CINTA SEORANG PANGERAN

Harus Lebih Bersabar



Harus Lebih Bersabar

0Nizam menjadi gemas kepada ibunya ini, mengapa Ia masih tidak mengerti juga kalau Ia hanya mencintai Alena. Walaupun ada ambisi untuk menjadi raja tetapi itu tidak lebih dari hanya ingin menyenangkan hati ibunya dan menyelamatkan kerajaan Azura dari kehancuran dan kerajaan lain yang ingin menaklukannya. Menyelamatkan generasi dinasti ayahnya dari ambisi Perdana Menteri Salman.     

Nizam sudah banyak belajar karena kelemahan hati dan fisik Ayahnya, kerajaan Azura sewaktu - waktu bisa diserang oleh kerajaan lain. Terutama kerajaan yang berbatasan dengan kerajaan mereka seperti Kerajaan Zamron dan Kerajaan lainnya. Jika bukan kerajaannya yang diserang, Nizam juga khawatir kalau Perdana Menteri Salman akan mengambil alih kerajaan yang untungnya dia tidak memilki anak laki - laki.      

Nizam merasa sudah banyak mengorbankan kepentingan dirinya untuk Kerajaan Azura tapi terkadang ibunya tetap tidak puas. Bukankah Ia juga melakukan ini semua untuk kepentingan ibunya juga.     

"Ibunda.. tahukah Ibunda. Andaikan Pangeran Thalal tidak terlalu lemah dan Pangeran Husen tidak pecicilan seperti itu. Ananda lebih rela menyerahkan kerajaan ini ke tangan mereka. dan biarkan Ananda hidup seperti rakyat biasa di Amerika atau di Indonesia. Ananda terkadang lelah harus meluruskan banyak hal.     

Ibunda tolong untuk tidak meminta lebih, Ananda sudah banyak memenuhi keinginan Ibunda. Ananda bahkan sudah berjanji untuk menjadi Raja dari kerajaan Azura. Bantu Ananda untuk ... " Nizam baru saja akan bicara agar ibunya membantunya untuk membubarkan harem tetapi kemudian Ia teringat kalau ibunya sedang sakit dan itu mungkin akan memperburuk kesehatannya. Nizam menjadi terdiam.     

"Bantu apa ? Bicaralah ! Jangan menggantung perkataan seperti itu" Kata Ibunya sambil mengerutkan keningnya.     

"Bantulah Ananda untuk dapat mengambil keputusan yang terbaik menurut Ananda. Percayalah ibunda. Putri Avantika itu hanya layak untuk Pangeran Husen. Ia juga mencintai Pangeran Husen dan tidak mencintai ananda" Kata Nizam kepada ibunya.     

"Mengapa Ananda begitu yakin " Ratu Sabrina masih tampak tidak puas. Ia merasa kalau pangeran Husen tidak layak untuk mendapatkan Putri dari kerajaan Rajna. Ia kembali menyesali kematian Putri Kumari. Ia benar - benar merasa usahanya gagal untuk menjodohkan Nizam dengan putri dari kerajaan itu. Padahal harapannya sudah sangat besar.     

"Ibunda, tolong untuk mempelajari satu hal. Tidak semua wanita itu berambisi. Ada banyak wanita yang penakut diluar sana. Mereka lebih memilih hidup aman dan bahagia bersama pria yang mencintainya daripada berebut cinta hanya untuk menjadi wanita yang paling hebat. Wanita yang hidup berkuasa dan bergelimangan harta.     

Putri Avantika itu bukanlah Putri Kumari yang ambisius. Ia tidak akan pernah mau menjadi istri Ananda. Siapa yang mau hidup bersama pria yang sudah menjadi penyebab kematian Kakaknya sendiri. "     

"Mengapa Ananda begitu yakin kalau Putri Avantika tidak ambisius ? Mungkin saja Ia bukan wanita yang mengagungkan cinta dan Ia lebih memilih mengorbankan perasaannya hanya untuk menjadi seorang Ratu yang besar?" Ibunya tetap yakin pada pendiriannya bahwa semua wanita adalah sama yaitu silau dengan harta dan kekuasaan.     

Nizam menghela nafasnya, Ia berusaha untuk tidak emosi menanggapi pertanyaan ibunya dan Ia juga melihat bagaimana ayahnya sudah murung karena istrinya yang begitu keras kepala.     

"Ibunda.. apakah selama ini kita mendengar sepak terjang dari Putri Avantika? Apakah ibunda tahu tentang Putri Avantika ? Semua orang hanya mengenal Putri Kumari dan tidak mengenal Putri Avantika. Ibunda tahu ? Itu karena Putri Avantika bukan orang yang senang menonjolkan dirinya sendiri.     

Dia termasuk orang yang lebih suka diam dibawah permukaan dan bukan tampil di atas permukaan. Bagaimana dia bisa disebut orang yang berambisi dengan kekuasaan. Kalau yang dimaksud dengan ambisi di mata ibunda adalah ambisi karena ingin kekuasaan." Kata Nizam sambil tersenyum dan itu membuat ibunya langsung bungkam.     

"Kau berjanji kepada Ibunda untuk menjadi raja yang besar dan menguasai seluruh kerajaan Aliansi " kata Ratu Sabrina. Nizam menepuk punggung tangan ibunya.     

"Bukankah selama ini kerajaan Kita sudah menjadi pemimpin kerajaan Aliansi. Ibunda tahu bagaimana kerajaan lain berusaha untuk merebut kepemimpinan itu? Mereka sekarang sedang menunggu kelemahan kerajaan kita "     

"Itu sebabnya kita harus menguasai mereka dan bukan hanya menjadi pemimpin dalam arti pemimpin diplomatik. Menjadi wakil berhubungan keluar negeri. Ibunda ingin kita menguasai semuanya."     

"Ibunda.. mari kita bicara tentang ini dilain hari. Kesehatan Ibunda sedang tidak baik. Nanti Ibunda bertambah pusing dengan pembicaraan ini. Sekarang izinkan Ananda untuk menengok Putri Rheina. Dan satu lagi Ibunda.     

Izinkan Ayahanda untuk beristirahat di kamarnya. Ayah terlihat sudah begitu lelah. Ayahanda sedang tidak bagus kondisinya" Kata Nizam meminta izin kepada Ibunya untu membawa ayahnya ke kamarnya.     

"Apakah Yang Mulia lelah menjaga hamba?" Kata Ratu Sabrina sambil cemberut menatap suaminya. Wajah cantik itu tampak semakin cantik walaupun sedang sakit. Rambutnya yang merah tergerai dengan indah. Semenjak Ia sakit Raja Al-Walid jarang menyentuh Ratu Sabrina. Karena selain Ratu Sabrinanya sibuk Ia juga tidak banyak memiliki kekuatan untuk melayaninya. Tapi Kali ini Ia merasa bergetar ketika melihat istrinya cemberut.     

Kebersamaan mereka akhir - akhir ini jarang terjadi. Selain Ia harus banyak istirahat juga karena kesibukan istrinya tadi yang membuat mereka jadi jarang bertemu. Ia merasa saat istrinya sakit, mereka jadi bersama lagi. Nizam melihat Ayahnya yang tampak ragu - ragu untuk meninggalkan ibunya.      

Diam - diam hati Nizam menjadi terenyuh, betapa nasib ayahnya tidak sebaik nasibnya. Ayahnya hidup banyak dikelilingi wanita tetapi Ayahnya tidak pernah tahu dari sekian banyak wanita yang tidur bersamanya apakah mereka memiliki cinta suci terhadap dirinya atau mereka hanya menginginkan harta dan kekuasaan belaka?     

Termasuk ibunya sendiri. Nizam menjadi ragu apakah ibunya mencintai ayahnya atau tidak ? Ayahnya tidur berganti - ganti wanita. Mereka bergiliran menemani ayahnya sesuai dengan aturan pergiliran. Nizam sangat menyangsikan kalau kepuasan batin ayahnya terpenuhi. Nizam malah mengira kalau Ayahnya melakukan itu semua agar gugur kewajiban dan menyentuh istrinya hanya untuk memiliki keturunan yang banyak.     

"Ayahanda ? Apakah Ayahanda akan menunggui Ibunda? Ayahanda terlihat sangat letih. Bukankah selama ini Ayahanda terus berbaring dan tidak bisa bangun. Ibunda pasti mengerti kalau Ayahanda harus istirahat" kata Nizam sambil terus bersikeras agar ayahnya istirahat.     

Ratu Sabrina kemudian melihat kalau suaminya memang terlihat sangat lelah. Maka kemudian Ia berkata, "Istirahatlah.. yang Mulia. Hamba sekarang sudah lebih baik. Kedatangan anak kita membuat kesehatan hamba membaik" Kata ratu Sabrina sambil tersenyum.     

Akhirnya Raja Al - Walid menyetujui untuk meninggakan Ratunya. dan Ia pergi dengan diantar Nizam. Nizam mendorong kursi roda ayahnya, " Ayahanda ? Apakah bagaimana kondisi Ayahanda?" kata Nizam sambil terus mendorong kursi roda. Ketika pelayan hendak mengambil alih kursi roda itu dari Nizam, Nizam menolaknya      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.