CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Minta Maaf, Alena



Aku Minta Maaf, Alena

0Nizam bertahan diantara Alena dan Putri Rheina diantara kebingungan dan perasaan bersalah baik kepada Alena maupun Putri Rheina. Diantara cinta dan perasaan tanggung jawab. Semua berkecamuk dalam hatinya. Semua akal sehatnya seperti hilang lenyap di telan kekalutan hatinya. Mulutnya yang biasanya begitu lancar berkata - kata sekarang kelu melihat tatapan Alena yang seperti akan membakarnya sampai hangus.     

"Alena.. Aku benar - benar minta maaf" Kata Nizam dengan penuh penyesalan. Alena menarik nafas panjang. Ia sebenarnya merasa tidak tega melihat Nizam yang begitu kalut. Ia tahu kalau ini semua bukan salah Nizam sepenuhnya. takdir yang menyebabkan Nizam harus berada di posisi ini.      

"Tidak, dalam hal ini, mungkin Aku adalah orang yang paling jahat. Aku adalah istri kedua yang telah menganiaya istri pertama. Mempengaruhi Kau agar tidak menyentuh istri pertama. Aku telah memaksa kau bertindak tidak adil. Aku yang berdosa di sini. " Kata Alena dengan dingin.     

Nizam langsung merangkul Alena dengan hati pedih. Ia membenamkan muka Alena ke dadanya. "Demi Tuhan, Alena jangan bicara seperti itu. Kau tidak pernah mempengaruhiku. Aku memang mencintaimu dan ini bukan salahmu juga bukan salah Putri Rheina. Aku harus apa Alena ? Aku dijodohkan dengannya sejak Ia masih dalam kandungan.      

Begitu Ibunda Kulsum diketahui akan melahirkan bayi wanita maka bayi itu sudah dijodohkan denganku. kau tahu waktu itu Aku baru berumur lima tahun. Tau apa ketika bayi itu lahir orang - orang bilang, "Yang Mulia, calon istri Anda sudah terlahir,. Ayo kita lihat bagaimana cantiknya dia " Begitu orang - orang berkata.     

Alena.. Aku sama sekali tidak ingin disebut laki - laki pengkhianat tetapi kenyataan bahwa Ia adalah istri pertamaku tidaklah bisa Aku tolak. Alena kalau kau ingin marah maka pukullah Aku. tapi tolong jangan sakiti Putri Rheina. Dokter bilang usianya tidak akan lama lagi.     

Alena tolong Aku. Sebagai suaminya berilah Aku kesempatan sedikit saja untuk menebus perasahaan bersalahku kepadanya " kata Nizam sambil mengusap kepala Alena. Alena masih terdiam dan tidak berkata apapun. Wajahnya yang tadi cerah sekarang mendung kembali.     

"Apa yang akan kau lakukan ? Apakah kau akan menyentuhnya?" Alena bertanya sambil mengangkat mukanya. Nizam menjadi miris mendengar pertanyaan Alena.     

"Aku tidak tahu Alena, tetapi untuk saat ini Aku benar - benar tidak ingin memikirkannya. Aku hanya ingin Ia bertahan hidup" Kata Nizam.     

"Kalau Ia sudah sehat kembali, berarti kau akan menyentuhnya " Kata Alena tetap dengan pertanyaannya yang menyudutkan Nizam.     

"Dia sedang berbaring antara hidup dan mati Alena, bagaimana bisa kau mengajukan pertanyaan seperti itu" Kata Nizam sambil menatap Alena.     

"Aku tidak butuh penjelasanmu. Aku hanya ingin kau menjawab pertanyaanku." Alena bertanya lagi kepada Nizam.     

"Kau tahu aku dengan pasti apa jawabanku. Kau terus menerus bertanya seperti itu padahal kau tahu aku akan menjawab apa" Kata Nizam sambil mengeluh. Ia kemudian melihat ke arah belakang. Wajah Putri Rheina yang biasanya begitu segar, kemerahan dan sangat cantik. Sekarang tampak pucat pasi dan nafasnya sangat pelan.     

Dokter bilang dia tidak akan sadar dalam waktu dekat. Ia mungkin akan meninggal kapanpun juga. Bahkan jika dalam waktu dua hari, Dia masih belum sadar sebaiknya dia harus dipindahkan dari harem ke rumah sakit umum yang peralatannya lebih lengkap. Aku juga harus memberitahukan Ibunda Kulsum dan perdana menteri Salman karena takutnya Putri Rheina akan meninggal sewaktu - waktu" Kata Nizam sambil murung.      

Alena menjadi timbul rasa kasihan kepada Nizam. Ia tahu kalau Nizam pasti galau sekali memikirkan mertuanya itu. Bagaimana Nizam akan menghadapi kesedihan mertuanya. Putri mereka meninggal di dalam harem dalam kondisi menyedihkan. Bagaimana Nizam bisa menghadapinya jika menghadapi orang tua Putri Kumari saja begitu banyak kesulitan yang mereka alami.     

"Keluarlah ! tunggu Aku diluar" Kata Alena sambil mendorong Nizam agar keluar dari kamar. Nizam terkejut dan berkata kepada Alena dengan muka penuh rasa khawatir.     

"Alena apa yang akan kau lakukan? Dia sudah tidak berdaya. Apa kau ingin membunuhnya ?" Nizam tampak panik. Alena cemberut mendengar perkataan Nizam.     

"Kau pikir Aku ini wanita kejam ? Bagaimana bisa kau menuduhku sekeji itu." Alena melotot kepada suaminya.     

"Lantas apa yang akan kau lakukan?" Kata Nizam tampak gelisah kalau harus meninggalkan Alena dengan Putri Rheina. Apalagi kemudian Ia mengira kalau Alena akan menuduh Putri Rheina menipu mereka.     

"Kau sedang tidak meragukan Putri Rheinakan ? Apa kau mengira dia sedang menjebak diriku, dengan berpura - pura sakit agar mendapatkan perhatianku? Alena aku tidak main - main. Dia memang sedang sakit" Nizam lagi - lagi memegang bahu Alena. Alena menepiskan tangan Nizam.     

"Aku tahu ! Kau jangan menganggap Aku perempuan bodoh yang tidak bisa membedakan mana yang sungguhan dan mana yang pura - pura" Kata Alena kepada Nizam. Nizam menarik nafas lega.     

"Syukurlah kalau begitu, Aku sangat lega. Lalu sekarang kau akan berbuat apa? Kalau kau akan mengatakan sesuatu kepadanya seperti kau membujuk Maya, maka ini tidak akan berhasil. Dia tidak bisa mendengar.     

Aku meratap sampai suara serak tetapi Putri Rheina tetap tidak terbangun. Kata Dokter, dia sudah tidak menginginkan untuk hidup lagi" Kata Nizam sambil kembali melihat ke arah Putri Rheina.     

"Aku tidak akan mengajaknya bicara seperti Aku berbicara dengan Maya. Jadi keluarlah, biarkanlah Aku membangunkan si Putri Tidur ini. Keluarlah cepat! " Kata Alena kepada Nizam.     

Nizam malah duduk di pinggir ranjang dan menatap Putri Rheina. "Lihat Alena, wajahnya begitu pucat dan nafasnya sangat lemah. Dokter saja sudah angkat tangan. Aku harus tahu apa yang akan kau lakukan kepadanya" Kata Nizam sangat menyebalkan hingga kemudian Alena dengan kesal menginjak kaki Nizam dengan kuat.     

"Kau benar - benar keterlaluan. kau ku suruh keluar tapi malah berdebat terus" Kata Alena dengan kesal.     

"Kau tahu Rheina ? Aku sendiri tidak mengerti mengapa Aku tergila - gila pada wanita yang ada disampingku ini. Dia bahkan sering kali mengomeliku, memarahiku, mencubit bahkan mengigigitku. Aku benar - benar minta maaf karena cintaku kepadanya tidak bisa digantikan olehmu. Bangunlah Rheina !" Kata Nizam sambil mengelus kepala Putri Rheina. Dan Alena menjadi tidak sabar, Nizam malah memanas - manasinya.     

"Kau keluar sekarang atau kau kularang menyentuh diriku selama seminggu" Kata Alena akhirnya mengeluarkan ultimatum. Nizam membelalakan matanya, bagaimana bisa Alena berkata tentang hal yang mengerikan di saat Ia sedang terpuruk, Alena malah tidak mengizinkan dia untuk menyentuhnya. Ini kelakuan barbar kaum wanita di mata para pria.     

Nizam segera berdiri dan berkata, "Baiklah Aku keluar sekarang. Aku tidak tahu apa yang akan kau lakukan. Aku percaya kepadamu Alena. Karena kau memang istriku yang sholehah " kata Nizam sambil mengecup kening Alena lalu Ia keluar meninggalkan Alena berduaan dengan Putri Rheina.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.