CINTA SEORANG PANGERAN

Masuk ke Dalam Sumur



Masuk ke Dalam Sumur

0Alena merasakan punggungnya seketika basah kuyup, Bagaimana tidak basah kalau semua air dalam gelas itu tumpah ke punggungnya. Pakainnya jadi basah sampai ke dalam. Nizam seketika beracting panik,     

"Maafkan Aku, ini tidak sengaja.. Aku hanya ingin memelukmu. "Kata Nizam sambil menyuruh Alena untuk berbalik dan kemudian Ia menarik resleting gaun Alena. Bahu mulus itu segera terpampang di depan mata Nizam membuat Nizam menjadi semakin panas.     

Alena yang tidak sadar dengan kelakuan suaminya malah mengomelinya, "Kau ini sangat ceroboh sekali. Pakaianku jadi basah kuyup begini " Kata Alena sambil melepaskan pakaiannya di bantu oleh Nizam. Yang tersisa hanya pakaian dalam.     

"Ini juga basah Alena, duh.. Aku ini benar - benar ceroboh" Kata Nizam sambil menarik lepas pakaian penutup dada Alena. Alena tambah mengomel saat sadar kalau dadanya sudah terekspos.     

"Kau ini benar - benar keterlaluan. Untung kita di dalam kamar, coba kalau di luar, kan jadi memalukan" Kata Alena sambil hendak melangkah pergi meninggalkan Nizam yang masih berdiri dengan gaya stunning dan kain penutup dada Alena masih terpegang ditangannya. Andaikan ada yang menfoto gaya Nizam itu lalu menyebarkannya di internet. Pasti akan membuat semua rakyat Azura pingsan.     

Seorang putra Mahkota berdiri mempesona dengan tangan memegang kain penutup dada. Nizam lalu melemparkan kain itu tanpa peduli kain itu nyangkut di atas sandaran sofa. Ia bergerak cepat meraih pinggang istrinya yang berjalan hendak mengambil pakaian kering.     

Alena memekik ketika tubuhnya terangkat dan sebelum sadar Nizam sudah menghempaskannya ke atas tempat tidur. Sebelum sumpah serapah keluar dari mulut Alena, Nizam sudah membungkamnya dengan ciuman yang manis.     

Berhari - hari Nizam kehausan karena jauh dari istrinya, dan Ia tidak memperdulikan tubuh Alena yang meronta - ronta di bawah pelukannya. "Aku haus Alena.." bisiknya sambil mengecup leher Alena dengan lembut lalu membenamkan mulutnya untuk memberikan alur kemerahan di kulit coklat susu itu.     

Alena mengerang sambil tetap mengomel. "Aku sudah memberikan air minum, Kau malah menumpahkannya..ssh..Nizam " Alena mengejang ketika tangan Nizam sudah tidak bisa ditahan lagi, merayap kemana - mana bagaikan ular yang terkena panas.     

"Aku tidak butuh air.. karena pemuas dahagaku adalah dirimu. Tebuslah penderitaanku dengan dirimu" kata Nizam sambil melebarkan kaki istrinya.     

"Kau yang menderita kenapa Aku harus yang menebusnya?" Kata Alena sambil terkena efek kehausan suaminya. Tangan Alena yang terampil itu sama parahnya dengan tangan Nizam. Ia sudah membuat Nizam semakin memanas ketika tubuhnya di pegang Alena.     

"Karena itulah tugas dari istri, harus mampu mengobati penderitaan suaminya" Kata Nizam sambil merintih di telinga Alena, "Tanganmu sangat lembut.. Aku menyukainya "     

"Kau benar - benar kepanasan, tanganku hampir terbakar" Bisik Alena membalas rintihan suaminya.     

"Biarkan Ia masuk ke dalam sumur sebelum gosong " Kata Nizam sambil memposisikan tubuhnya. Alena hanya melenguh ketika Nizam menurunkan tubuhnya.     

Sesaat kemudian Nizam dan Alena terkapar kelelahan, keringat mengalir dengan deras di tubuh keduanya. Alena menatap ke atas atap tempat tidur yang berkelambu biru. Dan Nizam malah memejamkan mata, Ia sangat mengantuk setelah dahaganya terpuaskan.     

"Kau tahu Nizam ? Betapa sedih dan marahnya Aku ketika tahu kalau Aku harus meninggalkan anak - anakku kalau Aku berpisah denganmu" Kata Alena sambil berbaring dengan posisi menyamping. Tapi Ia melihat Nizam malah memejamkan matanya.     

"Bangun ! Kau bilang kita akan berbicara lagi" Kata Alena kesal melihat Nizam malah tertidur.     

"Aku kurang tidur sudah beberapa hari. Izinkan Aku tidur dulu.. akh Aduuh..mengapa kau meremas tubuhku " Nizam terbangun lagi dengan mata terbelalak. Ia segera merapatkan kakinya.     

"Itu karena kau menyebalkan ! " Kata Alena dengan sebal, Ia menggeser tubuhnya agar menjauh dari tubuh Nizam. tetapi Nizam malah menarik tangan Alena agar tubuhnya bisa mendekap tubuh Alena.     

"Tidurlah dulu.. Aku tahu, kau juga kurang tidur. Setelah badan kita segar, kita dapat berbicara dengan pikiran lebih jernih" Kata Nizam sambil menempelkan tubuhnya ke tubuh Alena. Alena malah membalikkan tubuhnya agar yang menempel ke tubuh Nizam bagian belakangnya dan bukan bagian depan.     

"Mengapa, Kau membelakangiku? " Kata Nizam sambil tetap memeluk pinggang Alena. Ia tidak keberatan Alena memunggunginya.      

"Aku tidak mau ada burung yang bunuh diri masuk ke dalam sumur lagi. Karena pemilik sumurnya sudah lelah dan ingin istirahat" Kata Alena sambil memejamkan mata. Nizam terkikik di telinga Alena. Bersama Alena hilang sudah kegundahan hatinya.     

***     

Maya membereskan pakaiannya di dalam kamarnya yang terletak di samping kamar Alena. Sebagai asisten Alena, Ia harus berada dekat dengan Alena. Ia membereskan pakaiannya sendiri dan tidak ingin dilayani oleh pelayan. Ia tidak suka ada orang yang menyentuh barang - barangnya.     

Maya merasa lega ketika melihat Alena dan Nizam masuk ke dalam kamarnya. Ia menunggu di dekat kamar Alena untuk memastikan kalau Alena aman di dalam sana. Ia khawatir kalau Alena dan Nizam akan bertengkar di dalam dan kemudian Nizam menjadi gelap mata. Satu Jam berlalu dan Maya tidak mendengar apapun dari dalam sehingga Ia yakin kalau semua baik - baik saja.     

Maya kemudian berbaring di atas tempat tidur dan berpikir kalau saja Ia tidak cepat tanggap tentang perjanjian pra nikah itu pasti Alena sudah pergi meninggalkan Azura. Maya hapal betul bagaimana pengorbanan seorang ibu. Bukankah ibunya bertahan juga karena Ia tidak ingin Maya kehilangan ayahnya.     

Padahal Maya sama sekali tidak keberatan kalau Ia harus kehilangan Ayah kalau nyatanya sekarang Ia kehilangan kedua - duanya. Alena adalah seorang ibu, Ia bisa saja pergi meninggalkan Nizam tetapi tidak akan meninggalkan anak - anaknya. Makanya Ia memprovokasi Alena agar pergi meminta penjelasan sebelum Alena nekad melakukan hal yang salah.     

Maya sudah berkorban dengan menyetujui pernikahannya dengan Amar, Dan Ia sudah berjanji akan memenuhinya. Jika sampai Alena berpisah dengan Nizam makan pengorbanannya akan sia - sia saja. Yang jadi masalah adalah bagaimana Ia bisa mengalihkan cinta Putri Rheina. Putri Rheina sangat keras hati. Ia pasti tidak akan pernah mau berpisah dengan Nizam.     

Banyak simpati yang bermunculan ketika Putri Rheina sakit di dalam penjara, semua mengasihani putri cantik itu. Padahal waktu Putri Rheina tertuduh sebagai pelaku pemberian racun, simpati rakyat sudah berkurang tetapi ketika Putri Rheina sakit maka simpati itu kembali muncul. Apalagi para kuli tinta itu cenderung melebih - lebihkan penderitaan Putri Rhiena selama di dalam penjara.     

Nizam tidak mungkin menceraikan Putri Rheina kecuali Putri Rheina yang bersedia bercerai dengannya. Memang sebenarnya kemarin itu permasalah akan selesai kalau Putri Rheina mati tapi memang Putri Rheina masih bertahan hidup karena bantuan Alena.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.