CINTA SEORANG PANGERAN

Tidak Cukup Dengan Kata Cinta



Tidak Cukup Dengan Kata Cinta

0Nizam mengelus kepala Putri Rheina, Ia sangat lega melihat Putri Rheina terbangun dari komanya. Ia tadi sudah putus asa.      

"Kau hidup lagi, Ya Tuhan.. Aku sudah takut kau akan meninggal " Kata Nizam sambil terus menekankan muka Putri Rheina ke dadanya. Sesaat Putri Rheina merasakan kalau Ia masih berhalusinasi. Ia masih sedang bermimpi tapi ini mimpi yang sangat indah. Bagaimana mungkin Nizam yang biasanya tidak perduli kepadanya sekarang mendekapnya.     

Putri Rheina menjadi sangat bahagia. Andaikan ini mimpi Ia tidak ingin bangun lagi dari mimpinya. Ia ingin seperti ini selamanya. Setelah bertarung sekian lama dengan Alena kini Ia dapat memiliki perhatian Nizam kembali seperti ketika masih kecil. Nizam hanya menyayangi dan memperhatikannya.     

Nizam yang selalu memberikan permen dan ice cream kepadanya. Nizam yang sembunyi - sembunyi mengambilkannya kue pengatin bibinya hanya karena Putri Rheina menginginkan kue itu tetapi kue itu masih belum dipotong karena pestanya belum usai.     

Nizam yang sering memangkunya sambil membacakan buku cerita untuknya. Nizam yang selalu ada untuknya sampai ketika Ia mendapatkan haid yang pertama, dan Nizam kemudian sekolah ke Amerika. Saat itulah Ia kehilangan Nizam hingga hari ini Nizam kembali memperhatikannya. Ini sangat indah.     

"Yang Mulia.. jangan menangis " Kata Putri Rheina sambil mengangkat mukanya dan menghapus air mata di pipi Nizam.     

"Maafkan Aku Rheina, Aku terlalu egois hingga membuat Kau sakit begini. Seharusnya Aku tidak membiarkan Ibunda menahanmu di penjara itu" Kata Nizam sambil menatap Putri Rhiena dengan pandangan penuh kasih sayang. Putri Rheina menggelengkan kepalanya.     

"Tidak Yang Mulia. Yang Mulia tidak bersalah. Hamba memang pantas dihukum karena perbuatan bodoh hamba" Kata Putri Rheina dengan sangat bahagia. Tetapi kebahagiaannya kemudian merasa terganggu ketika Dokter yang sudah datang berkata kepada Nizam,     

"Yang Mulia , hamba memohon maaf. Putri Rheina baru tersadar, sebaiknya Yang Mulia tidak terlalu lelah dan emosi" Kata Dokter itu sambil membungkuk memberikan hormat kepada Nizam. Nizam kemudian menganggukkan kepalanya dan hendak berdiri tetapi Putri Rheina malah merangkul lehernya dan berkata dengan memelas.     

"Jangan pergi, Yang Mulia.. Jangan. Tolonglah Aku. " Kata Putri Rheina tidak ikhlas kalau Nizma sampai pergi meninggalkannya lagi.     

"Tapi kau sangat lemah dan membutuhkan tindakan medis " Kata Nizam sambil melepaskan tangan Putri Rheina dari lehernya.      

" Tapi Aku sangat takut kalau Yang Mulia akan meninggalkanku Aku" Kata Putri Rheina dengan penuh rasa khawatir. Ia tidak ingin Nizam pergi lagi. Ia baru saja mendapatkan kebahagiaan. Ia tidak ingin ditinggalkan oleh Nizam lagi.      

Nizam menggelengkan kepalanya, "Tidak ! Aku tidak ingin meninggalkanmu. Aku akan menungguimu di sini" Kata Nizam kepada Putri Rheina. Putri Rheina menjadi lega. Ia membiarkan dokter kemudian memeriksanya dengan seksama.     

"Alhamdulillah, ini sangat menakjubkan. Detak jantung Yang Mulia kembali normal. Tapi yang Mulia tidak boleh terlalu banyak beraktivitas dahulu. Biarkan Yang Mulia sampai sehat benar. Kalau Yang Mulia lapar, boleh makan bubur yang halus terlebih dahulu" Kata Dokter itu sambil kemudian menyuruh perawat itu mengganti infusannya.     

"Aku tidak mau di infus lagi. Aku sudah sehat" Kata Putri Rheina menolak infusannya. Infusannya membuat Ia tidak leluasa memeluk Nizam.     

"Biarkan dokter memasang infusannya. Kau sangat lemah" Kata Nizam sambil menyuruh dokter untuk memasang kembali infusannya. Putri Rheina memandang Nizam dengan penuh cinta. Nizam hanya fokus menatap para dokter yang sedang bekerja.     

Tidak lama kemudian dokter itu kemudian keluar dari ruangan Putri Rheina dan hanya meninggalkan seorang pelayan dan perawat di dalam. Nizam tidak berani meninggalkan Putri Rheina karena tadi dokter berkata kalau Putri Rheina baru saja sembuh dan tidak boleh terbawa emosi lagi. karena kalau sampai Putri Rheina terguncang kembali maka Ia akan berakibat fatal.      

Nizam duduk di samping putri Rheina dengan perasaan tidak menentu. Ia belum pernah sedekat ini dengan wanita lain selain dengan Alena. Walaupun Putri Rheina ini istrinya tetapi Ia tidak pernah menyentuhnya.     

"Yang Mulia mengapa Yang Mulia hanya duduk tegak. Apakah Yang mulia tidak pegal? Berbaringlah di samping Hamba" Kata Putri Rheina kepada Nizam. Nizam menjadi bingung. Disatu sisi Ia sangat khawatir dengan keselamatan Putri Rheina yang baru saja siuman. Di sisi yang lain Ia merasa bahwa perbuatannya tidak benar.     

"Yang Mulia, ayolah! Hamba merasa sangat dingin dan ingin dipeluk " Kata Putri Rheina dengan mata mulai penuh air karena merasa kesal, Nizam tidak mau mengikutinya.     

"Kau harus banyak istirahat. Kalau Aku tidur disampingmu maka akan mengganggu waktu istirahatmu" Nizam mencoba menolak keinginan Putri Rheina. Tapi Putri Rheina kemudian malah menangis tersedu - sedu.     

"Hamba tahu kalau Hamba tadi sedang bermimpi dan sekarang Hamba sudah terbangun lagi. Pergillah Yang Mulia tinggalkan hamba. Hamba memang sudah terbiasa tidur sendiri. Hamba ini memang hanya seorang istri yang tersia - sia " Kata Putri Rheina sambil membalikan tubuhnya dan memunggungi Nizam.      

Nizam menjadi salah tingkah melihat kelakuan Putri Rheina. Dokter tadi sudah memperingatkannya kalau Ia tidak boleh membangkitkan emosi putri Rheina karena Ia baru saja tersadar dari mati suri. Setelah menimbang - nimbang akhirnya Nizam naik ke atas ranjang dan membaringkan tubuhnya di sisi Putri Rheina. Putri Rheina menjadi sangat bahagia dan Ia kemudian berbalik dan memeluk leher Nizam.     

"Ini adalah hari yang paling membahagiakan dalam hidup hamba, Yang Mulia" Kata Putri Rheina sambil menatan Nizam. Nizam mengelus kepala Putri Rheina dan berkata, "Tidurlah.. Dokter bilang kau tidak boleh terlalu lelah dan emosi" Kata Nizam.     

"Tetapi Hamba sangat bahagia, Hamba tidak ingin tidur, hamba takut kalau nanti hambar tertidur, Yang Mulia akan pergi meninggalkan hamba" Kata Putri Rheina sambil menyusupkan mukanya ke dada Nizam. Ia menghirup harum tubuh Nizam sepuasnya. Ia benar - benar sangat bahagia.     

"Aku tidak akan pergi. tidurlah ! " Kata Nizam kepada Putri Rheina.     

"Biarkan Hamba menatap wajah Yang Mulia. Hamba sangat merindukan Yang Mulia " Kata Putri Rheina. Nizam menjadi terenyuh melihat mata Putri Rheina yang bening itu menatapnya penuh harap. Nizam merasakan bahwa cinta Putri Rheina kepadanya tak ubah seperti siksaan kepada hatinya.     

Ia tidak bisa membalas cinta yang begitu besar tetapi Nizam tidak bisa lepas dari kewajiban seorang suami kepadanya. Nizam mencoba memejamkan matanya tetapi bayangan Alena malah bermain di pelupuk matanya. Ia tahu kalau Ia sedang menyakiti Alena tapi kali ini Ia tidak berdaya. Ia mendadak menjadi pria yang lemah.     

Untuk bisa bertahan di sisi Alena ternyata tidak cukup dengan hanya ucapan kata cinta. Ia juga harus berusaha menyingkirkan Putri Rheina di sisinya tetapi bagaimana bisa Ia melakukannya karena Ia bukanlah manusia kejam seperti Ayahnya Maya yang menyiksa istri pertamanya agar Ia bisa bersama dengan wanita yang dicintainya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.