CINTA SEORANG PANGERAN

Malam yang Indah



Malam yang Indah

0Amrita duduk di tepi tempat tidur dengan perasaan campur aduk. Ia seperti bermimpi ketika Pangeran Husen datang menghampirinya setelah menutup pintu. Amrita menjadi sangat gugup. Ia tidak mengira kalau pangeran Husen akan menyentuhnya terlebih dahulu mengingat bahwa Ia hanyalah pengantin tambahan. Lagi pula Ia bukan anggota kerajaan Rajna sehingga Ia tidak perlu menjalani ritual yang menyebalkan itu.     

Dan itu suatu keberuntungan baginya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana Ia harus melakukan ritual itu kalau Ia sudah tidak suci lagi. Ini benar - benar suatu keberuntungan baginya. Pernikahannya di kerajaan Rajna telah menyelamatkannya dari aib malam kesucian.     

Dan Pangeran Husen tahu persis itu sehingga Ia memilih menyentuh Amrita terlebih dahulu. Ia tidak harus mempermalukan Amrita tentang kesuciannya yang sudah hilang.     

Amrita memandang Pangeran Husen dengan perasaan campur aduk. Ada perasaan berdosa yang menghantuinya karena Ia sudah tidak suci lagi sehingga ketika Pangeran Husen hendak menciumnya. Amrita malah terdiam kaku dan air matanya meleleh membasahi pipinya.     

Pangeran Husen menjadi menahan mukanya dan menarik kembali ciumannya. Ia mengelus air mata di pipi Amrita dengan perasaan penuh pengertian.     

"Apa kau masih belum siap untuk Aku sentuh? Apa kau masih mengingat Pangeran Abbash. Aku minta maaf. Aku memang tidak setampan dia" kata Pangeran Husen penuh pengertian. Amrita menggelengkan kepalanya dan segera memeluk Pangeran Husen dengan erat.     

"Bukan seperti itu Yang Mulia. Hamba hanya sangat menyesal bahwa hamba tidak bisa mempersembahkan kesucian hamba kepada yang berhak" Kata Amrita dengan wajah sendu.     

"Kau jangan memikirkan hal itu. Aku sudah berulang kali mengatakan bahwa Aku menerima dirimu apa adanya. Lagipula Aku sendiri bukan perjaka lagi. Aku ini sudah memiliki istri. Jadi kita tidak ada bedanya" Kata Pangeran Husens sambil mengelus kepala Amrita penuh kasih sayang.     

"Tentu saja itu berbeda. Yang Mulia melakukannya dengan penuh kesucian tetapi hamba melakukankanya karena hawa nafsu"     

"Sudahlah Amrita.. berhentilah memikirkan masa lalu. Masa lalu bukanlah untuk disesali terus menerus. Tetapi jadikanlah masa lalu itu sebagai pembelajaran bagi kita untuk melangkah ke depannya.     

Terus terang Aku lebih suka menikahimu dalam keadaan tidak suci daripada Aku menikahimu dalam keadaan suci tetapi kau melakukan hal yang memalukan setelah menjadi istriku" Kata Pangeran Husen sambil diam - diam Ia khawatri kalau Amrita bertemu lagi dengan Pangeran Abbash maka Ia akan berpaling lagi kepadanya.     

Amrita menggelengkan kepalanya, " Hamba bertobat Yang Mulia, Cukup sudah kelakuan buruk hamba di masa lalu. Sekarang Hamba hanya ingin mengabdi kepada Yang Mulia"     

"Aku sungguh sangat senang mendengarnya" Kata Pangeran Husen sambil kembali mengelus - ngelus kepala Amrita.     

Amrita kemudian berbalik merangkul Pangeran Husen dan mulai membenamkan ciumannya. Amrita berusaha keras melupakan wajah Pangeran Abbash dalam benaknya. Ia sering kali mencium gemas bibir Pangeran Abbash yang mungil menggemaskan. Sekarang Ia mencium pria yang berbeda. Amrita merasakan nafasnya berpacu dengan cepat ketika Ia merasakan kalau Pangeran Husen membalas ciumannya dengan sangat berapi - api.     

"Aku mencintaimu Amrita. Sangat mencintaiimu. Kau wanita yang luar biasa. Aku sangat mengagumimu" Kata Pangeran Husen sambil tangannya bergerak ke sana ke mari. Amrita tidak menjawab, Ia sibuk menikmati kelembutan perlakuan Pangeran Husen. Pangeran Husen tidaklah segalak Pangeran Abbash.     

Pangeran Abbash hampir tidak pernah memperlakukannya dengan lembut. Ia adalah laki - laki yang memperlakukan teman bercintanya sesuai dengan keinginannya. Jika Ia ingin A maka harus A. Jika Ia ingin A dan wanitanya ingin B maka Pangeran Abbash akan melakukan A.     

Tidak jarang perlakuannya hanya membuat wanita kesakitan tetapi kalau Ia sedang suka maka Ia akan memberikan keindahan yang banyak kepada wanita itu tetapi jika tidak maka jangan harap akan bertahan jadi kekasih sesaatnya.     

Berkali - kali Amrita dibuat menangis ketika Pangeran Abbash menyentuhnya. Entah karena Pangeran Abbash sedang kesal ataupun sedang sangat berhasrat kepadanya. Tetap wajah lembut Pangeran Abbash memang berbanding terbalik dengan kehidupan nyatanya. Wajah tampan dan lembut tetapi kelakuan tidak ada lembut - lembutnya.     

Tapi sekarang Pangeran Husen memperlakukannya bagaikan dia seorang putri yang sangat rapuh. Pangeran Husen begitu hati - hati mencium dan menyentuhnya. Bahkan tidak sedikitpun Pangeran Husen memberikan gigitan di tubuhnya. Ia hanya mengecupinya dengan teramat lembut.     

"Yang Mulia..." Kata Amrita ketika Ia merasakan tubuh suaminya mulai memasukinya.     

"Apa Aku menyakitimu? " Kata Pangeran Husen sambil bergerak perlahan. Ia takut kalau tubuhnya masih bisa menyakiti Amrita. Amrita hanya menggelengkan kepalanya walaupun ada perasaan sesak yang menyelimutinya.      

Ia memang sudah tidak suci lagi tetapi Ia juga tidak terlalu sering bersentuhan dengan Pangeran Abbash mengingat kalau Pangeran Abbash memang memiliki banyak wanita yang jumlahnya tidak bisa dihitung lagi.     

Jadi ketika Pangeran Husen memasukinya sebenarnya Ia masih merasakan perasaan perih. Apalagi memang sudah lama Ia tidak bersentuhan dengan Pangeran Abbash sejak Pangeran Abbash jatuh cinta pada Alena.     

Wajah Amrita yang sangat putih itu tidak bisa menyembunyikan rona merah yang menyemburat di setiap pipinya yang bagaikan gumpalan salju yang tertetesi biasan darah. Nafas Amrita mengalun indah di telinga Pangeran Husen.     

Malam ini seakan semua keindahan tertumpahkan di sekeliling mereka. Ketika Pangeran Husen berbisik di telinga Amrita menyatakan bahwa Ia mencintai Amrita. Amrita hanya menggigit bibirnya sambil melelehkan air mata bahagia.     

Dan ketika gerakan Pangeran Husen semakin cepat Amrita merasakan Ia semakin mengawang - ngawang. Ini sangat menyenangkan. Dan ketika pangeran Husen membacakan doa kepadanya meminta keselamatan dan keturunan yang soleh. Amrita memekik dan tidak tahan untuk tidak membenamkan giginya di bahu suaminya. Pangeran Husen meringis sebentar tapi Ia tetap tidak mengubah gerakannya. Ia tetap melakukannya dengan lembut.      

Wanita di hadapannya ini adalah wanita pertama yang Ia cintai. Pangeran Husen memang tidak seperti Nizam atau Pangeran Thalal yang hanya bersedia memiliki satu istri. Pangeran Husen hanya mencintai Amrita tetapi Ia juga tidak keberatan Ia memiliki istri lebih dari satu.      

Dan Pangeran Husen tidak berhenti bergerak sebelum Amrita berbisik lirih. "Hamba merasa cukup Yang Mulia.. terima kasih " Kata Amrita sambil menyembunyikan wajahnya di leher suaminya. Karena memang Amrita sudah berpengalaman maka Ia tahu kalau Pangeran Husen menunda kepuasannya sampai Amrita merasa sangat puas.      

Pangeran Husen mendengar bisikan Amrita dan Ia lalu membenamkan ciumannya dan melepaskan seluruh perasaan cintanya kepada Amrita. Pangeran Husen lalu tergeletak di samping Amrita dengan wajah penuh kebahagiaan. Amrita sendiri terbaring kelelahan. Sungguh malam ini sangat indah. Amrita mendapatkan kepuasan dan cinta dari suaminya. Ia sungguh berterima kasih kepada Nizam yang membantunya mendapatkan Pangeran Husen.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.