CINTA SEORANG PANGERAN

Biarkan Aku Bermimpi



Biarkan Aku Bermimpi

0Nizam memandang dengan buas ke arah penjaga, "Istriku sakit dan tidak makan serta minum hampir dua hari. Mana dokter yang seharusnya menginfus dia? Kalian ingin membunuhnya ? " Kata Nizam sambil tiba - tiba melayangkan tendangan ke arah penjaga itu membuat penjaga yang berjaga tepat di depan penjara Putri Rheina terpental menghantam besi penjara. Semua orang langsung berlutut.     

Dan Nizam segera menghampiri Putri Rheina yang tergolek lemas. Matanya terpejam rapat. Kulitnya teramat pucat. Nizam segera meraihnya dan menggendongnya dalam pelukannya.     

"Minggir semuanya " Kata Nizam sambil berjalan keluar. Para penjaga segera memberikan jalan. Tidak ada satupun yang berani menghalangi Nizam yang mengeluarkan tahanan dari penjara.      

Nizam berjalan cepat mengikuti Ali yang membuka jalan untuk Nizam. Sementara Amar langsung menginterogasi kepala Penjara yang baru saja datang. Walaupun wajahnya sedikit pucat tetapi kepala penjara itu bersikap tenang.     

Nizam membawa Putri Rheina ke kamar yang ada di dalam Harem. Ia tidak berani membawanya ke istananya mengingat Ia akan menyakiti Alena. Untungnya kamar Putri Rheina memang paling eksklusif karena dia adalah istri Nizam yang sudah sah. Ali dan Fuad tentu saja tidak berani masuk. Wilayah itu terlarang untuk mereka. Jadi mereka hanya menunggu di luar tembok pembatas saja . Mereka duduk di depan sebuah taman yang berada di depan wilayah harem.     

Kamar Putri Rheina adalah bangunan istana kecil yang terdapat dalam lingkungan Harem. Kamar - kamar untuk istri utama memang berbeda dengan para selir. kamar mereka adalah istana - istana kecil yang didalamnya terdapat kamar utama untuk Tempat tidur Putri Rheina itu sendiri dan di belakang ada bangunan panjang untuk tempat tidur, kamar para pelayan. Di dalam bangunan itu juga biasanya ada dapur khusus untuk penghuninya.      

Nizam membaringkan Putri Rheina di tempat tidurnya sambil kemudian dia berteriak, "Panggilkan dokter ! " kata Nizam sambil meraba kening Putri Rheina yang terasa sangat panas. Bahkan tangannya terasa terbakar saking panasnya. Terdengar gumanan yang terdengar di bibir yang kering itu. Seorang pelayan langsung berlari keluar dari harem ditemani pengawal harem.     

"Yang Mulia.. jangan hukum aku. Aku bersalah. Aku tidak akan berbuat jahat lagi kepada Alena. Aku ikhlas. Aku akan mati saja. Biarkan kelak diakhirat saja kita menjadi suami istri" rintih Putri Rheina membuat hati yang mendengarnya menjadi teriris.      

Nizam terpaku mendengarnya. Ia seperti mengulang peristiwa putri Kumari yang meninggal dihadapannya. Kali ini Ia tidak dapat memungkirinya kalau hatinya begitu sakit mendengar kata - kata Putri Rheina dalam keadaan tidak sadar.     

Ketika itu Ia tidak mengenal Putri Kumari tetapi Putri Rheina adalah istrinya. Bahkan sejak Ia berumur lima tahun. Sejak Putri itu dalam kandungan. Nizam sering memangkunya ketika Putri Rhiena masih kecil. Dan Ia memberikan apapun yang diinginkan Putri cantik itu ketika masih kecil.     

Nizam menjadi gemetar. Dipeluknya tubuh yang panas itu dengan erat. "Demi Tuhan.. Putri Rheina jangan berkata seperti itu. Kau tidak boleh mati" Kata Nizam sambil mendekapnya. Air mata Nizam tidak sadar meleleh. Ia tidak tahu apa yang akan Ia lakukan kalau Putri Rhiena sampai mati. Ia memang tidak mencintai putri itu tetapi ada ikatan batin yang tidak terbantahkan yang terjalin diantara mereka.     

Merasakan ada air mata yang menetes ke wajahnya, Putri Rheina mengerang. Lambat laun kesadarannya menjadi pulih. Ia membuka matanya dengan perlahan.     

Ia merasakan seseorang memeluknya dengan erat. Tangan Putri Rheina bergerak lemah. Ia memegang kepala orang itu dengan telapak tangannya. Nizam tercekat menyadari kalau Putri Rheina tersadar. Ia lalu mengangkat tubuhnya dari atas tubuh Putri Rheina.      

Putri Rheina menatapnya dengan takjub melihat air mata meleleh di pipi orang yang Ia rindukan setiap saat.     

"Yang Mulia menangisiku ?" Bisik Putri Rheina dengan serak dan lemah. Nizam menghapus air mata dipipinya dengan cepat.     

"Tidak ! " Kata Nizam sambil menggenggam tangan Putri Rheina. Ia tidak tahu harus berkata apa - apa selain menyangkalnya.     

Putri Rheina tersenyum, "Aku pasti sedang bermimpi, Biarkan Aku tidur lagi. Aku tidak ingin bangun. Biarkan tertidur selamanya" Kata Putri Rheina sambil kembali memejamkan matanya dan terkulai dengan nafas semakin lambat. Nizam berteriak,     

"Bangun !! Rheina.. Aku tidak mengizinkan kau untuk tidur lagi. Bangun !! " Kata Nizam sambil mengguncangkan tubuh Putri Rheina. Tapi Putri Rheina tidak terbangun. Ia tidak ingin bangun. Ia ingin tidur selama - lamanya.     

Putri Rheina berminggu - minggu ada dipenjara bawah tanah yang sepi, sunyi, dingin dan gelap. Ia merasa tersiksa, terbuang dan terhina. Ia meratapi nasibnya yang begitu malam. Ia ditolak oleh suaminya sendiri. Suaminya yang dijodohkan sejak kecil. Hanya karena Ia tidak dicintai oleh Nizam Ia harus merana hidupnya.     

Putri Rheina sebenarnya tidak mengharapkan cinta Nizam ketika Ia sadar kalau cinta Nizam sudah terenggut oleh Alena sejak Nizam jatuh cinta kepada Alena. Mereka sejak awal tidak memiliki ikatan cinta. Ikatan yang mereka miliki adalah ikatan koalisi diantara orang tua mereka.     

Tetapi cinta di hati Putri Rheina sudah tertanam sejak kecil karena Nizam adalah satu - satunya pria yang Ia kenal. Sebagai calon permaysuri, Ia tidak pernah bertemu dengan pria manapun. Wajahnya terlarang dan hanya boleh Nizam yang melihatnya sampai Nizam menyentuhnya. Tetapi sekarang Ia sudah berputus asa.     

Penjara yang gelap dan lembab itu membuatnya berpikir bahwa cinta kepada suaminya sendiri adalah terlarang dan akan meracuni hidupnya. Sangat tidak mungkin baginya untuk melabuhkan cintanya ke lain hati. Ia akan membawa cintanya sampai mati. Tetapi Ia tidak mau bunuh diri. Ia hanya ingin tidur. Tidur yang sangat panjang dan terbangun ketika Ia yakin kalau Nizam akan menjadikannya istri yang sebenarnya.     

"Rheina jangan tidur, Aku mohon. Maafkan Aku. Aku yang bersalah. Aku tidak bisa menyentuhmu. Aku tidak berdaya dengan perasaan cinta ini. Apa yang harus Aku lakukan Rheina. Andaikan Aku tidak pergi ke luar negeri mungkin kau dan aku tidak akan menjadi seperti ini." Kata Nizam sambil kembali memeluk Putri Rheina. Ia berharap Putri Rheina terbangun dan memarahinya seperti biasa. Mengomelinya atau berkata yang lembut, merayunya dan berbuat nakal kepadanya.     

Nizam membenamkan mukanya ke leher Putri Rheina dan berharap Ia akan membuat Putri Rheina terbangun. Ia kemudian memindahkan mukanya ke dada Rheina. Ia menempelkan telinganya ke dada Putri Rheina dan berharap Ia masih menemukan detak jantung Putri Rheina. Tubuh Nizam begitu gemetar. Ia takut, Ia takut dengan dosa yang akan terima karena sudah menyia - nyiakan Putri Rheina.     

Nizam meringkuk di atas tubuh Putri Rheina yang masih terasa panas. Ia ingin ikut tertidur dan berharap bahwa ini semua adalah mimpi buruk sehingga ketika Ia bangun semua mimpi buruknya sudah hilang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.