CINTA SEORANG PANGERAN

Suamimu Itu Suaminya Juga



Suamimu Itu Suaminya Juga

0Tidak ada berita apapun yang lewat dari pendengaran Bastnah. Ketika Nizam membawa Putri Rheina dalam pelukannya. Seorang pelayan sudah berlari ke dapur dimana Bastnah sedang mengatur menu makan siang untuk para penghuni harem. Mendengar berita yang begitu dasyat, Ia segera berlari ke tempat Putri Rheina dengan berpura - pura hendak mengantarkan bahan makanan mentah untuk pelayan dapur Putri Rheina.     

Bastnah bertanya kepada seorang penjaga yang sedang berjaga dengan gelisah di depan kamar Putri Rheina. "Mengapa wajahmu gelisah. Bukankah didalam kosong. Majikan kalian masih di penjara" Kata Bastnah dengan wajah datar pura - pura tidak tahu apa - apa.     

"Sst.. apa kau tidak dengar, didalam Yang Mulia Nizam sedang menangis. Putri Rheina sakit keras. Kita sedang menunggu dokter" Kata Penjaga itu sambil menempelkan telunjuknya di bibirnya. Muka Bastnah langsung berubah berkerut. Ia lalu menyerahkan semua bahan makanan yang dibawanya ke tangan penjaga dengan cepat. Ia tidak mau kelamaan nunggu si pelayan dapur datang.     

"Apa ini ?" kata si penjaga kaget disodori keresek yang penuh dengan sayuran dan buah - buahan.     

"Buat Pelayan Dapur... Aku ada perlu dulu" Kata Bastnah sambil pergi tergesa - gesa meninggalkan Penjaga yang kebingungan. Ketika pelayan dapur datang, Ia celingukan.     

"Mana Bastnah ? Katanya Ia mau bertemu denganku" Kata pelayan bagian dapur ke penjaga.     

"Dia pergi, Nih.. ambil " Kata sipenjaga itu sambil menyerahkan keresek yang penuh dengan sayuran dan buah - buahan.     

"Apaan ini? Sayuran dan buah - buahan. Buat apa? Aku tidak minta. Di sini juga banyak. Bukankah kebunnya ada dibelakang ruangan kita?' Kata si pelayan keheranan.     

"Lah.. Kau saja dibagian dapur tidak tahu. Apalagi Aku." Kata si penjaga sambil kembali berjaga. Sesekali Ia melihat ke arah dalam. Ia masih mendengar suara Nizam yang berteriak memanggil nama istrinya. tapi suara itu samar - samar terdengarnya.     

Bastnah berjalan bagaikan terbang saking ingin segera pergi ke tempat Alena. Sialnya Alena sedang ada di istana Pangeran Thalal dan itu letaknya cukup jauh. Ia tidak menyimpan telepon genggam. Ada peraturan baru di dalam harem yang menyatakan semua handphone terlarang di dalam harem karena takut akan digunakan untuk hal - hal yang tidak baik.     

Rasanya Bastnah sudah berlari tapi tidak sampai - sampai. Ia sudah kelelahan. Sehingga Ia kemudian berdiri bersender pada batang pohon palem. Dadanya berdebar dengan kencang. Bagaimana bisa Nizam menangisi Putri Rheina. Ini bertanda buruk bagi Alena. Jangan - jangan yang akan jadi ratu adalah Putri Rheina dan bukannya Alena.     

Kalau seandainya ini terjadi maka habislah nasibnya di dalam istana. Putri Rheina tahu kalau Ia sekutu Alena. Sejak Nizam membawanya ke Amerika dan menjadikannya asisten Alena dibagian pengurusan pakaian dan sesekali makanan. Ia menjadi musuh Putri Rheina.      

Bastnah sendiri tidak menyukai Putri Rheina yang memang arogan dan galak. Ia juga ringan tangan kepada pelayan yang tidak menuruti keinginannya. Putri Rheina bertingkah aneh dan tidak seperti seorang putri. Ia seperti tabung gas berjalan yang kalau segelnya rusak kemudian disulut api langsung meledak.     

Bastnah selalu berharap kalau Alena yang akan menjadi Ratu dari kerajaan Azura terlepas dia bukan berdarah Azura. Alena sudah terlihat sangat baik dan pemurah. Ia tidak pernah bertindak merendahkan orang lain. Ia selalu menghargai orang lain sebagai orang yang sejajar dengannya bukan sebagai bawahanya.     

Terlepas dari penderitaan Putri Rheina yang kadang memang menimbulkan rasa iba bagi yang mengetahuinya. Tapi Bastnah juga tidak tahu harus berbuat apa. Jadi Ia hanya mengikuti nalurinya saja. Ia akan membela Alena habis - habisan. Bahkan jika harus membubuhkan racun untuk menyingkirkan Putri Rheina, dengan senang hati akan Ia lakukan.     

Kemudian Bastnah kembali berjalan hingga tidak lama kemudian Ia sudah sampai di kediaman Pangeran Thalal. Keringat jadi bercucuran. Bastnah menari tisu di sebuah meja kecil dan menghapus keringatnya. para penjaga membiarkan Bastnah masuk karena memang Bastnah terbiasa keluar masuk ke tempat Pangeran Thalal. Ia bertugas mengurus pakaian si kecil. Ia bagian mengambil pakaian kotor si kecil lalu memberikan kepada pelayan bagian binatu.     

Soerang pelayan tampak datang sambil membawa seikat bunga yang akan disimpan di ruang tengah. Ia melihat Bastnah dengan keheranan.     

"Bukannya tadi pagi kau sudah mengambil pakaian kotor ? Mengapa kembali lagi? Apa ada yang tertinggal?" Kata sipelayan itu menatap Bastnah dengan menyelidiki.     

"Apa ada Putri Alena di dalam?" kata Bastnah kepada si pelayan.     

"Iya ada. Yang Mulia sedang berbicara dengan Putri Cynthia " Kata pelayan itu.     

Bastnah tanpa bicara lagi langsung berjalan keruangan tempat bayi berada dan benar saja Ia mendengar Alena sedang berbincang - bincang dengan Cynthia.     

Penjaga segera berteriak, " Bastnah izin menghadap " teriaknya.     

Cynthia dan Alena langsung berpandangan. "Ia baru saja dari sini, sekarang datang lagi. Pasti ada berita penting. Alena firasatku jadi tidak enak" Kata Cynthia kepada Alena. Alena menganggukan kepalanya dan berkata, "Izinkan dia masuk"     

Bastnah segera masuk dan begitu menghadap Ia segera membungkuk kemudian berkata, "Assalamualaikum Yang Mulia, senang bertemu dengan Yang Mulia. Apakah Yang Mulia sehat?" kata Bastnah dengan hati - hati. Walaupun Ia sudah gatal ingin cerita tetapi Ia tetap tidak berani serampangan. Walau bagaimanapun Ia termasuk pelayan senior yang diajari tata krama atau etika di dalam istana.     

"Waalaikumsalam, Aku baik - baik saja terima kasih " Apakah Kau datang untuk menyapaku?" Kata Alena kepada Bastnah. Bastnah menganggukkan kepalanya.     

"Benar Yang Mulia. Tapi ketika hamba tadi kemari, Hamba tidak sengaja lewat ke Ruangan Putri Rheina dan hamba dengar kalau Yang Mulia Nizam ada di kamarnya Putri Rheina. " Kata Bastanah dengan hati - hati.     

Alena dan Cynthia langsung berpandangan mata, 'Bukankah dia sedang ada di dalam penjara?" Kata Alena dengan muka sedikit berubah.     

"Yang Mulia Nizam kemungkinan membawanya karena Putri Rheina sakit keras" Kata Bastnah lagi. Alena lalu melirik ke arah Cynthia.     

"Apakah kau pikir ini sandiwara si wanita ular itu?" Kata Alena sambil cemberut. Cynthia terdiam, kali ini Ia tidak berani berkata apa - apa yang menyumpahi putri itu seperti biasanya. Cerita dari Pangeran Thalal yang mengatakan kalau Putri Rheina sakit keras sudah membuat hatinya menjadi bimbang antara benci dan kasihan.     

"Mengapa Kau diam saja? Berani benar Ia menyeret suamiku ke dalam kamarnya" Kata Alena dengan mata menyalang. Ia mendadak jadi buas bagaikan harimau terluka.     

"Suamimu itu, suaminya juga" Kata Cynthia dengan hati yang perih. Ia tiba - tiba ingin menangis. Mengapa semua ini harus terjadi.     

"Ada apa denganmu?" Kata Alena dengan wajah pucat. Mengapa sahabatnya sendiri tiba - tiba berkata pembelaan terhadap Putri Rheina.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.