CINTA SEORANG PANGERAN

Penjara itu Harus Ditutup



Penjara itu Harus Ditutup

0Cynthia duduk sambil meremas - remas tangannya dengan resah. Ia memang tidak berperasaan halus tetapi Ia bukanlah orang yang jahat. Ia sudah membayangkan bagaimana menderitanya Putri Rheina di penjara bawah tanah. Walaupun penjara itu terawat tetapi tetap saja menakutkan. Apalagi usianya sudah ratusan tahun bahkan mungkin ribuan tahun, Penjara itu memang disediakan bagi para penghuni istana yang melakukan kejahatan besar seperti terlibat pembunuhan.     

Putri Rhiena terbiasa hidup dalam kemewahan sekarang harus diam di tempat yang mengerikan, Lembab dan kumuh. Siapa yang akan tahan. Jangankan untuk putri yang bertingkat satu seperti Putri Rheina untuk pelayan tingkat rendah saja. penjara bawah tanah itu sangat menakutkan. Jadi memang wajar kalau sampai jatuh sakit. Dan Nizam pasti tidak akan tinggal diam kalau tahu Putri Rheina sakit.     

"Kakakku pasti akan mengeluarkan dia dari dalam penjara itu" Kata Pangeran Thalal. Cynthia menatap ke arah Pangeran Thalal dengan pandangan pasrah karena memang jika Nizam tidak mengambil tindakan, Nizam bukan manusia.      

"Hari ini mereka dalam perjalanan pulang dan selain Putri Rheina yang sakit, Ibunda Ratu Sabrina juga sakit. Ia tidak tahan memikirkan penderitaan menantunya itu. " Pangeran Thalal menundukkan wajahnya.     

"Mari kita lihat sekarang" Kata Cynthia tiba - tiba dan Ia segera berdiri tapi kemudian ditarik lagi oleh Pangeran Thalal.     

"Kau tidak bisa datang menjenguk dengan seenaknya. Selain Raja dan Ratu atau putra mahkota tidak boleh ada yang masuk kecuali ada izin dari mereka. Itupun dengan pengawalan ketat. Jadi kau haru pergi ke Ratu Sabrina dan meminta izin terlebih dahulu" Kata Pangeran Thalal.     

Cynthia langsung duduk lagi, kalau harus meminta izin ke Ratu itu. Lihat wajahnya saja sudah mau putus urat nadi. Apalagi ini meminta izin. Alih - alih diberi izin mungkin Ia malah dicurigai karena Ratu Sabrina pasti tahu kalau Ia sangat membenci Putri Rheina.     

Dan apa yang diperkirakan oleh Pangeran Thalal adalah benar. Ketika Nizam sampai di istana dan baru saja tiba asisten Ratu Sabrina yang sudah menunggunya segera menghampiri dan berkata setengah berbisik kalau Ratu Sabrina dan Putri Rheina sakit keras. maka Nizam kemudian berkata kepada Alena,     

"Pergillah dulu melihat anak - anak. Mereka pasti sudah sangat merindukanmu " kata Nizam sambil memegang wajah istrinya.     

"Kau mau kemana ? Siapa yang sakit ? Mengapa Asisten Ibunda Ratu berkata berbisik - bisik kepadamu?" kata Alena tampak penasaran.     

"Nanti Kau akan tahu, segeralah ke istana Pangeran Thalal ! " Nizam memberi perintah dengan wajah serius. Alena tidak dapat berkata apa - apa lagi. Suasana istana yang sepi juga membuat suasana menjadi tidak nyaman. Nizam kemudian melirik ke arah Maya,     

"Ikutlah dengan Alena. Kau jadi asistennya sekarang. Kamarmu akan ada di istana kami dan Arani akan menunjukkan kepadamu" Kata Nizam. Maya menganggukan kepalanya kemudian membungkukkan badannya memberikan hormat kepada Nizam. Lalu mengikuti Alena pergi ke istana Pangeran Thalal yang ada disamping istana Nizam.     

"Ikut denganku Amar " Kata Nizam kepada Amar. kemudian mereka berjalan tergesa - gesa ke tempat Ratu Sabrina. Sesampainya di sana Ia melihat Ayahnya juga ada menunggui ibunya. Nizam mencium tangan Ayahnya dan memberikan hormat.     

"Bagaimana keadaan Ayahanda ? Maafkan Ananda yang telah lalai kepada Ayahanda" kata Nizam dengan sedih. Ia selama ini sangat jarang bertemu dengan ayahnya. Ayahnya selalu ada dikamarnya dan sekarang agaknya memaksakan dirinya karena permasyurinya sedang sakit. Ayahnya bahkan duduk dikursi roda dan tampak terlihat sangat tua dan letih padahal usianya masih lima puluh tahun. Hanya selisih beberapa tahun dengan istrinya. Tapi dari segi fisik tampak sangat jauh berbeda.     

Ayahnya sering sakit - sakitan sehingga badannya lemah dan wajahnya penuh dengan kerutan. Ayahnya terlihat jauh lebih tua dari umur yang sebenarnya. Padahal ibunya sangat cantik dan terlihat lebih muda dari umur yang sebenarnya. Sehingga kalau mereka bersanding, mereka terlihat malah seperti ayah dan anak dan Nizam seperti cucunya.      

"Ayahanda baik - baik saja tetapi dada ini terkadang serasa sesak " Kata Raja Al-Walid sambil memegang dadanya. Nizam meraih tangan ayahnya dan mengusapnya dengan penuh kesedihan.     

"Syafakalloh Ayah, semoga Ayahanda bersabar dan diberi kesehatan yang lebih baik" Kata Nizam sambil berlutut di depan ayahnya dan membaringkan kepalanya di pangkuan ayahnya. Ayahnya mengelus kepala anaknya dengan penuh kasih.     

Ia kemudian melihat ke arah istrinya yang masih tertidur. Seharian ini Ia menunggui istrinya dengan penuh rasa khawatir. Istrinya ini jarang sakit dan Ia selalu tampak penuh semangat tetapi sejak akhir - akhir ini istrinya tampak seperti penuh beban dan wajah cantiknya terlihat selalu murung.     

Raja Al-Walid tahu kalau selama ini istrinya bekerja begitu keras menutupi kekurangannya. Ia dan Perdana mentri Salman berusaha mengamankan kedudukannya dari pergerakan orang - orang yang tidak setuju dengan kepemerintahan dia. Baik dari sistem kerajaan maupun dari luar. Para oposisi kepemerintahannya semakin banyak karena yang memegang peranan ternyata Ratu Sabrina walaupun dilakukan atas namanya.     

"Ayahanda tidak apa - apa. Selama ini Ayahanda selalu menyusahkan ibumu " Kata Ayahnya sambil menatap istrinya. Nizam kemudian mengangkat wajahnya dan kemudian berdiri.      

"Izinkan Ananda untuk duduk di ranjang " Kata Nizam sambil kemudian menggeser kursi roda ayahnya agar posisinya ada disamping kepala ibunya. Sementara itu Nizam duduk disampingnya. Tangan Nizam terhulur memegang ibunya yang tergolek lemah.     

Nizam lalu mencium tangan ibunya dan mengelusnya. Ratu Sabrina kemudian terbangun merasakan ada anaknya yang ada disampingnya.     

"Anakku.." Kata Ratu Sabrina tangannya yang dinfus tampak bergerak lemah.      

"Ibunda.. apa yang terjadi ? Ketika Ananda pergi semuanya terlihat baik - baik saja" Kata Nizam dengan lembut.     

"Ibunda tidak tahan menahan tekanan para tetua. Mereka meminta Ibunda membebaskan Putri Rheina tetap Ibunda tidak berani sebelum ada pernyataan dari Raja Rajna yang menyatakan bahwa mereka membebaskan Putri Rheina. Putri Rheina sakit dan kondisinya juga sangat lemah. Ibunda tidak tahan melihatnya" Kata Ratu Sabrina sambil menangis lirih.     

"Ibunda tidak usah khawatir. Hamba akan membawa Putri Rheina sekarang juga. " kata Nizam sambil menghela nafas panjang.     

"Ibunda tidak tega melihat Putri Rheina yang terus menerus menangis dan tidak mau makan. Ia lngin mati saja daripada terus menerus dikurung dipenjara bawah tanah itu. '     

"Ini memang keterlaluan, walaupun sebenarnya penjara itu sangat bersih dan terawat tetapi seseorang memang tidak boleh ada di sana. Penjara itu harus di tutup " Kata Nizam kepada Ratu Sabrina.     

"Tapi kedudukan penjara itu sudah ada ratusan tahun yang lalu dan memang dibuat untuk memberikan efek jera kepada para penghuni istana yang berani berbuat kejahatan yang berat." Kata Ratu Sabrina sambil sedikit mengerutkan keningnya     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.