CINTA SEORANG PANGERAN

Ini Antara Hidup dan Mati



Ini Antara Hidup dan Mati

0"Alena sudahlah jangan terlalu banyak berpikir yang membuat hatimu sedih, sekarang fokus saja, bagaimana menyelamatkan nyawa Putri Rheina agar Nizam tidak terlalu merasa bersalah. " Kata Pangeran Abbash mengalihkan topik pembicaraan tentang istrinya.     

"Aku setuju.. karena kita harus bertindak cepat. Aku tidak mau terlambat"     

"Iya itu baru benar, Aku hanya memberi tahukan kepadamu kalau Putri Rheina sudah tidak ingin hidup lagi. Ia ingin mati dan berharap akan memiliki Nizam di akhirat kelak. Ia sudah kehilangan semangat hidup, jadi tindakan apapun yang akan dilakukan oleh dokter tidak akan membuatnya bisa bertahan kecuali ada yang membangkitkan semangat hidupnya"     

"Tapi Nizam sedang berbaring di atas tubuhnya. Ia meratapi Putri Rheina, Tapi mengapa itu tidak membangkitkan semangat hidupnya"     

"Itu karena Putri Rheina sudah kehilangan kepercayaan kepada Nizam, dia tahu kalau Nizam hanya mencintaimu dan Ia merasakan kalau ratapan Nizam bukan karena perasaan cinta tetapi hanya karena perasaan bersalah. Jadi Alena kau mungkin harus memikirkan cara untuk membangkitkan semangat hidupnya" Kata Pangeran Abbash membuat Alena menjadi berpikir keras. Ia memegang tekuknya sendiri.     

"Apa kau tidak tahu apa yang akan membangkitkan semangatnya?" Kata Alena balik bertanya kepada Pangeran Abbash.     

"Aku tidak terlalu tahu apa yang sebenarnya terjadi antara kau dan dirinya. Kalau bukan cinta yang akan membangkitkannya mungkin kebalikan dari cinta yang akan membangkitkannya" Kata Pangeran Abbash membuat Alena langsung berteriak.     

"AHAA!! " teriak Alena dengan keras membuat Pangeran Abbash hampir terpelanting saking kagetnya. Ia sampai memegang dadanya sendiri.     

"Ya Ampun Alena.. Aku sampai kaget, hampir mati Aku karena jantungan" kata Pangeran Abbash.     

"Waah.. kau ini terlalu berlebih - lebihan. Mana ada kau punya penyakit jantung yang ada kau yang membuat jantungan para wanita saking tampannya " Kata Alena sambil senyum - senyum sendiri.     

"Kau sudah tidak sedih lagi ?" kata Pangeran Abbash lega melihat Alena sudah berseri - seri kembali.     

"Tidak ! Terima kasih sudah membantuku " Kata Alena kepada Pangeran Abbash.     

"Sama - sama. Ngomong - ngomong kau mau berbuat apa kepada Putri Rheina?" Pangeran Abbash mendadak menjadi penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh Alena.     

"Kalau benar seperti yang kau katakan. Dia tidak bisa dibangkitkan dengan cinta karena dia sudah hilang kepercayaan kepada cinta Nizam untuk dirinya maka Aku akan membangkitkan kemarahannya" Kata Alena sambil tersenyum.     

"Membangkitkan kemarahan?" Pangeran Abbash tercengang.     

"Iya.. kau sebaiknya pulang sana. jangan keluyuran memakai tubuh orang lain. kasihan si pelayannya" Kata Alena.      

"Iya benar.. lagi pula ini saatnya Aku istirahat. Aku juga sangat lelah, selamat berjuang Alena, semoga berhasil" Kata Pangeran Abbash sambil kemudian melangkah pergi meninggalkan Alena dan Alena hanya menganggukan kepalanya. Ia lalu berjalan menuju Harem.     

Alena melangkah penuh optimis, wajahnya cerah secerah mentari pagi dan itu membuat para pelayan yang berpapasan dengannya sedikit berbisik - bisik. Suasana kerajaan Azuras sedang berkabung. Nyawa Putri Rheina sedang dalam bahaya sehingga Putri Rheina sedang diambang kematian. Putra Mahkota mereka bahkan sedang meratap tapi istrinya malah senyum - senyum. Apa Putri Alena malah bergembira karena akan kehilangan saingan beratnya. Sungguh sangat tidak peka dan sensitif.     

Para Pelayan itu jadi bergunjing diam - diam melihat tingkah Alena. Tapi Alena tidak berpikir apa - apa. Ia hanya fokus pada penyelamatan nyawa Putri Rheina. Para penjaga di kediaman Putri Rheina kembali tegang melihat Alena datang.     

Tapi walaupun mereka khawatir melihat kedatangan Alena tetapi mereka juga tidak berani mencegah kedatangan Alena. Kali ini Alena tidak hanya berdiri di depan pintu kamar dan mengintip Nizam serta Putri Rheina. Ia malah memerintahkan penjaga di depan kamar untuk memberitahukan kadatangannya kepada yang ada di dalam.     

"Putri Alena datang.. mohon izin untuk masuk ke dalam " Kata Penjaga itu. Nizam yang sekarang sedang duduk menunggui Putri Rheina terkejut mendengar kata - kata penjaga. Ia segera berdiri dan agak menjauh dari Putri Rheina yang masih terbaring dengan selang infus yang terpasang di tangannya.     

Agaknya Putri Rheina sudah mendapatkan penanganan dokter dan wajahnya tidak sepucat tadi walaupun Ia masih berbaring dengan sangat lemah. Nizam terlihat serba salah melihat kedatangan Alena. Ia seperti pencuri yang terpergok mencuri oleh polisi. Wajahnya terkadang merah terkadang putih.     

"Alena, maafkan Aku, Aku tidak bermaksud apa - apa. Ini hanya.. " Tapi perkataan Nizam langsung terhenti ketika melihat Alena berjalan mendekat ke arah Putri Rheina. Nizam menjadi salah tanggap. Dikiranya Alena akan melukai Putri Rheina karena cemburu. Sehingga Nizam segera menghalangi tubuh Alena dengan tubuhnya sambil merentangkan kedua tangannya.     

"Tolong ampuni Putri Rheina. Dia tidak bersalah. Aku yang bersalah karena mendatangi kamarnya. Jika kau ingin marah maka marahlah kepadaku. Pukullah Aku, Alena. tapi tolong jangan berbuat sesuatu yang menyakiti Putri Rheina. Dia sedang bertarung antara hidup dan mati.     

Aku tidak bisa membiarkan kau menyakitinya. Dia istriku seperti kau, Alena. Aku akan bertanggung jawad di dunia dan akhirat. Bagaimana Aku bisa hidup dengan tenang jika Putri Rheina mati dengan kondisi diperlakukan tidak adil oleh Aku, suaminya. Aku bukan Ayahnya Maya yang mampu menyiksa istri pertamanya agar bisa bersama dengan wanita lain" Kata Nizam membuat Alena jadi marah besar.     

"Jadi maksudmu ? Di sini Aku yang bersalah? Aku yang kejam? berani benar kau berkata seperti itu kepadaku?" Kata Alena meradang membuat Nizam tambah gugup.     

Tadinya Ia ingin menenangkan Alena tapi entah mengapa malah membuat Alena menjadi tambah marah. Mengapa mendadak keterampilan berbicara dan bernegoisasi miliknya menjadi hilang.     

"Ti..tidak.. bukan seperti itu maksudku. Aku tahu kau tidak bersalah. Ini semua salahku. Aku mengabaikannya. Aku seharusnya berlaku adil kepada Putri Rheina" Kata Nizam malah membuat Alena semakin kecut.     

"Jadi maksudnya kau hendak menduakan cintaku?" Kata Alena membuat Nizam benar -benar pucat. Mengapa Ia menjadi salah bicara lagi. Nizam menjadi kehilangan kata - katanya. Apa yang diucapkannya menjadi serba salah.     

Alena kemudian menggerakan tangannya dan menyingkirkan tubuh Nizam dari depannya agar antara dirinya dan Putri Rheina tidak ada penghalang. Tapi Nizam tidak mau bergerak. Ia tetap menghalangi Alena.     

"Alena.. tolonglah, kasihani dia. Lihat mukanya begitu pucat. Aku takut dia akan pergi meninggalkan kita selamanya. Aku tidak akan berani menghadapi dunia kalau Ia sampai mati dengan kebenciannya kepadaku karena Aku suami yang kejam" kata Nizam sambil memegang bahu Alena.     

"Apa Kau sudah tidak mencintaiku lagi? " Kata Alena bertanya kepada Nizam.     

"Demi Tuhan Alena, Aku tidak bermaksud seperti itu. Tolong pahami situasinya. Aku mencintaimu dan hanya mencintaimu selamanya. Tapi ini antara hidup dan mati. Alena mengertillah "Nizam tampak memelas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.