CINTA SEORANG PANGERAN

Interogasi Putri Elisa kepada Maya



Interogasi Putri Elisa kepada Maya

0Maya masih terdiam memikirkan suatu cara, tapi Ia butuh seseorang untuk di ajak diskusi. Sewaktu Ia berhasil menyatukan Pangeran Husen dengan Amrita, Ia pernah meminta hadiah berlibur ke Jepang tetapi gagal karena keburu ada insiden meninggalnya Putri Kumari. Sekarang majikannya bukan lagi Pangeran Husen tapi Nizam dan Alena. Ia tidak mungkin pergi sendiri ke Jepang. Ia harus pergi bersama seseorang tapi siapa?      

Maya lalu mondar - mandir di kamarnya, sesaat kemudian matanya menyala tapi kemudian Ia menggelengkan kepalanya. sungguh menyebalkan kalau Ia harus meminta pernikahannya dengan Amar dipercepat lalu pergi ke Jepang Bersama Amar. Maya menggelengkan kepalanya. Tapi cuma itu satu - satunya jalan keluar.     

Ia sebenarnya ingin berterus terang kepada Nizam tentang suatu kecurigaan hanya saja ini masih belum yakin sehingga Maya tidak bisa bicara takutnya ini hanyalah berita burung belaka. Maya lalu keluar dari kamarnya, Ia melihat ke arah pintu kamar Alena dan tampak tidak ada suara - suara kehidupan. Maya menarik nafas lega kemungkinan mereka sedang tertidur.     

Maya lalu melangkah pergi menuju ke luar harem. Alena memang sudah merubah kebiasaan di istana ini sedikit demi sedikit. Bahkan Putra Mahkota atau Raja yang biasanya jarang masuk ke dalam harem sekarang malah sering keluar masuk. Nizam tidak seperti Raja atau putra mahkota pendahulunya. Ia lebih santai sekarang dan lebih membumi karena pengaruh Alena.     

Jangan sampai Putri Rheina mengambil alih kedudukan Alena di kerajaan Azura. Karena ini tidak akan membuat revolusi di dalam kerajaan Azura berjalan dengan lancar. Maya melangkah terus menuju Ruangan para penjaga dimana Amar berada.     

Demi Alena, Ia rela mengorbankan harga dirinya. Ia tidak perduli apa tanggapan Amar terhadap dirinya, yang penting Ia harus melakukan sesuatu agar Putri Rheina tidak menjadi pengganggu antara Nizam dan Alena lagi.     

Setiap kali para pelayan berpapasan dengan Maya, mereka mencuri - curi pandang sambil tetap menundukkan wajahnya. Mereka tidak ingin kena semprot tiba - tiba. Dan wajah Maya memang sangat khas dengan judesnya.     

Ketika Ia keluar dari istana utama dan berjalan ke arah ruangan tempat para penjaga, Ia melewati istana tempat Pangeran Husen dan sudah takdirnya tiba - tiba Ia bertemu dengan Putri Elisa. Begitu melihat Maya, Putri Elisa langsung merengut.     

"Kau Maya, berani benar kau membiarkan suamiku menikah lagi dengan Putri Avantika tanpa sepengetahuanku " kata Putri Elisa dengan tatapan tajam. Maya malah menggerakkan lehernya seakan mengusir pegal. Lalu Ia bersender di batang pohon sambil tersenyum tak perduli. Bahkan Ia berbicara sambil melihat kuku tangannya dan tidak menatap wajah Putri Elisa.     

"Siapalah hamba ini. Bisa mencegah Yang Mulia Pangeran Husen menikah lagi kalau Ratu Aura saja malah terlihat bahagia memiliki menantu Putri Avantika." Kata Maya kepada Putri Elisa. Ia sangat kesal karena Ratu Aura, mertuanya itu pergi ke kerajaan Rajna sedangkan Ia tidak diajak pergi.     

"Harusnya kau memberitahukan Aku sebelumnya sehingga Aku bisa siap mental" Kata Putri Elisa dengan sedih. Ia merasa disisihkan oleh istri baru Pangeran Husen. Amrita dan Putri Avantika sekarang bersama Pangeran Husen sedangkan dirinya ada Kerajaan Azura sendirian.     

Melihat Putri Elisa menunduk dan sedih, hati Maya jadi terenyuh juga. Sebagai wanita Ia ikut merasakan apa yang dirasakan Putri Elisa, hingga akhirnya suaranya jadi melunak.     

"Yang Mulia jangan khawatir, Hamba kenal dengan Pangeran Husen. Yang Mulia tidak akan pernah meninggalkan Anda. Mungkin Yang Mulia Pangeran Husen sedang menyelesaikan urusannya dulu sebelum Yang Mulia menjemput Anda."     

Mata Putri Elisa membesar, Putri Elisa ini baru berumur delapan belas tahun hanya satu tahun lebih tua dari Putri Avantika tapi wajahnya begitu ke kanak - kanakan. Ia sebenarnya sangat lucu kalau saja sifatnya yang terlalu manja.      

"Benarkah itu ?" kata Putri Elisa tampak sangat senang.     

"Tentu, Bukankah Yang Mulia Pangeran Husen harus menghadap Ratu Sabrina dan Raja Al- walid untuk meminta restu. Nah pasti nanti sekalian menjemput Yang Mulia. Sudah menelpon yang Mulia ?" Tanya Maya kepada Putri Elisa.     

"Sudah tapi masih belum bisa dihubungi. Ia hanya mengirimkan chat saja, menyuruhku menunggunya. Yang Mulia Pangeran Husen kelihatannya sibuk" Kata Putri Elisa perlahan. Maya jadi ingin tertawa, tentu saja sibuk, Dia kan baru menikahi dua wanita sekaligus. Pasti sibuk.     

"Bersabarlah Yang Mulia" Kata Maya sambil hendak pergi tetapi kemudian Putri Elisa mengerutkan keningnya.     

"Tapi ngomong - ngomong, Maya. Mengapa Kau ada di Azura. Bukannya kau menemani suamiku di kerajaan Rajna?" kata Putri Elisa keheranan.     

"Hamba sudah dipecat" Kata Maya sambil berlalu.     

"Hah..di pecat ? Bagaimana bisa ? Bukankah kau adalah bayangan suamiku?" Kata Putri Elisa setengah berteriak. Maya menjawab tanpa menoleh.     

"Ada Putri Amrita yang akan menjaganya, sekarang" Kata Maya membuat Putri Elisa terkejut. Ia langsung teringat wanita yang katanya sangat galak dan kejam itu. Putri Elisa menjadi ngeri kalau harus berada dekat dengan Amrita. Ia juga langsung keheranan karena Amrita berhasil menggeser Maya yang sudah bertahun - tahun menjadi asisten suaminya. Sungguh wanita yang hebat.     

Tapi Putri Elisa penasaran sehingga Ia segera mengangkat telepon dan mencoba menghubungi suaminya lagi.     

Sementara itu pangeran Husen baru saja terbangun setelah melakukan malam pertama dengan Putri Avantika. Pangeran Husen melihat ke arah istrinya yang masih terlelap karena semalaman mengamuk menghadapi pangeran Husen. Pangeran Husen sampai kewalahan sendiri.     

Walaupun Ia sudah berpengalaman tetapi Putri Avantika sulit diarahkan dan dibimbing ditambah dengan tekanan dari orang - orang yang berjaga di luar membuat Pangeran Husen akhirnya memaksakan kekuatannya kepada Putri Avantika. dan itu membuat Putri Avantika semakin mengamuk karena kesakitan.     

Teriakannya bahkan membuat ibunya sampai pingsan karena tidak tega. Dan Pangeran Husen semakin stress dibuatnya. Ketika Ia menghadapi Putri Elisa, Ia masih bisa menikmati dengan tenang karena memang posisinya bukan orang penting di Azura. Jadi tidak ada perayaan kesucian yang harus dirayakan.      

Tapi putri Avantika adalah Putri Mahkota sekaligus calon ratu, rakyatnya harus tahu bahawa Putri Avantika adalah wanita yang masih suci sehingga Pangeran Husen melakukannya seperti di bawah tekanan. Pangeran Husen gagal memberikan malam yang indah seperti malamnya dengan Amrita.     

Putri Avantika sama sekali tidak menikmati, Ia merasa sangat kesakitan. Ia sampai menggigil menahan penderitaan, Ia sampai berteriak meminta tolong pada ibunya. Dan itu yang membuat ibunya pingsan karena tidak tega. Untungnya Pangeran Husen cepat melakukannya. Ia hanya mentuntaskan tugasnya tanpa harus menikmati, sehingga begitu darah menetes, Ia langsung menghentikan kegiatannya. Pangeran Husen melakukan cara lain agar Ia bisa mentuntaskannya sendiri sehingga Putri Avantika tidak terlalu menderita.     

Itulah sebabnya Putri Avantika masih bisa terlelap tidur tanpa perawatan medis. Dan Pangeran Husen melihat dilayar handphonenya kalau Putri Elisa menelpon. Pangeran Husen turun dari tempat tidur dan membetulkan letak selimut Putri Avantika. Ia mengecup bahu Putri Avantika dengan lembut sebelum Ia melangkah pergi menuju jendela.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.