CINTA SEORANG PANGERAN

Penjara Bawah Tanah



Penjara Bawah Tanah

0"Kau tahu sebenarnya Ayahanda selalu sakit - sakitan. Kedatanganmu dan cucu - cucuku membangkitkan semangatku untuk tetap hidup. Anakku Nizam. Katakanlah Kapan kau siap untuk menjadi Raja. Ayahanda ingin berhenti menjadi Raja" Kata Raja Al-Walid kepada Nizam.     

Nizam langsung terdiam. Selama ini Ayahnya begitu tabah menjadi seorang raja. Walaupun Ia sakit dan hanya memerintah di atas kertas tapi Ia tetap melanjutkan tugasnya. Nizam kemudian tahu bahwa bagi dirinya, mengundurkan diri berarti mati. Raja adalah mandat seumur hidup jika tidak ada yang mengkudeta. Ketika Ayahnya ingin berhenti menjadi raja berarti itu seperti suatu pertanda kalau kematiannya sudah dekat dan Nizam menjadi sedikit panik.     

"Ayahanda jangan bicara seperti itu. Mari ananda antarkan ke tempat Pangeran Thalal agar Ayahanda dapat bertemu cucu Ayahanda" Kata Nizam tetapi kemudian asisten ayahnya memberikan hormat.     

"ini sudah sedikit lama Yang Mulia berada di kursi roda dan seharusnya sudah beristirahat." Kata Asisternnya dengan penuh rasa kekhawatiran. Raja Al-walid mengangkat tangannya.     

"Aku tidak apa -apa. Aku ingin melihat Pangeran Axel, Putri Alexa dan Pangera Atha. Aku merindukan mereka. Mereka adalah cucu pertamaku. Bagaimana mungkin sampai sekarang Aku belum menemuinya. Ini sangat menyedihkan"     

"Ayahanda..sebaiknya Ayahanda beristirahat saja dulu. Setelah Ananda menengok putri Rheina. Ananda akan membawa mereka ke istana Ayahanda" Kata Nizam akhirnya sependapat dengan asisten ayahnya. Apalagi Ia melihat nafas Ayahnya yang tampak sedikit tersenggal karena sesak.     

Karena dadanya terasa sakit dan sesak akhirnya Raja Al-Walid tidak menolak untuk diantar Nizam ke istananya. Para pelayan dan penjaga mengiringi mereka. Nizam sangat terenyuh ketika Ayahnya menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Ia tidak mengerti mengapa Ayahnya yang begitu gagah di masa mudanya bisa sakit - sakitan seperti itu.     

Padahal dokter yang menjaga kesehatannya ayahnya bukanlah dokter kelas bawah. Ada banyak dokter spesialis yang memantau kondisi ayahnya tetapi memang takdir tidak bisa dilawan. Setelah mengantarkan Ayahnya ke istananya. Nizam bergegas pergi ke ruang bawah tanah.     

Perlu waktu tiga puluh menit untuk mencapai pintu ke tempat itu karena letaknya memang berada di belakang istana utama. Nizam melihat beberapa penjaga berjaga di depan sebuah pintu. Melihat Nizam bersama beberapa pengawal mereka langsung berdiri tegak dan memberikan hormat.     

"Bukakan pintunya!" Nizam memberikan perintah kepada pengawal itu. Dan tanpa diperintah dua kali karena tahu yang di depannya adalah Pangeran Putra Mahkota. para pengawal itu segera membukakan pintunya.     

"Yang Mulia hendak menengok Putri Rhiena kah?" Kata Penjaga itu dengan penuh hormat. NIzam hanya memberikan jawaban pendek. Sehingga kemudian penjaga itu lalu membungkukkan badannya dan menawarkan jasanya.     

"Yang Mulia, mari saya tunjukkan jalannya." Penjaga itu segera berjalan menunjukkan jalan. Bau udara di bawah tanah tampak berbeda dengan diatas. Suasananya hanya terang oleh lampu. Walaupun tempatnya berkelok - kelok dan sempit tetapi kebersihannya benar - benar di jaga. Entah karena ada putri Rheina tau bagaimana.     

Ada beberapa penjara yang terisi. Biasanya orang - orang yang melakukan tindakan kriminal di istana tetapi kasusnya tidak diekspos keluar. Karena kalau seandainya di ekspos keluar akan membuat resah masyarakat. Kebanyakan isinya adalah pelayan, penjada dan terkadang ada beberapa selir serta putri atau pangeran penghuni istana.     

Nizam tidak tahu dengan pasti karena Ia sendiri baru kali ini masuk ke dalam penjara bawah tanah. Nizam tampak suprise melihat keadaan penjara bawah tanah ini bahkan Ia kemudian bertanya kepada penjaganya.     

"Ada berapa penghuni penjara ini?" Kata Nizam sambil berjalan terus.     

"Izin menjawab Yang Mulia, Ada sekitar seratus dua puluh empat orang, Termasuk yang akan dibebaskan pada hari jumat ini sekitar lima orang karena sudah habis masa tahanannya. " Kata Penjaga ini dengan hormat. Ia sangat jarang bertemu Nizam dengan kondisi sedekat ini. Ia sangat senang dan bangga bisa berbicara dengan calon rajanya.     

Betapa tampan dan gagahnya Nizam dan suaranya juga sangat berwibawa. Ia sungguh calon raja yang luar biasa dari segi fisik. Nizam menganggukkan kepalanya.     

"Sudah berapa lama kau berjaga di sini?" Tanya Nizam kepada penjaga yang Ia taksir mungkin usianya sekitar empat puluh tahun.     

" Sudah lima belas tahun, Yang Mulia sejak Umur hamba dua puluh tujuh tahun" Katanya lagi.     

" Apakah selama kau berjaga di sini tidak ada hal aneh yang terjadi ? " Tanya Nizam.      

"Tentu saja banyak, biasanya kasus bunuh diri yang sering terjadi disini " Penjaga itu berkata dengan wajah datar tetapi membuat Nizam langsung menghentikan langkahnya.     

"Kasus bunuh diri ?" Nizam mengerutkan keningnya. Bunuh diri adalah dosa besar yang tidak terampuni mengapa banyak kejadian bunuh diri di dalam penjara.Tetapi kemudian si penjaga itu terdiam dengan muka pucat. Nizam menyadari hal ini jadi Ia juga langsung menutup mulut.     

Urusannya bisa panjang kalau Ia sampai menginterogasi penjaga itu lagi pula Nizam tahu penjaga itu hanya penjaga dan ada atasannya. Entah atasannya kemana karena seharusnya si penjaga itu membawa dia dulu ke atasan sebelum ke ruangan Putri Rheina.     

Beberapa penjaga yang berjaga dalam jarak beberapa meter segera memberikan hormat ketika Nizam lewat. Mereka tampak terkejut dengan kedatangan Nizam yang tiba - tiba. Nizam memang tidak memberitahukan kedatangannya terhadap mereka sebelumnya jadi memang kedatangannya begitu tiba - tiba.     

Para penghuni penjara itu segera bersujud setiap Nizam lewat dan penjaga itu berteriak kalau Yang Mulia Putra Mahkota lewat. Para penghuni penjara itu tampak tidak berani mengangkat wajahnya apalagi melihat Nizam secara langsung karena memang seperti itulah aturannya.     

Nizam menjawab salam setiap penghuni itu sambil mengedarkan matanya dan meneliti setiap sudut penjara. Sekali pandang Ia sudah mencium ada kejanggalan dalam penjara ini apalagi dari cerita si penjaga yang mengatakan bahwa banyak kasus bunuh diri.     

Setelah beberapa lama Nizam berjalan akhirnya dia sampai ke sebuah tempat sedikit tertutup dan Ia melihat ada pelayan Putri Rheina di dalam sedang duduk disampin sebuah ranjang sederhana.      

"Yang Mulia Pangeran Putra Mahkota tiba. Segera memberikan hormat " Teriak Ali kepada Para pelayan dan penjaga khusus Putri Rheina. para pelayan segera berlutut dan kemudian bersujud memberikan hormatnya kepada Nizam. Nizam mengangkat tangannya untuk meminta mereka berdiri kembali.     

Penjaga yang berdiri disamping penjara Putri Rheina itu tampak segera membukakan kunci penjaranya. Dan Nizam masuk ke dalamnya. Putri Rheina tampak terbaring lemas dan pelayan yang tadi duduk di tepi ranjangnya langsung berlutut di hadapan Nizam sambil menangis,     

"Yang Mulia, selamatkan Putri Rheina. Yang Mulia sudah tidak makan selama dua hari. Bahkan seharian ini air pun Ia muntahkan kembali" Kata Pelayan itu dengan muka sedih. Muka Nizam langsung berubah menjadi kelam mendengar kata - kata pelayan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.