CINTA SEORANG PANGERAN

Berpikir Optimislah, Maya



Berpikir Optimislah, Maya

0"Tentu saja Maya. Pernikahan itu hendaknya suka sama suka dan saling rela. Kalau dipaksa tidak bisa. Bisa - bisa robek nanti.." Kata Alena dengan wajah serius. Maya mengerutkan keningnya tidak mengerti.     

"Apanya yang robek Yang Mulia?" Kata Maya bertanya sambil menatap dengan pandangan tidak mengerti.     

"Hati kita yang robek. Bila suatu pernikahan saling dipaksakan maka akan robek hati kita" Kata Alena. NIzam jadi merasakan kepalanya pusing. Ia tidak tahan mendengar gaya bicara Alena yang sering membuat orang multitafsir. Tapi Nizam memang sudah menyerah terhadap Maya. Ia tidak bisa memaksakan kehendaknya sekarang setelah melihat Maya pingsan saking tidak inginnya menikah dengan Amar. Nizam tidak mau menyiksa Maya.     

"Nah.. Alena, Kalian berbincanglah. Aku hendak keluar dulu sambil memantau situasi" kata Nizam sambil pergi keluar. Alena jadi lega melihat Nizam sudah pergi. Ia tidak leluasa berbicara kalau ada Nizam apalagi ini pembicaraan dari hati ke hati.     

"Aku dengar kau tidak ingin menikah" Kata Alena membuka pembicaraan. Maya menundukkan wajahnya. Entahlah Ia tidak bisa memasang wajah jutek kepada Alena karena memang Alena ini wajahnya sangat menyenangkan untuk dilihat. Cantik khas wanita Indonesaia.     

"Hamba mengalami trauma.." Kata Maya perlahan kepada Alena. Alena menganggukan kepalanya.     

"Trauma.. Aku jadi teringat saat pertama kali, suamiku menyentuhku.." Kata Alena sambil menerawang dan Maya menjadi sangat terkejut temasuk Arani yang sedang bersembunyi. Eh ini calon ratu mau ceita apaan ya? Dua wanita itu menjadi tegang.     

"Apakah kau keberatan kalau Aku bercerita? " Alena bertanya kepada Maya. Cerita apa ? Cerita malam pertama Alena dan Pangeran Nizam. Duh Maya tentu saja tidak mau mendengar lagi. Berita malam kesucian Alena dan Nizam yang begitu luar biasa sudah jadi perbincangan yang tidak berkesudahan. Bagaimana jeritan kesakitan Alena membuat bulu kuduk semua orang berdiri tegak. Semua wanita di kerajaan Azura mendadak tidak berani menghadapi malam pertama mereka karena takut bernasib seperti Alena.     

Tetapi tentu saja Maya tidak berani menolaknya jadi walaupun Ia ketakutan, Maya berkata dusta, "Tentu saja Yang Mulia. Ceritakanlah" Kata Maya. Maya tampak sangat tegang dan Arani yang sedang menunggu di atas juga sama tegannya. Ia sebenarnya tidak ingin mendengar cerita Alena tetapi terus terang Ia penasaran juga.     

Alena melihat wajah Maya yang tegang dan Ia mengerutkan keningnya. "Mengapa wajahmu begitu tegang ? Aku akan berbagi pengalaman tentang masalah trauma dan bukannya berbagi pengalaman tentang suatu cerita pembunuhan" Kata Alena kepada Maya.      

Maya tergagap tapi Ia lalu tersenyum kepada Alena, "Hamba hanya belum pernah mengalami seperti Yang Mulia alami.." Kata Maya sambil menundukkan wajahnya. Tapi Alena langsung merengut,     

"Tentu saja kau belum pernah mengalami karena kau belum menikah. Lagipula Aku tidak akan cerita prosesnya karena itu sangat berbahaya untuk diceritakan nanti kau malah semakin trauma. "      

Maya malah memandang Alena dengan pandangan miris. Apa dia tidak tahu kalau dengan kata - kata yang tadi diucapkan Alena malah membuat Maya semakin ngeri dengan malam pertama.     

"Baiklah.. Maya. Aku hanya ingin bercerita ketika Aku menghadapi peristiwa tidak nyaman yang terjadi di malam itu. Aku sempat bersumpah tidak akan pernah melakukannya lagi. Suamiku sangat menyakitiku baik secara fisik maupun mental. Dia berbohong kepadaku dengan menutupi kebenaran malam kesucian dariku. Dia menyakitiku dengan teramat sangat. Aku sampai berasa gila saking tidak tahannya.     

Dan kau tahu ? Hidup bersama Yang Mulia Nizam tidaklah seindah yang dibayangkan, ketika Aku sangat berharap menjadi kekasihnya. Aku banyak mengalami hal yang membahayakan kehidupanku. Aku berkali - kali menghadapi peristiwa yang dapat menyebabkan nyawaku melayang.     

Tapi Aku bersyukur kalau Aku bukan orang yang memiliki pikiran panjang . Setiap kali Aku menemui kejadian yang tidak menyenangkan maka Aku berusaha menjadikan peristiwa itu sebagai pembelajaran bagiku untuk melangkah di masa depan.     

Aku tidak akan mengatakan kepadamu untuk melupakan masa lalu tetapi Aku hanya ingin mengatakan bahwa masa lalu itu tidaklah harus membuat kita terpuruk di masa depan. Aku tidak pernah merasakan apa yang kau rasakan karena Aku memiliki dua orang tua yang saling menyayangi.     

 Hanya saja Aku sangat menyayangkan jika hidupmu dihabiskan dengan memendam semua kebencian dan dendam kepada Ayahmu yang bahkan hingga sekarang Kau tidak tahu keberadaannya ada dimana.     

Apa manfaatnya kau memendam kebencian itu ? Kau hanya akan mendapatkan luka yang tidak berkesudahan. Kau tahu ? ketika Yang Mulia pernah mencambukku karena cemburu. Aku sangat marah hingga ingin bercerai agar dia menyesal telah melakukan itu.     

Tetapi kemudian Aku berpikir lagi. Kalau Aku bercerai apa yang akan Aku dapatkan? Penyesalannya ? Lalu setelah dia menyesal apa lagi? Dia memperbaiki hidupnya? Tapi apa manfaatnya untukku kalau dia berubah menjadi baik ktetapi kitanya ternyata sudah berpisah.     

Berarti perbaikan dia hanya akan dinikmati oleh istri barunya. Aku tidak ingin itu terjadi. Jadi alih - alih meminta cerai maka Aku mencoba untuk memberinya pelajaran dalam bentuk lain.     

Maya, Kau masih sangat muda dan cantik. Secara hitungan manusia, peluang hidupmu masih sangat panjang. Jika hanya akan kau habiskan dengan memendam sampah kebencian dalam hatimu maka Kau akan termasuk orang yang merugi.     

Kita tidak pernah memilih hidup seperti apa yang sudah ditakdirkan Alloh untuk kita, tetapi pada intinya adalah kita harus bisa menikmati kehidupan apapun yang sudah diberikan Alloh kepada kita.     

Cita - citaku dulu sewaktu SMA hanya ingin menjadi seorang desainer pakaian terkenal. Tetapi orang tuaku memaksa Aku kuliah dijurusan ekonomi. Dan itu Aku jalani dengan ikhlas. Kemudian Aku jatuh cinta pada laki - laki yang dingin dan sederhana di saat banyak pria kaya yang jatuh cinta kepadaku. Tetapi siapa sangka Laki - laki sederhana itu seorang pangeran.     

Aku tidak ingin memiliki anak di usia muda tetapi Alloh malah memberikanku dua bayi sekaligus. Dulu Aku hanya ingin hidup bahagia bersama suamiku dan anak - anak kami, tetapi siapa sangka ternyata Aku malah harus berebut perhatian dengan banyak wanita.     

Kau pikir apakah hidupku menyenangkan ? ternyata tidak seluruhnya, Maya. Tetapi Aku hanya berusaha menjalani apa yang sudah ditakdirkan Alloh kepadaku. Apakah kau pikir aku tidak takut menghadapi masa depanku ? Kalau kau berpikir Aku tidak takut itu salah besar. Jauh dilubuk hatiku yang terdalam. Aku masih ketakutan kalau suatu hari nanti ada peristiwa yang akan memisahkan Aku, Nizam dan anak - anak. Tetapi masa depan bukan sesuatu yang harus kita takuti. Berpikir optimislah Maya dan hentikan trauma itu " Alena berbicara panjang lebar kepada Maya.     

Arani yang sedang mendengarkan di atas sana tampak semakin mengagumi Alena. Pemikiran Alena benar - benar diluar dugaannya. Perkataan Alena begitu penuh dengan makna. Alena semakin mirip dengan Nizam dalam perkataannya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.