CINTA SEORANG PANGERAN

Pertanyaan Sensitif



Pertanyaan Sensitif

0Tetapi Ratu Sabrina menilai wajar pertanyaan putri itu, bahkan Ratu Sabrina memujinya sebagai pertanyaan bagus. Alena dan Cynthia yang sedari tadi merah padam jadi saling pandang tetapi mereka penasaran dengan perkataan yang akan diucapkan oleh Ratu Sabrina.     

"Pertanyaan yang sangat baik sekali dan ini sangat penting untuk yang lainnya. Jika nanti saat mendapatkan giliran dan putri tersebut sedang datang bulan maka giliran akan diberikan kepada yang lain dan secara otomatis akan digantikan lagi olehnya setelah datang bulannya selesai. Apakah semua paham ?" Kata Ratu Sabrina dengan santai. Ia sama sekali tidak tahu kalau anaknya sedang mengumpat - ngumpat dalam hati.     

"Bagaimana untuk yang lainnya. Apakah ada pertanyaan lagi?" kata Ratu Sabrina kepada yang lain.     

Tiba - tiba seorang Putri yang berkulit putih dan berambut coklat keemasan mengacungkan tangannya, " Saya Putri Radha dari Kerajaan Andhora hendak bertanya" Katanya sambil terlihat sedikit ragu.     

Ratu Sabrina menganggukkan kepalanya sambil mengangkat tangannya dan mempersilahkan putri tersebut untuk bicara. "Silahkan Putri Radha " Kata Ratu Sabrina sambil tersenyum. Putri dari kerajaan yang terkenal sebagai penghasil kain sutra yang sangat terkenal sampai ke luar kerajaan itu tampak sangat cantik dalam balutan pakaian berwarna biru langit. Sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersinar.     

"Seandainya ketika kita sedang mendapatkan giliran tetapi kemudian Yang Mulia Pangeran Nizam tidak menginginkan kita. Kemudian bagaimana? Apakah kita bisa mendapatkan gantinya di lain hari atau menunggu giliran yang berikutnya lagi" Kata Putri Radha sambil mengerlingkan matanya yang coklat kepada Nizam. Tatapan genit menggoda. Dan Nizam hanya meliriknya sekilas dan menunggu ibunya menjawab pertanyaan itu.     

Tetapi Nizam sangat kaget ketika ibunya kemudian balik bertanya kepada Nizam, "Bagaimana menurutmu, Anakku ?" Kata Ratu Sabrina kepada Nizam. Nizam jadi terdiam sambil mengelus ujung hidungnya yang mancung oleh tulunjuknya. Dan itu malah membuat para putri jadi berkhayal yang bukan - bukan. Seakan telunjuk yang runcing itu sedang mengelus - ngelus tubuh mereka.     

Bahkan Putri Rheina sampai hampir meneteskan air liur saking inginnya disentuh oleh Nizam. Tangan Nizam tampak kekar dengan bulu - bulu di sekitar punggung jarinya. Tangan itu menggambarkan betapa perkasanya si pemiliknya.     

Nizam malah melirik ke arah Alena, Ia tidak dapat menahan pandangannya dari Alena yang sangat cantik di mata Nizam. Dan kebetulan Alena juga sedang menatapnya. Jadilah mereka malah saling berpandangan. Mata Nizam tampak teduh memandang Alena tapi Alena malah menatapnya dengan buas seakan ingin menelan suaminya itu dalam sekali telan.     

Dan adegan saling pandang mereka jelas terlihat oleh semua putri yang ada dan itu menimbulkan kecemburuan yang sangat hebat di antara mereka. Putri Rheina sampai mengepalkan tangannya dengan kesal. Kalau seandainya Alena tidak hadir dikehidupan Nizam pasti sekarang Ia yang ada dalam pelukan Nizam. Alena itu perempuan ular yang harus disingkirkan secepatnya.     

Ratu Sabrina sampai berdehem karena Nizam masih diam dan memandang Alena, " Yang Mulia Pangeran Nizam, apakah Ananda bisa menjawab pertanyaan Putri Radha ? " Kata Ratu Sabrina bertanya kepada Nizam.     

Nizam jadi sedikit tersentak kaget dan Ia segera berbalik menatap ibunya, " Maafkan Ananda, Ibunda Ratu tetapi kurang bijak bagi Ananda untuk menjawab pertanyaan ini. Karena Ananda tidak bisa menjanjikan apakah Ananda akan membiarkan putri itu di dalam kamar Ananda atau Ananda harus mengusirnya keluar. Karena Ananda adalah manusia biasa yang memiliki perasaan suka atau tidak. " Kata Nizam sambil santai dan itu membuat Ibunya jadi melotot. Tangannya yang di bawah bergerak dan mencubit pant*t Nizam dengan kuat sampai Nizam mengaduh. Gerakan mereka terhalang oleh meja yang ada di depan mereka     

"Anak Kurang ajar ! Mengapa Kau mengatakan seperti itu? " Kata Ratu Sabrina sambil berbisik di telinga anaknya.     

"Ibunda yang mengundang mereka, maka Ibunda yang harus mengurusnya" Kata Nizam sambil bergeser menjauh dari ibunya. Ia takut pant*tnya di cubit ibunya lagi. Kalau dicubit Alena sih tidak apa - apa karena walaupun sakit tapikan ada getaran rangsangan pada tubuhnya. Nah kalau ibunya yang mencubit boro - boro ada getaran yang ada adalah panas dan perih.     

Ibunya sekarang yang menatap Nizam dengan buas. Bola Matanya yang begitu besar dan indah itu seakan ingin loncat dari matanya. Nizam malah menatap langit yang sangat cerah dan bertaburkan bintang. Dia pura - pura tidak melihat wajah ibunya yang sudah segarang singa.     

Ratu Sabrina tahu kalau Nizam terlihat tidak ingin menjawab pertanyaan itu dan Ia tidak dapat memaksa mengingat anaknya begitu keras kepala lagi pula sebenarnya Ia tahu kalau Nizam memang tidak enak hati menjawab pertanyaan itu. Nizam tidak ingin membuat gaduh para putri jika Ia salah menjawab. Karena pertanyaan itu dilihat dari sisi apapun akan mendapatkan jawaban yang salah.     

Jika Nizam menjawab bahwa Ia akan mempersilahkan putri itu untuk keluar dari kamarnya maka itu akan menyakiti hati para putri dan kalau Ia menjawab kalau Ia akan tetap membiarkan putri itu di kamar maka itu tidak bagus buat dirinya. Ia mungkin saja sedang ingin menyendiri dan Ia tidak mungkin menerima siapapun ada dikamarnya kecuali Alena tentunya. Tetapi kalau Ibunya yang menjawab maka apapun jawabannya pasti tidak akan menyakiti para putri karena kata – kata Ibunya adalah titah bagi mereka.     

Ratu Sabrina mendehem sebelum dia menjawab, " Anakku memang manusia biasa yang terkadang dia memang ingin sendirian karena mungkin suasana hatinya sedang tidak baik atau tiba – tiba dia menginginkan seseorang ada disisinya. Walaupun menyakitkan tetapi ini sangat manusiawi dan Aku tidak ingin menyiksa Yang Mulia dengan perasaan manusiawinya mengingat Yang Mulia adalah Pangeran Putra Mahkota yang memiliki tanggung jawab besar terhadap kerajaan ini.     

Maka sepatutnyalah kita menghargai perasaannya. Asalkan tidak terlalu sering maka kita akan tolelir keinginannya itu. Dan bagi Putri yang ditolak maka Ia akan mendapatkan hari penggantinya sesegera mungkin " Kata Ratu Sabrina membuat Nizam tersenyum dengan hormat kepada ibunya. " Terima Kasih Ibunda Ratu.. Ibunda memang yang terbaik " Kata Nizam sambil membungkukkan badannya dengan sangat hormat kepada kemurahan hatinya. Nizam tahu ibunya bukanlah orang sembarangan. Dia adalah ratu yang pandai berdiplomasi sehingga Nizam tidak salah dengan membiarkan ibunya yang menjawab. Nizam menganggukan kepalanya kepada Ibunya. Diam – diam Ia sangat mengagumi ibunya terlepas dari kelakuannya yang sangat Nizam tidak sukai yaitu menyimpan para wanita di haremnya.     

Tiba – tiba seorang Putri yang berambut hitam dengan mata jeli mengacungkan tangannya. Wajah cantiknya sedikit angkuh. Putri dari Kerajaan Parsia itu berkata,     

"Yang Mulia Ratu, Saya ingin bertanya sesuatu yang sedikit sensitif. Tetapi Saya merasa kalau Kami semua mengharapkan jawaban yang sejujurnya dari Yang Mulia Pangeran Nizam "     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.