CINTA SEORANG PANGERAN

Eh, Airnya Tumpah



Eh, Airnya Tumpah

0Alena menarik tangan Nizam melewati para putri yang sedang belajar menyulam, merangkai bunga, melukis, membaca buku atau sekedar berbincang - bincang sambil makan cemilan. Para putri itu menatap Nizam dan segera membungkukkan badannya memberikan hormat. Nizam tidak membalas hormat mereka, Ia hanya mengangkat tanganya yang sebelah kiri karena tangan sebelah kanannya di tarik Alena.     

"Tidak usah tebar pesona ! " kata Alena dengan kesal melihat Nizam tersenyum kepada para putri cantik itu.     

"Aku tidak tebar pesona, Aku hanya membalas hormat mereka. kau menarik tanganku Alena. Ini sakit" Kata Nizam sambil pura - pura meringis.     

"DIAM !!" Alena menghardik dengan kejam.     

"Kau memperlakukan suamimu seperti kambing" Kata Nizam sambil merengut.     

"Kau lebih buruk dari seekor kambing" Kata Alena sambil terus melangkah, tangannya semakin keras mencekal tangan suaminya. Ia takut Nizam kabur melarikan diri. Alena lupa kalau Nizam adalah petarung yang handal. Kalau Nizam mau Ia bisa melepaskan tangan Alena hanya semudah menjentikkan jari. Tapi Nizam menikmati tangannya ditarik Alena.     

Sudah lama Ia tidak bersentuhan dengan Alena sehingga genggaman tangan Alena pada pergelangan tangannya malah membuat Nizam menjadi semakin panas. Nafas Nizam semakin cepat, berjalan di belakang Alena dan melihat tubuh Alena dari belakang, membuat Nizam jadi gemas. Setelah memastikan suasana aman, Nizam tiba - tiba meremas tubuh Alena dari belakang.     

Alena memekik, "Kau bajingan ! Otak mesum.." Alena berbalik dan memukul dada Nizam. Nizam mengaduh, " Aduh Alena.. Sssakit.. apa salahku padamu ? Mengapa kau begitu kejam ?" Kata Nizam sambil meringis. Alena mendengus kesal.     

Sesampainya di depan ruangannya, para penjaga terkejut melihat kedatangan Nizam. Ia segera membungkuk kepada Nizam. lagi - lagi Nizam hanya menganggukkan kepalanya. Ia ditarik masuk ke dalam ruangan. Para pelayan segera berlarian dan memberikan hormatnya. Bahkan Nizam belum sempat menganggukkan kepalanya karena Ia di dorong masuk ke dalam kamar dengan keras.     

Alena menutup pintu tapi Ia tidak bisa mengunci pintu karena pintunya rusak di tendang Maya. Jadi Alena hanya menyuruh para pelayan untuk pergi. Nizam melangkah duduk di atas sofa yang ada di depan tempat tidur.      

"Duduklah Alena ! Kalau kau sedang marah dalam keadaan berdiri hendaklah kau duduk agar amarahmu berkurang" Kata Nizam sambil tersenyum. Alena menurut dan Ia duduk di depan suaminya tetapi kemudian Ia menutup wajahnya dan mulai menangis dengan suara keras.     

"Mengapa Kau selalu menipu Aku ? Mengapa Kau begitu kejam ? Apa Aku ini hanya mainan bagimu ? " Kata Alena sambil terisak - isak sedih. Nizam pindah duduknya dan mendekati Alena. Di peluknya Alena dan direbahkan kepala Alena di dadanya.     

"Apapun yang kau pikirkan tidak seperti itu. Aku mencintaimu Alena. Kalau sudah ada kata cinta di dalam kepalaku, maka Aku tidak bisa tidak untuk memilikimu. Kau sangat berarti dalam hidupku. Setiap kali Aku bertemu dengan masalah yang aku pikir, akan membuatmu melarikan diri dariku maka Aku berusaha menutupinya.     

Apa Aku salah ? Apa Aku salah karena terlalu mencintaimu ?" Kata Nizam sambil mengangkat wajah Alena. Nizam terkejut melihat lingkaran hitam di mata Alena.     

"Kau menangis terus menerus, Alangkah malangnya diriku. Bahkan Aku tidak bisa mencegah air mata turun dari mata istriku sendiri" Kata Nizam sambil membenamkan muka Alena ke dadanya dengan hati yang teriris.     

"Maafkan Aku Alena, Aku sungguh suami yang dzolim, Aku selalu membuatmu menangis. Maafkan karena ketidak berdayaanku. Aku harap kau selalu ada disisiku sampai Aku mati. Jangan pernah meninggalkan Aku " Kata Nizam sambil mengelus punggung Alena dengan perasaan campur aduk.      

"Aku malah pergi, Aku mau pulang ke Indonesia.." Kata Alena perlahan.     

Nizam terperanjat, Ia segera merenggangkan pelukannya. Wajahnya mendadak tegang.     

"Kau pasti sedang main - mainkan? " Kata Nizam sambil menelan ludahnya.     

"Tidak !! Aku tidak main - main. Melihat kau meringkuk diatas tubuh Putri Rheina membuat Aku sadar, bahwa Aku adalah penyusup diantara hubungan kalian. Aku adalah perebut suami orang. Ini harus diakhiri Nizam. Kehadiranku membuat Harem kacau balau.     

Mungkin akan ada banyak kematian di dalam harem kalau Aku bertahan. Melihat Kau begitu sedih ketika Putri Rheina sakit. Aku benar - benar tersadar kalau pernikahan kita mungkin seharusnya tidak ada "     

Wajah Nizam berubah menjadi gelap segelap malam, kedua matanya menyala tajam. Tubuhnya gemetar dengan kata - kata Alena. Ia merasa lebih suka kalau Alena menamparnya dengan telapak tangannya berulang kali dari pada Ia ditampar dengan kata - kata yang menyakitkan seperti itu.     

"Mengapa tiba - tiba kau berkata seperti ini ? Hanya Putri Rheina dan kau akan mengalah? Kemana semangat Alena yang akan tetap bertahan di sisiku. Mengapa Kau membangunkannya kalau kenyataannya kau akan meninggalkan diriku ?" Kata Nizam dengan kesal. Alena tercengang melihat Nizam terlihat lebih marah daripada dirinya.     

Bukankah seharusnya Ia yang memarahi Nizam kenapa jadi terbalik. Melihat Nizam berdiri dengan muka marah, Alena ikut berdiri. Si kepala batu itu tidak konsisten dengan kata - katanya. Katanya kalau sedang marah harus duduk, Nah ini.. dia malah berdiri.     

"Aku membangunkannya karena takut kau akan mati karena sedih " Kata Alena sambil mendorong dada Nizam dengan telunjukknya     

"Kenapa kalau Aku mati ? Aku lebih baik mati daripada Kau tinggalkan " kata Nizam semakin buas.     

"Apa ? Apanya yang mati ? Kau ini bermuka dua. Katanya tidak suka Putri Rheina tapi meratap seperti anak kecil yang akan ditinggal mati ibunya"     

"Ini karena dia istriku. Dia ada dibawah tanggung jawabku. Apa kau tidak mengerti hal itu?"     

"Mengapa Aku harus mengerti hal yang menyakitkan bagiku. Mengapa ?" Kata Alena tidak terima dengan perkataan Nizam.     

"Karena Aku juga tidak berdaya, Alena. Please..honey. Jangan menambah penderitaanku. Kau tahu betapa tersiksanya Aku selama ada di kamar Rheina ? Kau tidak akan pernah tahu, Aku merasa hampa jauh darimu. terkadang Aku kedinginan terkadang Aku juga kepanasan, Terkadang Aku juga kehausan. Mengapa kau begitu kejam dengan mengucapkan kata - kata yang menyakitkan di saat sekarang Aku sedang kepanasan dan kehausan" kata Nizam dengan wajah sedih, air matanya hampir meleleh ketika Alena tiba - tiba berkata dengan semangat.     

"Mengapa Kau begitu sedih hanya karena kepanasan dan kehausan. Kau ini memang berlebih - lebihan. Duduklah ! Aku akan perbesar AC di ruanganku. Dan sebentar akan aku ambilkan air minum. Setelah kau tidak panas dan haus kita lanjutkan pembicaraan kita" Kata Alena sambil pergi.     

Nizam ternganga melihat Alena yang mengambil remote AC, menyetel ke tingkat terendah dan mengambilkan air minum untuknya. Nizam masih ternganga ketika Ia mengambil Gelas itu dari tangan Alena. Mulutnya mengurucut, Nizam lalu menghampiri Alena dan memeluknya.     

"Terima kasih sayang... eh airnya tumpah " Kata Nizam sambil menumpah semua air di gelas ke punggung Alena sampai habis tak bersisa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.