidak mengerti.     

Sampai kemudian Sisca mencintai Nakula tetapi Nakula lagi-lagi mencintai Alena. Sisca merasa sangat membenci Alena dan bersumpah akan mengalahkannya.     

Ketika Alena ke Amerika untuk melanjutkan sekolahnya Sisca hanya bisa kuliah di Surabaya. Sebenarnya Ayahnya mampu membiayai kuliah Sisca tetapi untuk memenuhi gaya hidup Sisca yang memang bergaya high class Penghasilan ayahnya sebagai pengusaha konveksi kecil jelas tidak mencukupi. Sisca pun kuliah sambil bekerja di Club malam milik Andre. Kemudian Ia berhasil memikat Andre hingga terjalin hubungan diantara mereka.     

Ketika Ia hampir tertabrak oleh mobil Alena. Dendam lamanya berkobar kembali. Bermaksud ingin menyombongkan Andre pada Alena malah membuat Andre terpikat pada Alena dan terobsesi. Bahkan ketika Ia sudah mengandung anaknya Andre, Andre tetap tidak perduli.     

Lamunan Sisca menjadi buyar ketika Ia melihat Saksi berganti dari Guru BK ke Walikelasnya. Ia merengut ketika melihat Alena malah berdiri memberikan salam pada guru Walikelasnya dan memeluknya sambil menangis. Sesaat suasana menjadi hening melihat murid dan guru saling menangis berpelukan. Nizam sampai harus berdiri dan meraih Alena agar tidak terlalu bersedih.     

Nizam menganggukan kepalanya memberikan hormat pada Ibu Hanifa sambil tersenyum. "Apakah Anda Suaminya?" Tanya Ibu Hanifa. "Benar.." Nizam menjawab menggunakan bahasa Indonesia Yang Ia dengar dari airphone.     

"Saya berjanji akan mengatakan yang sebenarnya. Alena adalah anak yang baik. Walaupun Saya dipanggil oleh pengacara Tuan Hartono tetapi tetap saja kebaikan akan menang." Kata Ibu Hanifa sambil menepuk bahu Nizam. Nizam hanya tersenyum lalu mengucapkan terimakasih.     

"Terima Kasih Madam.." Kata Nizam sambil membimbing Alena.     

"Alena ..tolong jangan terlalu bersedih, ingat lah Kamu sedang mengandung" Bisik Nizam.     

Alena menganggukan kepalanya sambil mengusap air matanya. Ia lalu duduk kembali di kursinya. Ia mendengarkan Walikelasnya bersaksi dengan kesaksian yang tidak jauh berbeda dengan kesaksian guru BK nya.     

Yang mengejutkan adalah kesaksian teman-teman SMA nya.     

"Apakah Saudara Andika benar teman SMA nya Saudari Alena? dan pernah terlibat perkelahian dengan Suadara Danu karena Saudari Alena." Tanya Hakim Ketua.     

"Benar Yang Mulia." Jawab Andika sambil menatap penuh kerinduan pada Alena. Alena memandang Andika dengan wajah polos. Ia sama sekali lupa pernah bertemu Andika sebelumnya.     

"Coba jelaskan kepada Kami bagaimana Kau bisa berkelahi untuk Saudari Alena"     

"Waktu itu Saya sangat mencintai Alena, Ia bukanlah teman sekelas Saya. Karena Saya anak XII IPA dan dia anak IPS. Saya menitip salam padanya melalui Sisca. Bahkan secara rutin setiap pagi saya memberikan sebatang coklat untuknya melalui Sisca selama dua bulan."     

"Apa Saudara pernah berbicara langsung dengan Saudari Alena?"     

"Alena selalu terdiam setiap bertemu Saya tetapi Sisca selalu berusaha meyakinkan Saya kalau Alena sebenarnya mencintai Saya hanya dia terlalu malu untuk mengakuinya. Bahkan Saya menerima surat darinya.     

Saya tidak memiliki kontak Sosial Media dengan Alena sehingga saya hanya memiliki sepucuk surat cinta dari Alena. Dan suatu hari Saya melihat Alena berbincang-bincang dengan Danu di Kantin hingga saya menjadi sangat marah.     

Saya pukul dia dan dia balas memukul saya hingga akhirnya kami berkelahi"     

Alena menatap wajah Andika mengingat-ingat kejadian yang sebenarnya. Ia lalu teringat bahwa memang benar dia pernah berkelahi gara-gara dirinya.     

"Bolehkah Saya bertanya kepada Saudara Andika, Yang Mulia?" Pengacara Alena meminta izin.     

"Silahkan!!" Kata Hakim Ketua.     

"Saya melihat ada kejanggalan. dengan cerita dari Saudara Andika"     

Andika menatap Pengacara Alena dengan mengerutkan keningnya.     

"Saudara Andika. Apakah Anda yakin surat yang Anda terima berasal dari Saudari Alena?"     

"Saya diberi surat itu oleh Sisca. Sisca adalah sahabat Alena. Bagaimana bisa saya tidak yakin" Andika menjawab dengan tegas.     

"Selama ini apakah Saudari Alena pernah mengajak Anda untuk berbincang atau menghubungi Anda melalui telepon?"     

"Belum pernah"     

"Apakah Anda tidak merasa Aneh kalau Saudari Alena mencintai Anda tapi tidak sekalipun Saudari Alena mengajak Anda untuk berbicara"     

"Tidak!! Karena kemudian Sisca berbicara bahwa ternyata Alena tidak mencintai saya dan hanya mempermainkan Saya. Padahal Saya juga sempat memberikan hadiah sebuah gelang emas sebagai tanda cinta saya."     

"Oh ya?? Apakah Anda pernah melihat nya mengenakan gelang itu?"     

"Pernah.. bahkan saya memiliki foto saat Alena mengenakan gelang itu"     

"APA??" Alena terkejut mendengar kata-kata Andika. Dan lebih terkejut lagi ketika diperlihatkan foto dirinya sedang mengenakan gelang itu mengenakan seragam SMA.     

"Saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan untuk Saudari Alena" Kata pengacara Hartono.     

"Silahkan!!" Kata Hakim Ketua.     

"Saudari Alena, Apakah Anda mengenal Saudara Andika"     

"Ya Saya mengenalnya"     

"Apakah Anda pernah menerima coklat setiap hari dalam beberapa hari?"     

Alena mengingat-ingat lalu kemudian berkata lagi." Saya merasa lupa-lupa ingat. tetapi memang Saya pernah diberi coklat oleh Sisca tetapi karena Saya tidak terlalu suka maka Saya berikan kembali pada Sisca"     

"Apakah Anda pernah menerima pemberian gelang emas dari Saudara Andika"     

Alena termenung mengingat kejadian yang sebenarnya. Siang itu waktu istirahat. Sisca memberikan sebuah gelang emas yang dikatakannya milik ibunya untuk dijual online sehingga Ia perlu foto gelang itu. Akhirnya Alena menyetujui mengenakan gelang itu dan difoto oleh Sisca. Akhirnya Alena menjawab.     

"Iya.. tapi.."     

"Cukup yang Mulia. Saya tidak perlu mendengarkan kelanjutannya. Foto menunjukkan Saudari Alena mengenakan gelang itu apapun alasannya. Hal ini sedikitnya memperlihatkan sikap Alena."     

Pengacara Alena terkejut karena para saksi sebenarnya tidak bersaksi melawannya tapi malah menunjukkan bahwa apa yang dituduhkan oleh Sisca adalah suatu kebenaran     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.