CINTA SEORANG PANGERAN

Amarah Alena



Amarah Alena

0Cynthia menggigit bibirnya sendiri, lidahnya menjadi kelu. Ia ingin sekali berteriak kepada dunia. Andaikan bisa Ia ingin Putri Rheina itu mati saja ditangannya. Tapi bagaimana bisa Ia melakukan itu. Ia memiliki suami dan anak yang tidak bisa diabaikan. Cynthia menundukkan wajahnya. Ia tidak dapat menahan tangisannya. untuk kali ini Ia merasa jadi sahabat Alena yang tidak berdaya. Ia ingin sekali menenggelamkan tubuhnya ke dasar lautan melihat wajah Alena yang pucat pasi.     

"Aku rela Nizam tidur dengan siapapun tapi tidak dengan wanita itu" Kata Alena tiba - tiba membuat suasana jadi hening. Pangeran Thalal tadi ikut dengan Nizam tetapi kemudian Ia malah pergi mencari tahu berita tentang kepala penjara. Pangeran Thalal baru saja datang dan Ia mendengar apa yang diucapkan Alena. Bulu kuduknya langsung merinding.     

Cynthia adalah orang yang sangat menyayangi Alena tetapi sebagaimana Nizam, logikanya berjalan dengan sempurna. Apa yang dikatakan oleh Cynthia adalah benar. Ini bukan tentang cinta tapi ini tentang kebenaran yang haqiqi. Karena kalau dari segi keadilan yang menjadi intruder disini sebenarnya bukanlah Putri Rheina kepada Alena tetapi Alena kepada Putri Rheina.      

Bagaimanapun tidak terimanya tetapi ini adalah kenyataan yang sebenarnya. Putri Rheina memang pantas untuk depresi. Ia sudah tidak memiliki harga diri lagi. Ia ditolak oleh suaminya sendiri, dikalahkan juga oleh Putri Kumari dan sekarang dia tersangka utama pembunuhan Putri Kumari. Ia sudah tidak memiliki apapun yang bisa Ia banggakan.      

Alena melihat Cynthia hanya tertunduk dan terpaku. Ia lalu menyerahkan Axel kepada Bastnah dan berlari keluar.     

"Alena !! " Cynthia bergerak ingin mengejar Alena tetapi tangannya di tarik oleh Pangeran Thalal.     

"Jangan mengejarnya ! " Kata pangeran Thalal kepada istrinya.     

"Tetapi mengapa Yang Mulia ? Aku takut dia melakukan hal yang mencelakakannya " Kata Cynthia panik sambil meronta ingin terlepas dari cekalan suaminya.     

"Kakak Putri Alena butuh sendiri, Kau sudah menjadi sahabatnya sejak lama. Kau tahu persis Kakak Putri seperti apa. Dia akan segera membaik" Kata Pangeran Thalal. Cynthia berbalik dan memeluk leher suaminya lalu menangis di dadanya. Air matanya langsung membasahi kulit dada suaminya. Pangeran Thalal mengelus kepala istrinya dengan lembut.     

"Aku bukan sahabatnya. Aku menyakitinya. " Kata Cynthia sambil terisak - isak.     

"Tidak, sayangku. Ini adalah kenyataan. Kau mengatakan yang sebenarnya. Saat ini Kakak Putri Rheina sedang berada di ambang kematian. Sudah seharusnya Kakak Putri Alena menerima kehadirannya. Karena jika Kakak Putri Rheina mati, Kakak Putri Alena tidak akan mampu menghadapi penyesalannya" Kata Pangeran Thalal.     

Cynthia semakin keras menangis, "Ini semua salahku. Seandainya waktu itu Aku tidak memasang strategi untuk mendapatkan Nizam dan membiarkan Alena bersama Edward. Tentu saat ini Edward masih hidup dan Putri Rheina akan baik - baik saja. Aku yang salah.. Yang Mulia " Kata Cynthia semakin keras menangisnya.      

"Sst.. jangan seperti ini, Tangisanmu membuat para bayi menangis ketakutan" Kata Pangeran Thalal. Tapi Cynthia bukannya berhenti, Ia malah semakin keras menangis hingga kemudian Pangeran Thalal melirik ke arah para pengasuh bayi.     

"Bawa masuk mereka ke dalam kamar bayi! " Kata Pangeran Thalal meminta mereka membawa para bayi. Tidak usah diperintahkan dua kali. Mereka langsung mundur dan membawa bayi - bayi ke dalam kamar bayi. Termasuk Bastnah. Bastnah terdiam, Ia sedikit menyesal telah membawa berita ini kepada Alena dan membuat Alena menjadi terguncang.     

Alena berlari terus sambil menangis. Ia sudah tidak perduli lagi dengan para pelayan dan penjaga yang keheranan. Walaupun begitu mereka tetap memberikan hormat dan salam kepada Alena. Alena berlari menuju harem, Ia ingin tahu kebenaran yang dikatakan oleh Bastnah.      

Ketika sampai di depan harem. Alena menghapus air matanya dan masuk ke dalamnya. Ia hanya mengangkat tangannya untuk membalas para penjaga yang memberi hormat. Alena berjalan menyusuri jalan yang menuju ruangan Putri Rheina. Alena tahu persis tempatnya. karena sebagai istri sah yang pertama, Putri Rheina memiliki tempat khusus di dalam Harem.     

Semakin mendekati ruangan Putri Rheina, Ia semakin gemetar tetapi Alena menguatkan dirinya. Ia tetap berjalan. Alena merasa langkahnya begitu berat hingga tidak dapat melangkah dengan benar. Membayangkan Nizam memeluk Putri Rheina dan menangisinya begitu membuat Ia terluka.      

Alena selalu menguatkan dirinya, Ia berupaya untuk menerima kenyataan kalau Putri Rheina memang istri pertama Nizam yang memiliki hak yang sama atas tubuh Nizam. Tapi ketika kenyataan ini terjadi, Alena tidak dapat menerimanya. Ia merasa sangat cemburu.      

Putri Rheina adalah satu - satunya wanita yang mendapatkan perhatian khusus dari suaminya dan itu tidak bisa Alena pungkiri. Karena posisi sebagai wanita perebut jodoh orang lain adalah dirinya. Dan ini yang membuat Alena tidak bisa menerima kehadiran Putri Rheina sampai kapanpun. Apalagi sekarang Cynthia yang menjadi sahabatnya itu malah terlihat seperti membela Putri Rheina.     

Para penjaga di depan ruangan Putri Rheina langsung tampak gugup melihat kedatangan Alena. Sudah menjadi rahasia umum kalau diantara keduanya tidak memiliki hubungan yang baik. Bukankah Putri Rheina dipenjara gara - gara hendak meracuni Alena.      

Mereka ingin sekali mencegah agar Alena tidak masuk ke dalam. Mereka sudah berpikir kalau Alena akan membuat keributan karena Nizam ada di dalamnya. Alena menatap kedua penjaga wanita yang ada didepan itu dengan tatapan tidak berkedip. Alena tidak bisa masuk karena mereka tidak mempersilahkan Alena untuk masuk.     

"Apakah Aku tidak boleh masuk ?" Kata Alena dengan nada tajam. Mata Alena yang bagaikan bintang kejora itu tampak menatap para penjaga. Penjaga itu semakin gugup.     

"Yang Mulia.. Kami tidak bermaksud begitu.. ini hanya.."Penjaga itu tidak dapat melanjutkan perkataanya. Ia semakin tertunduk.     

"Menyingkirlah ! Aku tahu batasanku, Jadi Kalian tidak usah khawatir' Kata Alena kepada para penjaga itu. Para penjaga seketika merah padam karena malu dan gugup.     

"Tidak Yang Mulia. Maafkan Kami.." Kata mereka sambil memberikan jalan untuk Alena. Alena lalu melangkah masuk ke dalam ruangan. Para pelayan yang berdiri di depan kamar Putri Rheina langsung membungkukkan badannya kepada Alena. Alena mengangkat tangannya mencegah pelayan yang akan berteriak memberitahukan kedatangan Alena kepada Nizam.     

Alena memberikan isyarat agar mereka diam. Dan para pelayan itu langsung diam. Alena lalu melangkah dan membukakan pintu perlahan. Ia lalu melihat Nizam sedang meringkuk di atas tubuh Rheina yang terbaring lemah.     

Hati Alena begitu gemetar melihatnya. Panas yang Ia rasakan seperti akan membakar seluruh tubuhnya. Dadanya sangat sakit seperti di toreh ribuan belati. Apalagi ketika Ia mendengar ratapan Nizam.     

"Aku minta maaf Rheina, bangunlah.. Kalau kau ingin mati mengapa kau tidak membawaku juga. Biarkan Aku menebus rasa bersalah ini" Kata Nizam sudah tidak perduli lagi apa yang Ia katakan. Ia hanya ingin Putri Rheina bangun. Nizam sangat depresi melihat Putri Rheina tidak siuman - siuman.     

Alena menjadi menggigil menahan marah mendengar kata - kata Nizam. Betapa beraninya Nizam berkata seperti itu. Bagaimana bisa Ia ingin mati bersama Putri Rheina dan akan meninggalkannya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.