CINTA SEORANG PANGERAN

Maya yang Berbuat Ulah.



Maya yang Berbuat Ulah.

0Nizam duduk dengan gelisah di sisi Putri Rheina. Sudah beberapa malam Ia berada di kamar Putri Rheina. Dan Ia sudah tidak tahan, tubuhnya panas dingin menginginkan sentuhan Alena. Biasanya hampir setiap malam Ia mendapatkan sentuhan Alena, tetapi sekarang Ia tidak berkutik dikekang oleh tanggung jawabnya sebagai seorang suami.     

Kepala Nizam sudah pusing ketika hormon di dalam tubuhnya membutuhkan pelepasan. Putri Rhiena baru saja sembuh dari sakit, dan Nizam tidak ingin Putri Rheina kembali jatuh sakit. Apalagi kemarin Ibunda Putri Rheina, Ratu Kulsum menangisi putrinya dan tidak berhenti menangis kecuali Nizam berjanji akan menjaga putrinya dengan baik. Jadi Nizam seperti terantai kakinya oleh Putri Rheina.      

"Yang Mulia kelihatannya sedang gelisah" Kata Putri Rheina melihan Nizam tampak tidak fokus kepadanya.     

"Kau jangan beranggapan yang tidak - tidak. Cepatlah sehat. Makan yang banyak" Kata Nizam sambil mengambilkan Putri Rheina sepiring kue luqimat yang bermandikan madu. Kemudian memotongnya dengan sendok kecil dan menyuapi Putri Rheina.     

"Hamba ingin selamanya begini, Yang Mulia ada disamping hamba. Ini sangat indah Yang Mulia. Hamba seperti mendapatkan kesempatan untuk hidup kembali." Kata Putri Rheina dengan tersenyum manis. Nizam hanya menghela nafas. Kepalanya semakin pusing. senyum manis Putri Rheina tidak mampu meredam gelora yang ada ditubuh Nizam. Nizam semakin merakan panas.      

"Putri Rheina.. Aku sudah ada diruanganmu hampir seminggu. Aku merindukan anak - anakku"Kata Nizam perlahan.     

Muka Putri Rheina seketika menjadi kelam. Ia menolak ketika Nizam akan memasukan sendok yang berisi makanan manis itu ke mulutnya.     

"Anak - anak atau ibunya anak - anak ?" Kata Putri Rheina dengan cemberut.     

"Ini bukan seperti yang kau bayangkan " Kata Nizam, Ia mulai panik ketika tiba - tiba Putri Rheina merangkul lehernya dan membenamkan mukanya ke leher Nizam.     

"Jangan bersikap tidak adil. Yang Mulia juga harus memberikan kepadaku seorang anak. Ayolah Yang Mulia. Hamba sudah merasa sangat sehat. Mari kita mulai kebersamaan kita" Kata Putri Rheina sambil mengangkat wajahnya dan mulai memejamkan matanya. Menunggu Nizam menciumnya.     

Nizam mengerutkan keningnya melihat tingkah Putri Rheina. Ia segera melepaskan tangan Putri Rhiena dari lehernya dan berkata,     

"Ini bukan waktu yang tepat. kau baru saja sehat" Kata Nizam sambil mendorong Putri Rheina menjauh dari tubuhnya.     

Wajah Putri Rheina langsung pucat pasi, Ia pikir Nizam sudah melunak dan semua akan berjalan lancar tapi nyatanya tidak seperti itu. Nizam masih seperti awan di langit yang sulit Ia raih.     

"Apakah begitu sulit untuk mencintai Hamba Yang Mulia? Bahkan setelah Hamba terlepas dari kematian. Yang Mulia masih tidak memperdulikan Hamba? Ini benar -benar sangat menyakitkan. Mengapa Yang Mulia harus mengobati Hamba? Mengapa Yang Mulia tidak membiarkan Hamba mati saja" Kata Putri Rheina dengan mata berkaca - kaca.     

"Rheina.. kau tahu kalau ini tentang perasaan ? Aku tidak bisa memaksakan perasaanku sendiri" Kata Nizam dengan perlahan.     

"Perasaan apa Yang Mulia? Yang Mulia adalah calon raja dan sudah takdirnya kalau Calon Raja di kerajaan Azura memiliki istri lebih dari satu. Mengapa Baginda Raja Al- Walid bisa, lalu kakek Yang Mulia juga bisa dan raja - raja terdahulu bisa. Tapi mengapa yang Mulia tidak bisa. Apa karena wanita serakah itu ?" kata Putri Rheina dengan nafas turun naik. Ia sangat kesal kepada Nizam.     

"Hati - hati sayang, yang kau sebut wanita serakah itu telah menyelamatkan nyawamu" Kata Nizam sambil menatap tajam ke arah Putri Rheina. Putri Rheina semakin murka melihat Nizam membela Alena.     

"Mengapa ia harus menyelamatkanku ? Aku tidak meminta untuk diselamatkan. Ini semua karena dia selalu ingin terlihat baik di matamu. Alena itu benar - benar wanita yang tidak tahu malu. Ia mengambil semuanya dariku. Aku hanya memilikimu seorang tetapi dia mengambilnya dariku. "Putri Rheina semakin murka dan itu membuat Nizam berdiri.     

"Kalau Kau marah - marah terus, maka Aku akan pergi dari kamarmu agar kau menjadi tenang. Jika kehadiranku malah membuat emosimu menjadi tidak stabil sebaiknya kau beristirahat dulu dan menenangkan pikiran. Aku tidak mau disalahkan oleh seluruh kerajaan gara - gara membuatmu jatuh sakit lagi" Kata Nizam sambil melangkah pergi.      

Melihat Nizam pergi, Putri Rheina langsung berteriak histeris, "Yang Mulia jangan pergi !! Hamba minta maaf. Tetaplah di sini. Hamba mohon" Teriak Putri Rheina. Ia turun dari tempat tidur dan hendak mengejar Nizam tetapi Nizam segera menyuruh pelayan yang di depan pintu kamar Putri Rheina untuk menjaganya.     

"Jagalah dia, Aku hendak pergi dulu. Aku takut emosinya semakin tidak stabil" Kata Nizam sambil tetap melangkah keluar.     

Tetapi begitu kamar pintu Putri Rheina ditutup Ia melihat Alena berjalan ke arahnya diikuti oleh Maya. Nizam baru akan tersenyum lebar tetapi melihat muka Alena yang keruh dan kelihatannya seperti langit mendung yang akan mencurahkan air hujan. Nizam menelan kembali senyumnya.      

Nizam menduga kalau Alena marah karena Ia lama berada di tempat kediaman Putri Rheina sehingga Ia kemudian berkata, "Aku bisa menjelaskan semuanya" Kata Nizam sambil meraih tangan Alena. Tapi Alena menepiskan tangan Nizam dengan kesal.     

"Penjelasan apa? Kau sudah menipuku ?" Kata Alena sambil mendorong dada Nizam.     

"Menipu apa? Kau kan tahu Aku berada di kamar Putri Rheina untuk merawatnya" Kata Nizam kepada Alena.     

"Ini bukan tentang Putri Rheina. Ini tentang penipuan yang telah kau lakukan sebelum kita menikah di Azura" Kata Alena membuat wajah Nizam menjadi pucat pasi.     

"Apa ini tentang perayaan kesucian?" Kata Nizam bertanya kepada Alena. Ia mencoba menebak diluar pemikirannya berharap apa yang dipikirkannya salah.     

"Tentu saja bukan. Hari Perayaan kesucian tidak sepenting ini. Ini adalah pengdzoliman terhadap kaum wanita" Kata Alena menjawab semakin marah. Kalau saja Ia adalah Alena yang dulu, Ia pasti sudah memukuli Nizam menggunakan sepatunya, atau menggigitnya sampai berdarah, atau menampar mukanya dan menendang lagi seperti dulu yang Ia lakukan.     

Nizam akhirnya yakin kalau Alena sudah mengetahui tentang berkas yang ditandatangani Alena waktu pernikahan itu. Nizam kemudian melirik ke arah Maya. Tapi Maya malah mengangkat bahunya dengan gaya yang santai. Mata Nizam langsung melebar, Ia langsung tahu siapa yang berbuat ulah.     

Tapi Nizam tidak bisa berkata apapun kepada Maya karena Alena segera menarik Nizam, Nizam menurut ditarik Alena, Ia sempat melihat ke belakang ke arah Maya. Tapi Maya malah melambaikan tangannya sambil berkata, "Selamat menikmati, yang Mulia " Bisik Maya sambil menahan tawa.     

Selama ini Ia sudah dipermainkan oleh Nizam dan orang - orangnya, melakukan suatu pembalasan kepada Nizam sungguh menyenangkan. Apalagi melihat mata Nizam yang melotot ke arahnya seakan ingin menelannya dengan buas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.