CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Tidak Ingin Berbicara Tentang Putri Mira



Aku Tidak Ingin Berbicara Tentang Putri Mira

0Pangeran Abbash bukan manusia suci yang terbebas dari segala dosa. Dia tahu kalau Alena adalah wanita yang pernah menjadi cintanya sehingga Ia tidak munafik kalau Ia sangat menikmati keberadaannya berada di sisi Alena. Tapi cintanya kepada Alena berbeda dengan cinta Edward kepada Alena.      

Edward sangat melankolis dan Ia tidak dapat menggantikan cintanya kepada Alena dengan siapapun tetapi Pangeran Abbsh lebih realistis, jadi walaupun Ia sangat mencintai Alena tetapi dia tahu kalau sampai kapanpun Ia tidak akan pernah mendapatkan Alena sehingga Pangeran Abbash tidak keberatan kalau harus membukakan hati untuk wanita lain.     

Dan Ia juga tidak keberatan harus bercinta dengan Lila tanpa membayangkan Alena, karena baginya bercinta lebih banyak ke kepuasan fisik dibandingkan dengan perasaannya.     

Tetapi melihat wajah Alena yang sembab kemudian menatapnya dengan mata berbinar, pangeran Abbash seperti mendapatkan segala keindahan di dunia ini. Pangeran Abbash jadi tersenyum memikat. Sayangnya Ia sedang berada di dalam tubuh pelayan sehingga semanis apapun Ia tersenyum tidak akan menarik bagi Alena yang memiliki orientasi seksual yang normal.     

"Beritahu kepadaku, Apa yang harus kulakukan. Aku akan melakukan apa saja untuk mendapatkan perhatian Nizam hanya untukku" Kata Alena dengan mata berapi - api.     

Pangeran Abbash mengangkat alisnya melihat Alena lalu kemudian Ia menggodanya,     

"Apakah Kau ingin Aku membunuhnya? Asalkan kau meminta maka Aku akan membuat nafasnya berhenti sekarang juga" Kata Pangeran Abbash.     

"Ah bukan itu yang Aku inginkan, malah Aku tidak ingin dia mati.."     

"Oh iya.. Aku lupa, Kau tidak ingin dia mati karena kalau dia mati, Nizam malah akan mengingatnya selama hidupnya"     

"Iya seperti itu.. tolonglah Aku, Abbash.. eumm Pangeran Abbash Aku mohon kepadamu " Kata Alena sambil memelas.     

Tiba - tiba Pangeran Abbash malah tambah ingin menggoda Alena. Ia menyodorkan pipinya dan berkata, "Ciumlah Aku dulu.. di sini.. di pipi." Kata Pangeran Abbash sambil menepuk pipinya oleh telunjuknya. Alena jadi merengut marah,     

"Apaan sih kamu? Kamu menyebalkan sekali " Kata Alena sambil cemberut.     

"Jangan marah, ini kah tubuh pelayan perempuan bukan tubuhku jadi tidak apa - apa kalau kau menciumku" Kata Pangeran Abbash tetap menggoda Alena.     

"Walaupun kau berubah menjadi kucing, tapi jiwamu adalah Pangeran Abbash. Jadi kalau aku menciummu tetap saja yang merasakan adalah dirimu. Aku tidak akan pernah mengkhianati suamiku" Kata Alena.     

"Tapi diakan sedang menyakitimu sekarang, kalau kau balas menyakitinya maka ini akan jadi impas" Kata Pangeran Abbash.     

"Jangan pangeran Abbash, Aku tidak akan pernah bisa menerima Nizam berbagi hati, tetapi Aku tidak akan pernah bisa menerima lagi kalau Aku mengkhianatinya. Aku lebih baik mati daripada mengkhianatinya. Dalam bentuk apapun itu." Kata Alena. Tiba - tiba Alena takut kalau Pangeran Abbash tiba- tiba akan melakukan hal yang tidak senonoh kepadanya. Padahal Nizam sedang rapuh dan sekarang posisinya Ia sedang berduaan dengan pangeran Abbash walaupun secara fisik,Ia adalah pelayan perempuan.     

Tapi Alena yang sedang ketakutan menjadi terkejut karena Pangeran Abbash malah bertepuk tangan dan berkata,     

"Itu baru Alena yang sesungguhnya. Nizam adalah pangeran yang hebat dan Ia pantas mendapatkan wanita yang hebat pula. Kau sangat layak menjadi Ratu Azura. jangan takut Alena, Aku hanya menggodamu tadi " Kata Pangeran Abbash sambil tersenyum membuat Alena jadi merasa lega. Ia tadinya sudah ketakutan kalau Pangeran Abbash tiba -tiba akan menyentuhnya walaupun hanya sekedar mecium pipi.     

"Terima Kasih Pangeran Abbash, Kau sangat baik"     

"Tidak ! Jangan sebut aku baik. Aku bukan manusia yang baik. Begini Alena, Aku mencoba menyelami perasan Putri Rheina untuk mengetahui apakah dia itu berpura - pura sakit hanya ingin menarik perhatian Nizam atau memang sakit betulan"     

"Aku juga berpikir seperti itu, Aku berpikir dia pura - pura sakit karena dia itu benar - benar wanita yang licik dan sering melakukan tipu muslihat. Aku sangat membencinya" Kata Alena sambil mengepalkan kedua tangannya. Tetapi Pangeran Abbash menggelengkan kepalanya.     

"Sayangnya dia tidak sedang berpura - pura. Dia sedang benar - benar sedang sakit. Dia sangat terpukul dengan kejadian yang menimpanya. Dia sedang berada diambang kematian. Ia tampak tidak ingin hidup lagi. Aku melihat kalau Ia merasa sangat putus asa dan sedang merasa sangat terpuruk. Dia sangat mencintai Nizam tetapi dia merasa kalau cintanya akan sia - sia saja. "     

Alena jadi menciut mendengar kata - kata Pangeran Abbash, "Ja.. jadi dia itu benar - benar mencintai suamiku? Eh maksudnya Nizam begitu dan Putri Rheina benar - benar akan mati ? " Kata Alena. Ia menyadari kalau Nizam itu bukan hanya suaminya tetapi suami Putri Rheina juga.     

"Iya.. dia sedang sangat berputus asa, ini seperti kasus Lila dulu, tentu kau masih ingat. " Kata Pangeran Abbash.     

"Kau tahu tentang itu? "Kata Alena dengan aneh.     

"Tentu saja, karena Lila bercerita kepadaku segalanya. Apa yang dialami Lila sekarang sedang dialami Putri Rheina. Putri Rheina bukan sakit secara fisik tetapi sakit secara mental. Mungkin Ini seperti kondisi adikku." Pangeran Abbash tiba - tiba teringat tentang adiknya.     

Alena menjadi teringat juga kepada Putri Mira, "Adikmu itu.." Tetapi belum selesai Alena berkata, Pangeran Abbash mengangkat tangannya.     

"Aku tidak ingin berbicara tentang adikku. Aku akan membicarakannya dengan Nizam. Nanti Kau malah tambah sedih" Kata Pangeran Abbash sambil memandang Alena dengan iba. Ia merasa kasihan kepada Alena yang harus berjuang agar tetap berada di sisi Nizam. Bahkan adiknya sendiri ikut bersaing agar tetap berada di sisi Nizam.     

"Ya.. ya Aku tahu, Suamiku berniat akan menikahinya secara sah " Kata Alena jadi semakin mendung. Pangeran Abbash menjadi terdiam melihat kesedihan Alena.     

"Maafkan Aku Alena, makanya Aku tidak ingin membahasnya. Aku mencintai Adikku sendiri dan tidak mungkin Aku senang melihatnya bersedih. Jadi kita fokus saja tentang Putri Rheina." Kata Pangeran Abbash mencoba menghindari berbicara tentang adiknya.     

"Baiklah, Aku mengerti kondisi ini dan Aku juga tidak berniat untuk menyakiti hatimu juga" Kata Alena dengan sedih.     

"Maafkan Aku Alena" Pangeran Abbash menjadi tidak berdaya. Ia harus berdiri di antara Alena dan adiknya sendiri. Sebagai seorang kakak tentu saja Ia menginginkan kebahagiaan adiknya. Bukankah Ia melawan Nizam hanya karena ingin membawa adiknya dari kerajaan Azura. Tetapi adiknya malah bersikeras ingin tetap menjadi istri Nizam. Makanya Ia ingin menghancurkan kerajaan Azura agar Ia bisa menarik kembali adiknya dan merebut kerajaan Azura.     

Tetapi sekarang Ia merasakan bahwa kebahagian adiknya akan merebut kebahagiaan bagi Alena. Dan itu sangat menyakitkan bagi Pangeran Abbash. Ia juga menyayangi dan mencintai Alena. Ia tidak ingin Alena bersedih. Untungnya Alena bukan wanita yang tidak tahu diri.      

"Tidak ! Kau tidak usah meminta maaf, ini bukan salahmu" Kata Alena sambil menatap dengan pandangan mata yang kosong.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.