CINTA SEORANG PANGERAN

Harus Menerima Kenyataan



Harus Menerima Kenyataan

Tetapi kemudian sebelum Alena masuk, dua orang dokter datang dengan beberapa perawat dan Alena mengurungkan niatnya untuk masuk. Ia tidak ingin menghalangi dokter itu untuk memeriksa Putri Rheina sehingga kemudian Alena malah memundurkan tubuhnya untuk memberikan jalan kepada tenaga medis itu.     

Dokter itu tidak langsung masuk tapi malah menunggu sambil memberikan hormat kepada Alena dan berkata, "Izin masuk, Yang Mulia " Bisik mereka dengan perlahan. Alena memberikan isyarat agar para dokter itu masuk dan tidak memberitahukan kedatangannya kepada Nizam. Para dokter itu menganggukan kepalanya dan mereka lalu masuk.     

Nizam tampak terbangun melihat para dokter datang. Alena melihat betapa sembabnya wajah Nizam, Ia begitu murung dan rapuh. Ini semakin menyakitkan bagi Nizam. Apalagi kemudian dia berkata dengan gemetar kepada dokter yang akan bersiap memeriksa Putri Rheina.     

"Selamatkan istriku.. selamatkan Ia. Aku mohon " kata Nizam sambil memegang tangan Putri Rheina yang sangat panas.     

"Yang Mulia tidak usah khawatir. kami akan berusaha semampu kami. Berdoalah.. Agar Yang Mulia Putri Rheina dapat kami sembuhkan "     

Para tim medis itu lalu memeriksa Putri Rheina dengan seksama. Nizam hanya memperhatikan sambil berdiri di ujung tempat tidur agar Ia tidak menghalangi para dokter itu bekerja.     

Setelah beberapa lama, dokter itu kemudian berkata, "Detak jantungnya sangat lemah. Kami harus membawanya ke ruangan ICU. Kami akan berusaha semampu mungkin tetapi yang Mulia..." Kata Dokter itu tampak sedikit ragu berkata kepada Nizam. Nizam menatap dokter itu dengan tajam.     

"Tetapi apa ? " Nizam tampak tidak sabar.     

"Yang Mulia Putri Rheina tampak sangat lemah. Dan Kami hanya bisa memberikan infusan terlebih dahulu. Air matanya terus menetes. Yang Mulia agaknya begitu terguncang ketika di dalam penjara. Hamba tidak berani untuk berspekulasi terlalu jauh. Untuk tetap hidup, pasien harus memiliki daya juang untuk hidup. Kalau pasien sudah tidak memiki daya juang maka kesempatan kami akan semakin kecil " Kata Dokter itu.      

Nizam terdiam dan meremas tangannya sendiri, bagaimana bisa berjuang kalau Putri Rheina sendiri menginginkan untuk mati. Ini seperti kasus Lila waktu itu ketika Ia disakiti oleh Edward. dan terulang kepada Putri Rheina.     

Nizam kemudian mendekati Putri Rheina, " Rheina bangunlah ! kau harus hidup.. Aku harus meminta maaf kepadamu. Jangan biarkan Aku di dera perasaan bersalah seumur hidup" kata Nizam dengan putus asa.     

"Yang Mulia... Kami harus memasang beberapa peralatan untuk Yang Mulia Putri Rheina. Izinkan Kami membawanya " kata Dokter itu. Tapi Nizam menggelengkan kepalanya.     

"Tidak ! Bawa peralatannya kemari ! Aku tidak akan membiarkan siapapun membawanya dari dalam harem. Aku tidak ingin ada siapapun yang akan mencelakakannya" Kata Nizam sambil kemudian duduk disisi tempat tidur dan memegang tangan Putri Rheina. Ia mencium tangan itu sambil membelai kepala Putri Rheina.      

Para Dokter itu sesaat terdiam karena bingung tetapi kemudian Nizam membentaknya.     

"Mengapa kalian masih disini? Cepat bawa peralatannya kemari! " kata Nizam dengan keras membuat dokter dan perawat itu segera berlari.     

"Rheina.. Kau tahu ? Kau seperti Lila yang tidak mau bangun karena sakit hati kepada Edward tetapi kemudian Ia terbangun dan memaafkan suaminya. Aku ingin kau juga seperti itu.     

Aku tahu, kalau Aku banyak bersalah kepadamu. Aku mungkin terlalu egois dengan cintaku. Tetapi Rheina, ini bukan salahku. Seperti Kau yang mencintai diriku. Aku mencintai Alena sampai ke dalam darahku. Aku memang suamimu tetapi Aku tidak bisa menyentuhku.     

Bukan karena Aku bersikap tidak adil Rheina tetapi itu karena Aku tidak mampu untuk itu. Rheina, mengapa kita ditakdirkan untuk berjodoh kalau tubuhku menolakmu. Rheina sungguh.. Aku meminta maaf kepadamu. Maafkanlah Aku demi Kau yang dulu sering bermanja - manja kepadaku. Demi Aku yang begitu menyayangimu.     

Putri Rheina.. mengapa kau mencintaiku? Apakah kau memang mencintai diriku sebagai calon suami atau kau mencintaiku karena murni dari dalam hatimu. Putri Rheina.. Bangunlah, izinkan Aku meminta maaf terlebih dahulu kepadamu. Bagaimana kelak Aku akan menghadap Alloh atas ketidak adilan yang telah kuperbuat untukmu.     

Putri Rheina..jangan salahkan Alena atas semua ini. Ia sungguh tidak bersalah. Dia mencintaiku karena dia tidak tahu Aku sudah dijodohkan. Dan Ia bahkan tidak tahu kalau Aku sudah beristri. Aku menerima cintanya tanpa Ia tahu Aku sudah memiliki pasangan.     

Putri Rheina, ini adalah kesalahanku. Aku yang bersalah telah memupuk cintanya. Seandainya Aku tidak membalas cintanya tentu saat ini, Aku dan Alena bukan siapa - siapa. Aku memang egois. Seharusnya sebagai seorang calon Raja, Aku tidak memiliki perasaan cinta yang mendalam kepada seorang wanita.     

Ibunda selalu berkata kalau seorang Raja tidak boleh memiliki perasaan cinta yang berlebihan kepada salah satu wanita karena hanya akan memunculkan kekacauan akibat ketidak adilan yang mungkin akan terjadi. Ketidak adilan akan menimbulkan kecemburuan pada istri - istri yang lain dan itu akan menjadikan pertikaian di dalam harem.     

Harem yang kacau akan menyebabkan pemerintahan tidak akan berjalan dengan baik. dan itu benar - benar terjadi pada diriku. Aku tidak mampu menjalankan peran suami yang bisa bertindak adil. Aku mengabaikanmu. Ini karena Aku terlalu mencintai Alena. Aku tidak mampu menyentuh wanita lain.     

Aku ternyata tidak sekuat Ayahku atau Pangeran Husen. Aku tidak mampu membagi cinta dan bahkan tubuhku kepada wanita lain. Rheina kau adalah korban dari pernikahan koalisi. Sungguh.. Aku tidak ingin menyalahkanmu atas apa yang terjadi semua ini. Ini adalah takdir yang kuasa.      

Cinta dan benci hanyalah perasaan manusia. Jika kita mengembalikan semuanya kepada yang di atas maka kejadian hari ini tidak akan terjadi. Kalau Aku mampu bertindak adil saat itu pasti kau tidak akan begini.     

Tetapi Rheina.. Aku sungguh tidak berdaya dengan perasaan ini. Rheina bangunlah! izinkan Aku meminta maaf dan mencoba memperbaiki kesalahanku. Aku berjanji akan berusaha bertindak adil semampuku Rheina " Nizam akhirnya mengeluarkan kata - kata yang membuat Alena hampir terkulai saking sedihnya.     

Ketika Alena mendengar Nizam berjanji berarti Nizam akan berusaha menyentuh Putri Rheina. Ini sangat menyedihkan. Walaupun Ia tahu apa yang dikatakan oleh Nizam adalah kebenaran. Cinta mereka mungkin terlau egois sehingga menyebabkan Putri Kumari dan Putri Rheina menjadi korban.      

Alena kemudian melangkah mundur dan Ia lalu meninggalkan kediaman Putri Rheina dengan wajah kusut. Alena berjalan menuju taman dengan kolam di tengahnya. Ia kemudian duduk di kursi taman dan menatap riak air kolam yang tertiup angin.     

Alena mengusap wajahnya dengan putus asa. Ia sekarang hanya punya satu pilihan yaitu bersiap menerima kenyataan kalau Nizam akan menyentuh Putri Rheina. Angin kembali bertiup menerpa pipi Alena yang sembab oleh air mata. Alena menghela nafas yang terasa sangat berat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.